Rabu, 10 Februari 2010

Akibat Berbuat Baik

Aku tinggal di salah satu kota di Canada, kira-kira sudah hampir 6 tahun. Aku tinggal sendiri di salah satu gedung apartemen dekat down town area. Kamarnya satu, ada ruang tamu, kitchen, balcon buat smoking, murah juga. Kadang teman-teman menginap, meminjam komputer, karena milikku pentium ii, dan semua software, games etc aku punya. Jadi mereka betah nginep di sofa, atau bawa sleeping bed. Also, aku punya 50 inch TV, DVD player, Video, games dan lain-lain, jadi tempat ini siip. Aku bukan orang yang berada banget,semua itu hadiah dari saudara-saudara yang ikut bahagia karena aku bisa sekolah disini. So, syukurlah.

Mungkin karena apartemen dan barang-barang electronic di rumahku, aku dikagumi wanita- wanita orang putih di sini. Dikira aku loaded banget, alias rich boy. Jadi banyak yang tidak nolak kalau aku ajak jalan. Bukannya mau show-off, but aku bisa mendapatkan perempuan yang aku mau kapan saja, tapi aku nggak mau perempuan yang mencintaiku karana harta kekayaanku.

Soal pacaran, aku tidak pernah punya berlangsung lama, karena aku salah gaul. Tiap-tiap wanita yang aku pacarin, semuanya mata duitan. Kalau tidak dibeliin barang ini, atau itu, marah deh, terus mau putus. Jadi sudah kira-kira 2 tahun aku tidak ada gandengan.
Terus satu hari, aku menang lotre $300. Aku pergi ngambil duitnya dari salah satu gedung lotre tersebut dan jalan menuju pulang. Waktu itu lagi agak dingin, salju lagi turun sedikit- sedikit. Terus, waktu lagi jalan, tiba-tiba ada suara "Excuse me, spare some change?" Aku lihat ke arah kiri, ada dua gadis lagi duduk di lantai depan Starbucks Cafe sambil tangannya di ulurkan ke arahku. Yang satu lagi hanya duduk merangkul kakinya.

"Duh kasihan banget" pikirku. Aku berhenti, meraba kantong celanaku, dan aku keluarkan 2 helai $5.
"Ini, silakan", aku bilang.
"Terima kasih Mas," kata gadis yang memegang uang.
"Terima kasih kembali" kataku lagi, sambil jalan pergi. Memang benar, setelah aku memberi uang tersebut, ada rasa yang hangat dalam hati. Sesampai di apartemen, aku cari sleeping bag bekas dan beberapa baju tebel. Tapi saya lupa kalau semuanya sudah kusumbang ke Salvation Army beberapa minggu yang lalu. Terus aku pikir, hmm, sudah mau natalan, teman-teman pada pulang ke Indonesia, aku nggak ada teman main..., gimana kalau aku undang saja tu cewek.

Lalu aku pergi ke tempat kedua gadis itu. Tapi mereka sudah nggak ada lagi. Aku lihat kiri dan kanan dan ternyata kedua gadis itu ada di depan McDonald's, sambil megang kantong buat memesan makanan. Aku tunggu mereka di deket Starbucks Cafe, dan sewaktu mereka melihatku lagi, si gadis yang aku kasih uang tadi senyum padaku dan bilang "Hi, lagi ngapain Mas?, Traktir kita dong?" sambil tertawa.
Aku senyum saja "Oke, Nich beli aja". Si cewek yang aku kasih duitnya, namanya Lily dan cewek yang satunya lagi ternyata adiknya, bernama Lianne. Lily berumur 17 dan Lianne berumur 14. Mereka datang dari kota lain dengan cara hitchhike. Aku jongkok dengan mereka, ngobrol-ngobrol sebentar, sambil nebeng makan kentang gorengnya yang di tawari Lianne.

Kurang lebih setengah jam kemudian, entah kemasukan apa, aku ajak mereka ke apartemenku untuk menginap. Mereka kaget. Pertamanya sih pada nggak mau, tapi abis aku yakinkan, bahwa aku tinggal sendirian, tidak ada teman dan bla bla bla, mereka akhirnya mau juga.

Sesampai di apartemenku, mereka ber wah.., wah.., wah. Aku dimintai handuk buat mandi. Ternyata mereka nggak pakai baju tebal-tebal banget. Si Lily cuma memakai t-shirt Marilyn Manson, sweater gap yang kotor dan jaket kulit, dan Lianne memakai lebih tebal, mungkin karena diberi sama Lily.

Dua-duanya memang cakep sih, kulitnya putih banget (habis orang putih sih), nggak tinggi banget, kira-kira 160 cm. Lily berambut pirang kotor (dirty-blonde) sebahu, dan Lianne berambut pirang terang, seleher lebih dikit, agak berombak. Aku beri 2 pasang t-shirtku dan beberapa celana pendek milik bekas pacarku. Mereka masuk ke kamar mandi bersama dan dan aku cuek-cuek saja, habis adik-kakak. Aku siapkan hot chocolate dan cookies.

Sehabis mereka keluar dari kamar mandi, waduh, cantiknya mereka berdua minus make-up tebal, ikat rambut, dan garis-garis hitam di muka. Seperti mimpi degh. Belum pernah aku melihat kecantikan semacam itu. Mungkin di majalah, dan film, tapi mereka ada didepanku. Lily memakai t-shirt GAP-ku yang berwarna putih, tanpa bra, karna aku bisa melihat putingnya yang pink dengan jelas. Lianne memakai t-shirt Planet Hollywoodku yang berwarna putih juga dan without bra.

Setelah itu kita ngobrol-ngobrol sambil minum hot choco. Lianne orangnya pendiam, tapi senyum terus. Kalau Lily agak energetic dan bawel. Sewaktu kita ngobrol-ngobrol, si Lianne berdiri dan berjalan menuju kulkas.
"Mau Minum Champagne?" tanyanya.
"Boleh", kataku, "Tapi.., kamu kan masih anak-anak" kataku sambil tertawa karena aku pikir si Lianne cuma bercanda.

Dia buka botol champagne tersebut dan meminumnya sedikit, lalu dia bawa buat kakaknya, Lily. "Gile, dikirain becanda" pikirku.

Beberapa jam kemudian, ruang tamuku berasa agak panas, soalnya heaternya rusak. Aku meminta izin untuk tidur, tapi dipaksa temenin ngobrol. Aku suruh nonton TV saja, tapi mereka tidak mau. Kelihatannya sih dua-duanyajuga sudah agak mabuk, soalnya pipi mereka merah banget, dan ngomongnya sedikit ngacau. Terus aku suruh mereka tidur di kamarku yang queen-sized bed, dan aku tidur di sofa. Mereka menarikku untuk tidur dengan mereka. Waduh, rezeki, pikirku.

Aku ikut saja, tiba-tiba mabuk dan puyengku hilang! hehehehe, mungkin karena pikiran kotor dan feeling bahwa aku akan score dengan mereka berdua.

Kita tiduran di ranjangku, terus aku memeluk Lily karena dia lebih deket dengan tanganku. Aku menciumnya dan dibalas juga ciumanku. Tanganku bekerja dari rambutnya, leher, sampai payudaranya yang lumayan besar buat anak 17 tahun. Kulepas T-shirtnya dengan cepat karna sudah napsu banget Lama tidak dapat!

Kusedot-sedot dengan kencang puting susunya, dan Lily merintih rintih Aku melirik ke arah Lianne, ternyata dia berbaring sambil nontonin kita. Aku cuek saja dan nerusin plorotin celana dan celana dalam Lily. Bulu kemaluannya masih jarang-jarang dan berwarna pirang juga. Hmm.., lezat..., sudah lama nggak dapat nih, pikirku sambil memainkan lidahku di liang kenikmatannya yang sudah merah. Kumainkan lidahku di clitorisnya dengan cepat, dan lily merintih rintih. Rintihannya semakin membuatku buas.

Aku keluarkan teknik cunnilingus yang diajari teman jepangku, "teknik meminum air". Lily meraung raung seperti orang kesetanan, tangannya menjambak rambutku dan pinggangnya naik turun. Setelah dia beberapa kali orgasme, aku cium seluruh tubuhnya sampai bibirnya. Terus dia berkata "do my sister"

Aku melihat ke arah Lianne dan dia sudah telanjang dan bermain dengan klitorisnya. Aku cium dan sedot payudaranya yang masih belum matang (maklum 14 tahun), dengan putingnya yang pink. Lianne menggigit bibir bawahnya, menahan rasa ekstasi. Pelan-pelan kucium seluruh tubuhnya sampai ke arah liang kewanitaannya. Wah, merah dan rapet banget! rezeki besar. Kumainkan lidahku di liang kewanitaannya, bermain di clitorisnya. Lianne merintih-rintih. Aku keluarkan tehnik meminum airku sampai lianne orgasme dua kali juga.

Kemudian aku berbaring dan kakak-adik itu menciumi seluruh tubuhku. Aduh, aku merasa duniaku akan hancur, saking enaknya. Sampai mereka lepas celana boxerku dan bermain dengan penis dan bolaku. penisku nggak besar-besar banget sih, normal buat orang bule! he.., he.., he.., he.., kira-kira 7 inchi, tebal dan berurat. Mereka berdua berebut penisku, dan akhirnya aku menarik Lianne buat duduk di mukaku. Lianne membuka kakinya dimukaku dan aku bagai disurga! setelah Lianne orgasme lagi, aku tidurkan dia di sampingku, dan aku suruh Lily untuk naik menunggangiku. Dengan pelan-pelan, Lily naik memasukkan penisku ke liang kenikmatannya dengan susah.

Setelah kusuruh dia membasahi penisku dengan ludahnya, akhirnya amblas juga penisku. Setelah masuk penisku semuanya, pelan-pelan aku naik turun dan bergerak memutar, sambil memijat-mijat payudara Lily yang tegak dan kenyal. Aku peluk Lily sambil menghunjam penisku dengan cepat. Lily berteriak teriak keenakan sambil cursing. Kusuruh dia berbalik, punggungnya menghadap dadaku. My favorite position. Aku naik turun dengan cepat juga sambil aku menyuruh Lily untuk menggoyangkan pinggulnya sambil memijit-mijit payudaranya. Entah berapa kali aku merasakan sesuatu yang hangat di penisku dan Lily berteriak, "Aahh... fuck... shit!

Saya rasa dia orgasme sampai 3 kali! Aku jilat cairan kewanitaannya sampai bersih, terus pindah ke Lianne. Aku jilat dan basahi lagi liang kewanitaannya yang masih merah dan berdenyut-denyut. Aku coba untuk memasukkan penisku tapi liang senggama Lianne masih kecil banget. Aku naik ke mulut Lianne dan menyuruh buat mengisap dan membasahi penisku. Dengan mata tertutup setengah sadar, dia melakukannya. Setelah cukup basah, aku coba lagi. Sempit banget! tapi senti demi senti masuk semuanya juga Lianne meraung-raung kesakitan. Aku goyang pelan-pelan, sambil menyedot puting susunya yang masih pink dan muda banget, missionary style.

Terus aku menyuruhnya berbalik, doggie style, tanpa melepas penisku dari liang kewanitaannya. Aku dorong-dorong, memutar, naik turun seperti rodeo, sambil memeluk tubuh Lianne yang meronta-ronta seperti ikan kehabisan air aku cium rambutnya, menggigit gigit pelan bahunya dan memainkan jari-jariku di kelentitnya. Sekitar 20 menit kemudian, setelah beberapa gaya dan setelah Lianne orgasme untuk ke entah berapa kalinya, aku keluar juga. Aku tiduri mereka berdua side by side dan memuncratkan spermaku ke muka mereka.

Sehabis itu kita tidur, tapi aku belum puas juga dengan Lianne yang liang kenikmatannya sangat rapat. Dengan posisi 69 aku bermain dengan liang surganya, entah sampai berapa lama. Besoknya, di meja makan, kita ketawa-tawa dan bercanda-canda. Tapi malamnya, mereka bercerita apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Ternyata mereka di perkosa oleh pacar ibu mereka, dan mereka lari dari rumah. Selama 5 hari penuh berpesta seks, aku akhirnya menyuruh mereka untuk telepon pulang. Setelah lama aku bujuk, akhirnya mereka telepon pulang. Ibu mereka khawatir sekali dan ingin mereka pulang segera. Pacar ibunya sudah di tangkap oleh yang berwenang.

Aku beri $100 buat Lily dan Lianne, untuk uang saku dan ongkos naik bus. Setelah itu, aku antar ke Bus Station, dan mereka said bye-bye dengan ciuman mesra di pipi kiri dan kanan.


TAMAT


Aku Dikalahkan...


Bagi pembaca sekalian yang telah membaca pengalamanku sebelumnya berjudul "Score kami Nol-Nol" tentu telah tahu bagaimana awalnya.

Aku punya rencana kembali ke Jakarta untuk urusan Imigrasi. Sheena gembira mendengar aku akan kembali ke Jakarta. Tapi untuk ganti suasana, aku usulkan untuk bercinta di tempat lain yang kami berdua belum pernah kunjungi. Setelah pilih-pilih tempat dan disesuaikan dengan ukuran kantong kami, kami lalu memilih Kuala Lumpur, sekalian meninjau Petronas Twin-Towers.
Jadilah aku terbang ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, Sheena langsung kukabari namun karena Sheena masih masuk kantor dan akupun sibuk urusan imigrasiku, kami baru bisa janjian ketemu pada hari sabtu, padahal esoknya hari minggu sudah musti berangkat ke Kuala Lumpur. Bagi pembaca yang mau tahu pertemuan kami ini bacalah kisah "Membuat Score Bersama"

*****

Singkat Cerita, kami berdua bertemu di Cengkareng, tanpa ciuman dan gandeng tangan, kami menuju counter check-in, tak lama kemudian kami berdua sudah duduk di kursi pesawat yang siap berangkat ke Kuala Lumpur. Setelah pesawat mengudara dan seat-belt sudah boleh dilepas, tangan Sheena mampir di pahaku, otomatis batangku jadi tegang. Karena aku pakai Jeans, batang kemaluanku jadi agak sakit. Ia rupanya sudah paham.

"Adikmu sakit ya Mas ?" tanyanya bercanda sambil mengelus-elus pahaku. Batang kemaluanku menjadi semakin tegang. Aku lalu meminta selimut kepada awak cabin, bukan kedinginan karena AC, tapi supaya tidak ada yang lihat aku melongggarkan ikat pinggang dan menurunkan resletingku. Karena pakai selimut tangan Sheena menjadi lebih berani masuk ke celah resletingku, akhirnya mencapai batang kemaluanku yang masih ditutup celana dalamku yang sudah basah setempat.

Meskipun Sheena sungguh pandai dalam merencanakan rangsangan, posisi kursi pesawat tidak memungkinkan berbuat macam-macam tanpa 'bikin heboh'. Dengan terpaksa kutahan nafsu birahiku, tapi aku tetap mau balas biar iapun jadi 'susah'. Dari dalam selimut, tanganku mengelus-elus dadanya. Sengaja aku tidak memasukkan jari-jariku ke dalam bajunya, cukup kuelus dari luarnya saja. Setelah kulihat Sheena menjadi agak "tidak tenang". Ia mendengus pelan, "Enghhh.. hhhhh.."
Tanganku kuturunkan ke pahanya dan terus ke antara kedua pahanya. Aku berhasil membuatnya merasakan rangsangan birahi yang aku tahu tak bisa disalurkan. Ia cuma bisa mendesah, "Hhhh.. hhh.. hhh.."

Setengah perjalanan sudah berlalu, kami berdua masih terus saling meraba dengan tujuan merangsang pasangan masing-masing supaya pada 'nggak tahan' lagi. Tapi tiba tiba harus kami stop karena ada seorang wanita meminta bantuan, rupanya TKW yang tidak tahu cara mengisi kartu registrasi kedatangan untuk bandara Kuala Lumpur. Karena terganggu nafsu kami jadi hilang dan kami berdua jadi senyum-senyum sendiri.

Tiba di Kuala Lumpur, kami langsung menuju hotel MLA di sekitar jantung kota Kuala Lumpur. Seperti biasanya check-in, diantar oleh pelayan hotel ke kamar, pasang tanda DO NOT DISTURB di gagang pintu, kunci pintu.
"Sayang.. akhirnya sampai juga ya," membuka keheningan.
Aku merasa badanku agak hangat dan sendi-sendiku agak linu seperti mau sakit flu. Soalnya baru perjalanan jauh dari Brisbane ditambah kemarin (Sabtu, baca kisah "Membuat Score Bersama") baru saja ML 'keluar bareng' di Jakarta.
"Ehm.."

Aku tahu kalu ia sudah malas ngomong berarti aku harus tahu diri jangan kaya NATO (No Action Talk Only) yang dulu. Kupeluk ia dengan lembut dan mesra dari belakang, kedua telapak tanganku menelungkupi kedua buah dadanya, kucium belakang telinganya lalu turun ke leher kanan, kukecup dan kusedot lehernya.
"Enghhh.. sshh..," ia mulai mendesis, ia tak kuatir lagi akan tanda merah di lehernya.

Ciumanku perlahan pindah ke leher kiri sambil kedua tanganku mengangkat bajunya ke atas. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas memudahkan bajunya dilepas keatas. Bajunya kulemparkan ke kursi, aku lalu membuka bajuku sendiri. Aku tetap berdiri dibelakang Sheena, kini aku telah bertelanjang dada sedang tubuh bagian atas Sheena hanya mengenakan BH. Kembali kupeluk ia dari belakang, bibirku mencium telinganya, kedua tanganku bergerak naik dari perutnya kebawah buah dadanya. Perlahan jari-jari tanganku menyelip keatas kedalam BHnya, langsung menangkup kedua buah dadanya.

"Aduh.. Ari.. enak.. auuhhh"
Tangan kiriku tetap terus menyelip di dalam BHnya sedang tangan kananku bergerak keluar lalu ke punggungnya, melepaskan Klip BHnya. Lepaslah BHnya, kini kedua tanganku bebas memutar-mutar kedua putingnya secara bersamaan.
"Auh.. enghh..," desisnya makin jelas terdengar. Sejenak kemudian ia mendadak berbalik sehingga tanganku terlepas dari buah dadanya. Ia lalu mencium dan melumat bibirku. Tanganku yang tadi terlepas sekarang telah menemukan kembali kedua buah dadanya yang kini berada didepanku. Kuelus-elus kedua buah dadanya lalu kupencet lembut putingnya dengan ibu jari dan jari telunjukku.

Tanpa melepas ciumannya, tangan-tangan Sheena membuka ikat pinggangku dan membuangnya ke kursi. Resletingku diturunkan, otomatis Jeansku jadi longgar, lalu Sheena turun berjongkok di depanku menurunkan Jeansku yang sudah longgar itu. Batang kemaluanku sudah mengeras, ujung kepalanya nongol sedikit dari atas celana dalamku yang berwarna merah. Ia lalu menempelkan hidungnya ke batang kemaluanku dari luar celana dalamku sambil jari telunjuk kanannya disentuh-sentuhkan keujung kepala kemaluanku yang nongol dari celana dalamku.

Dengan telunjuknya itu, ia oles-oleskan cairan beningku hingga merata ke topi bajaku, lalu dipelorotkan celana dalamku akibatnya batang kemaluanku mental kedepan seperti pegas dan mengenai hidungnya. Ia mendongak dan memundurkan sedikit hidungnya sambil membuka mulutnya, otomatis kepala kemaluanku jatuh kedalam mulutnya. Ia lalu menutup mulutnya dan menghisap kepala kemaluanku sambil melirik keatas menatap mataku.

Oh.. nikmat sekali hisapan mulutnya itu. Tanpa memegang batang kemaluanku, ia terus menghisap, mengulum dan pelan-pelan memasuk-keluarkan kemaluanku. Sulit kunyatakan enaknya kuluman dan hisapannya. Setidaknya 15 menit aku terlena dalam keadaan berdiri. Selang beberapa saat aku ingin gantian kerjain dia, kuangkat, kugendong lalu kurebahkan tubuhnya terlentang diatas ranjang. Aku sudah dalam keadaan telanjang sedangkan ia masih memakai celana panjang meskipun bagian atasnya sudah tanpa busana lagi.

Aku lalu berjongkok disisi bawah tempat tidur, membuka ikat pinggangnya, menurunkan resletingnya lalu menarik lepas Jeansnya. Celana dalamnya kelihatan agak lembab, segera aku tarik turun lewat kakinya. kini lengkaplah sudah ia telanjang bulat dihadapanku. Kutarik kakinya supaya pantatnya rata dengan tepi tempat tidur dimana aku berjongkok.

Ia sudah dapat menebak apa yang akan kulakukan makanya iapun membuka kedua pahanya. Aku tahu kemaluannya sudah ingin dijilati dan digelitiki oleh lidahku, tapi aku memulainya dengan menjilati pangkal pahanya dulu, yang kanan lalu yang kiri, kemudian malah naik keperut. Pantatnya bergerak-gerak, iapun menggeliat dan mengerang, "Emmmmmhhh.. uuussshh"
Aku masih belum mau menjilati vaginanya. Sambil menciumi perutnya, kusibak bulu-bulu kemaluannya sehingga tampak belahan bibirnya. Jari telunjuk kananku kumasukkan pelan- pelan kedalam lubangnya lalu pelan-pelan kuputar-putar sedangkan ciumanku terus bergerak naik kedadanya.

"Auh.. aduh.. Ari.. kamu gila.."
Akupun jadi makin bernafsu, kusedot puting kanannya sedangkan puting yang kiri kujepit dengan jari-jari tangan kiriku sementara jari telunjuk tangan kananku masih tenggelam di dalam lubang kemaluannya. Sesekali kurasakan cincin vaginanya menjepit jariku. Meski dalam keadaan terangsang, aku masih bisa terkagum-kagum, bagaimana mungkin jari telunjukku sekecil ini bisa dijepit sekeras ini. Kalau tidak merasakan sendiri rasanya aku sulit percaya. Puting susunya terus kelumat, sedot dan di dalam mulutku kujilati ujungnya. Sheena hanya bisa memegang rambut dan kepalaku sambil menahan kenikmatan yang menderanya.

Kini kurasakan sudah saatnya mulutku kuturunkan dari buah dadanya, sasarannya adalah celah diantara kedua pahanya. Kubuka kedua pahanya lebih lebar lagi sehingga belahan vaginanya ikut sedikit membuka. Segera kubenamkan lidahku membelah celahnya. Kali ini ia langsung menjerit "Awh.. uh.." mengejang, tak sadar badannya agak bangun membungkuk keatas. Lidahku lalu menyapu belahannya itu keatas dan kebawah sambil kedua tanganku mengelus-elus pangkal pahanya dan sekitar lubang kemaluanya, sesekali kutekan-tekan gundukan bibir kemaluannya.

"Ouh.. Ari.. terus sayang.. uuhhhhh.. sayang.. aduhhh"
Seranganku kutingkatkan lagi, dengan jari-jari tanganku kubuka lebih lebar lagi belahan vaginanya sampai kulihat bagian dalam kemaluannya yang kemerahan. Segera kusapu lagi dengan lidahku.

"Aawww.. Ri.. aduh.. terus sayang.. .terus.. .aduh.. gila kamu Ri.."
Rasanya hampir 20 menit mulut dan lidahku menempel dan menyapu lubang kemaluannya, sudah waktunya bagiku untuk memasukkan penisku kedalam lubang kemaluannya ini. Kemaluanku pun sudah mengeluarkan cairan bening dari tadi. Aku lalu bangun berdiri tetapi agak berkunang-kunang karena terlalu lama jongkok. Tanpa buang waktu lagi, kuarahkan penisku ke lubangnya yang sudah basah akibat liurku dan cairan vaginanya. Blesss.. masuklah batang kemaluanku ke dalam vaginanya. Rupanya ia memang sengaja tidak 'mengunci' cincinnya itu dengan begitu tidak terlalu sulit untuk menembusnya.

Dengan tetap berdiri di tepi ranjang, aku bergerak memompa maju mundur. Lagi-lagi ia masih belum mau menggunakan cincinnya itu sehingga aku masih dapat memompa maju mundur dengan cepat, tetapi erangannya makin keras terdengar setiap batangku melesak masuk. Aku terus memompa dengan cepat tanpa istirahat, aku berharap benar dengan gaya baru kali ini aku dapat membuatnya 'keluar' lebih dahulu. Harapanku rupanya cuma tetap jadi harapan, sudah lewat 25 menit sejak kumasukkan kemaluanku dan bergerak non-stop mengocoknya begini, masih belum ada tanda-tanda ia akan 'keluar'.

Karena 'olah raga memompa maju mundur' ini kulakukan terus-menerus sembil berdiri, keringatku mulai keluar membasahi tubuhku, pinggangku mulai capek, tapi kumantapkan niatku untuk bertahan mengocoknya. Aku lalu bilang padanya, "Masih bandel juga ya? Aku pengen liat, kamu atau aku yang keluar duluan."

Baru selesai omong, tiba-tiba kurasakan sulit untuk maju mundur karena batangku seperti dicengkram oleh cincin vaginanya. Auhhhh.. kini giliran aku yang keenakan. Rupanya aku omong terlalu sesumbar sehingga ia ingin 'memberi pelajaran' padaku. Batang kemaluanku benar-benar seperti dicengkram dan diremas, seret sekali masuk keluarnya. 15 menit kembali lewat, kini penisku sudah mulai berdenyut-denyut rasanya kali ini kok aku bakal nggak kuat menahan jepitannya.

"Kamu capek Say? sekarang gantian ya, lepas dulu dong, lalu kamu naik kesini sambil sandaran kedinding ya." Akupun mencabut batang kemaluanku dari vaginanya. Tanganku ditariknya agar aku naik ke ranjang. Ia lalu bantu mendorong agar aku bergerak menyandar ketembok dibelakang tempat tidur.

Setelah aku duduk disisi atas tempat tidur sambil bersandar ketembok Sheena naik ke pahaku, berjongkok lalu memasukkan batangku ke vaginanya, lalu pelan-pelan menurunkan tubuhnya hingga duduk di selangkanganku. Ujung kemaluanku rasanya seperti mentok ke dinding rahimnya.

Ia melingkarkan kedua tangannya ke belakang leherku lalu bibirnya mencium dan melumat bibirku, kedua buah dadanya terasa menekan dadaku. Kurasakan batang kemaluanku yang sedang terbenam menjadi tambah mengeras dan berdenyut didalam kemaluannya. Cengkraman cincinnya kembali mendera batang kemaluanku, kini iapun menambah serangannya dengan menaik-turunkan tubuhnya sambil 'cincin' vaginanya menjepit kemaluanku sedang mulutnya mengunci mulutku. Kedua buah dadanya menekan dan menggesek dadaku.

Dalam kurang dari 15 menit aku sudah dibuat megap-megap menahan serangannya. Iapun berhenti naik turun untuk memberi aku napas, namun cincin vaginanya tetap ia rapatkan. Aku sungguh heran, bagaimana ia bisa mempertahankan kontraksi cincinnya non-stop selama itu. Ia tersenyum penuh kemenangan, katanya "Kalau aku mau sekarang ini kamu sudah kalah"

Dalam hati aku mengakui bahwa ia benar. Akupun menjawab, "Ok, akhirnya kamu menang."
Aku masih heran kok aku bisa dikalahkan dalam total waktu hanya sekitar 1 jam 30 menit, padahal biasanya 'pertarungan'ku dengan Sheena umumnya mencapai total 4 atau 5 jam, itupun selalu berakhir seri 1 - 1 karena sama sama sepakat mengalah untuk 'keluar'. Aku masih belum sadar bahwa aku sudah mulai kena flu sejak tiba di Airport tadi dan sampai sekarang belum istirahat.

Sheena mencium keningku, pipiku dan bibirku, sambil terus mempermainkan cincin vaginanya. Jepit, longgar, jepit, longgar, mungkin istilahnya empot ayam. Ia tidak menaikturunkan pantatnya karena ia sadar akan kondisiku yang hampir di puncak, namun ia mau agar aku merasakan nimatnya 'proses ke puncak' tanpa sampai 'kelewatan'.

"Udahan dulu ya, kita mandi yuk, kan dari Jakarta sampai sekarang belum mandi," tawarnya.
"Boleh.. biar istirahat dikit.. kamu nyalain dulu airnya ya biar bath-tub nya terisi," kataku.
Ia menaikkan pantatnya melepas batang kemaluanku dari vaginanya lalu turun dari tempat tidur menuju kamar mandi dan menghidupkan kran air di bath-tub. Aku kemudian bangkit juga menuju ke kamar mandi. Kulihat ia sedang duduk di closet membersihkan vaginanya yang basah dengan campuran cairan beningku dan lendir vaginanya.

Meski air dalam bath-tub belum terlalu dalam, aku langsung masuk dan duduk berendam sambil bersandar pada dinding bath-tub. Batang kemaluanku yang masih keras itu pelan-pelan melemas setelah terendam dalam air. Sheenapun masuk ke bath-tub dan ikutan duduk berendam. Iseng-iseng tangannya mengelus-elus batang kemaluanku untuk membersihkan lendir yang melekat di batang kemaluanku. Elusan jari-jari tangannya membuat kemaluanku kembali menegang. Ia tertawa kecil saat merasakan 'anuku' berdenyut mengeras di tangannya. Setelah dilihatnya kemaluanku sudah bersih, ia bilang, "Coba mundur dikit dong". Akupun bergerak mundur dan bersandar pada ujung bath-tub untuk memberi ruang yang lebih panjang baginya.

Ia lalu mencabut sumbat bath-tub sehingga airnya pelan-pelan berkurang. Setelah airnya hampir habis, turun hingga setinggi biji kemaluanku, sumbatnya dipasang lagi. Kini batang kemaluanku berada di atas permukaan air sedangkan biji kemaluanku setengah tenggelam. Tangannya kembali mengelus-elus batangku, lalu ia mengambil posisi nungging di depanku. Pelan-pelan kepalanya diturunkan dan mulutnya diarahkan ke kepala kemaluanku. Mulutnya membuka lalu mencaplok kepala kemaluanku, tangan dan siku kirinya dipakai menunjang tubuhnya agar tetap menungging sedang jari-jari tangan kanannya mengocok batang kemaluanku maju mundur. Mulutnya sampai kempot menyedot kepala kemaluanku. Aduhhh.. rasanya sungguh luar biasa.

Sesaat kemudian, jari-jari tangan kanannya bergerak maju memegang pangkal batang kemaluanku sambil mulutnya bergerak maju-mundur. Nikmat yang kualami sungguh tak terbilang.. ini adalah oral seks yang ternikmat dalam hidupku. Sampai saat ini masih yang ternikmat bagiku. Mulutnya terus maju mundur sampai batangku kelihatan memerah, kemudian fokusnya dialihkan ke sekitar leher kemaluanku.

Dihisap-hisapnya kepala kemaluanku sampai dilehernya, digigit-gigit kecil belakang topi bajaku, lidahnya disapu- sapukan kelilingnya, lalu kepala kemaluanku dicaplok dan disedot dengan kuat lalu dikulum- kulum. Lidahnya menari-nari didalam mulutnya menyentuh-nyentuh lubang pipisku. Setelah itu kembali ia maju mundurkan mulutnya namun hanya sampai dilehernya saja, tidak sampai kepala kemaluanku keluar.

Rupanya Sheena ingin menunjukkan bahwa tidak hanya vaginanya saja yang bisa 'mengalahkanku', ia ingin 'mengalahkanku' dengan mulutnya. Ia terus-menerus menjilat, mengulum dan menghisap batang kemaluanku hingga aku benar-benar merem melek dibuatnya. Tetapi pada dasarnya aku memang tidak pernah bisa 'keluar' dimulut wanita jika tidak kupaksakan sendiri untuk 'keluar' (Istriku pernah menyedotku selama 45 menit hingga lehernya pegal dan aku tetap tidak keluar), namun Sheena tak tahu akan kebiasaanku ini sehingga ia berpikir aku pasti 'keluar' oleh serangannya.

Setelah hampir 20 menit non-stop menyerangku, ia melirikku lalu melepaskan mulutnya dari kepala kemaluanku.
"Enak nggak?" tanyanya sambil tangan kanannya tetap memegang batangku.
"Ini yang paling enak dari semuanya," kataku.
"Naik lagi ke tempat tidur yuk.. tapi gendong ya.. capek sih," katanya.
Aku keluar dari bath-tub lalu menariknya agar bangun kemudian menggendongnya ke ranjang. Kami sudah tidak perduli lagi bahwa tubuh kami masih setengah basah.

Aku kembali berada diatasnya dengan posisi push-up, ia membimbing batang kemaluanku masuk ke lubangnya, bless.. masuklah batangku. Ia memekik, "Awk.." agak sakit karena masih seret. Aku terus memacu pantatku menyodok lubang kemaluanku. Disetiap hentakan pantatku ia selalu heboh "Awww.. .awww.."

Rasanya 15 menit berlalu, kemaluanku rasanya sudah berdenyut-denyut lagi, artinya aku sudah hampir di puncak. Agar tidak kalah, aku kurangi ke cepatanku lalu aku minta ganti posisi. Sambil menjaga agar kemaluanku tidak lepas, kami berbalik, kini ia berada diatasku. Sejenak ia hanya duduk saja diatasku tidak bergerak. Ia rupanya menikmati denyutan batang kemaluanku. Kurasakan jepitan vaginanya meningkat seakan-akan memeras batangku. Setelah hampir 10 menit kemudian. Ia melihat aku sudah 'hampir sekarat' karena permainan jepitan vaginanya, ia lalu meletakkan kedua lenganku ke atas kepalaku dan dipegangnya dengan kedua tangan kanannya yang juga untuk menopang tubuhnya.

Mulutnya diturunkan mencium bibirku sambil pantatnya mulai dinaik-turunkan. Puting buah dadanya yang bergantung-gantung menggesek-gesek dadaku menambah sensasi nikmat serangannya. Saat kemaluannya ditarik sampai ke leher kemaluanku jepitannya dilonggarkan, saat mau diturunkan dikeraskan lagi dan seterusnya.

Kini aku benar-benar 'sudah sekarat'. Ia justru mempercepat gerak naik turun pantatnya. Aku mencoba mati-matian bertahan, setiap kali pantatnya diturunkan, aku mengejang dan mendengus "Enghhh.. enghhhh.. enghhhh.. enghhhh," tetapi aku tidak mampu bertahan lagi. Rasanya kurang dari 5 menit setelah ia mempercepat naik-turun sambil menjepit, kemaluanku berdenyut-denyut dan akhirnya, "Uhh.." pertahananku jebol, aku muncrat di dalam lubang kemaluannya. Disaat kemaluanku berdenyut menyemprot air maniku, ia terus naik turun dan mengeraskan cincin vaginanya. Lemaslah tubuhku, seluruh otot-ototku rasanya terlepas dari tulangku, kenikmatannya betul-betul enak.

Sheena tidak langsung bangkit, ia hanya berbaring di dadaku dengan batang kemaluanku masih menancap di vaginanya. Pelan-pelan batang kemaluanku melemas. Campuran sperma dan lendirnya mengalir keluar dari lubangnya, meleleh ke selangkanganku dan ke sprei ranjang. Ia menggeliat ke telingaku dan berbisik "Satu nol ya..," sambil tersenyum.

Pembaca, itulah hari pertama kami di Kuala Lumpur. Tubuhku rasanya agak lemah, tapi aku masih saja berpikir "Ah tidak apa-apa, mungkin sebentar lagi juga pulih." Hari kedua dan seterusnya kami tetap hangat bercinta. Sesekali aku masih bisa "menang" namun lebih banyak "kalah".

Tubuhku sudah tambah lemah, aku akhirnya sadar sudah jatuh sakit. Di hari ke delapan terakhir sesaat sebelum meninggalkan hotel menuju bandara, aku masih nekat 'menantangnya' lagi dengan kekuatan terakhir, hasilnya aku 'kalah' lagi. Aku sudah tak ingat berapa skor akhir kami, yang jelas aku 'kalah'.

Dibandara kami berpisah, pesawatku berangkat dahulu kembali ke Australia sedangkan Sheena sejam kemudian kembali ke Jakarta. Dipesawat suhu tubuhku kian naik, otot-otot tubuhku rasanya linu dan tidak bertenaga. 7 jam perjalanan cuma bisa di kursi saja tambah menyusahkan. Setibanya di rumah, aku benar-benar jatuh sakit, sempat muntah-muntah pula. Untung waktu cuti kerjaku belum habis sehingga tidak perlu ditambah dengan cuti sakit lagi. Tetapi yang paling sebal, aku penasaran dikalahkan oleh Sheena, telak lagi. Seharusnya aku istirahat terlebih dahulu setelah tiba di Kuala Lumpur hingga flunya hilang dulu dan tidak langsung ngajak 'perang', toh masih ada hari-hari esoknya.

Sayangnya aku tidak dapat membalas kekalahanku karena itulah terakhir kalinya aku bertemu dengannya. Pada kedatanganku ke Jakarta yang berikutnya, aku tidak dapat menemuinya. Kini Ia sudah pindah ke Kalimantan. "Sheena" if you read this story then you should know that I could be better. But any way, no excuses, I admit that you have won!"

Saya senang sekali jika ada pembaca wanita mau ngasih saran, atau buka rahasia lewat email ke ari_ermawan@hotmail.com

E N D

Oleh: ari_ermawan@hotmail.com


Aku Seorang Pelacur


Kenalkan namaku Indah. Umurku 24 tahun. Statusku bersuami dengan 2 orang anak. Pekerjaanku pelacur. Tetapi nanti dulu, jangan mencemoohku dulu. Saya bukan pelacur kelas Kramat Tunggak apalagi Monas di Jakarta atau Gang Dolly di Surabaya. Saya seorang pelacur profesional. Oleh karena itu tarip pemakaian saya juga tidak murah. Untuk short play sebesar US$ 200, dengan uang muka US$ 100 dibayar saat pencatatan pesanan dan kekurangannya harus dilunasi sebelum pengguna jasa saya sebelum menaiki tubuh saya.

Jelasnya, sebelum kunci kamar tempat berlangsungnya permainan dikunci. Short play berlangsung 1 jam, paling lama 3 jam, tergantung stamina customer. Kalau sesudah 1 jam, sudah merasa capai, dan tidak memiliki lagi kekuatan untuk ereksi, apalagi untuk ejakulasi, artinya permainan sudah usai. Semua kesepakatan ini tertulis dalam tata cara pemakaian tubuh atau jelasnya lagi tata cara persewaan kemaluan saya. Ini sudah penghasilan bersih, sudah merupakan take home pay.

Saya tidak mau tahu soal sewa kamar, minum, makan malam dan sebagainya. Semua aturan ini saya buat dari hasil pengalaman menjadi pelacur selama 3 tahun (saya berniat berhenti menjadi pelacur dua tahun lagi, bila modal saya sudah cukup). Saya tidak pernah diskriminasi, apakah pembeli saya itu seorang pejabat atau konglomerat. Pokoknya ada uang kemaluan saya terhidang, tak ada uang silakan hengkang. More money more service, no money no service. Biasanya para langganan yang sudah ngefans betul pada saya masih memberi tips.

Setelah persetubuhan selesai, saya akan menanyakan, "Bapak (atau Mas) puas dengan layanan saya?" Jawabnya bisa macam-macam. "Luar biasa!" mengatakan demikian sambil menggelengkan kepalanya. Atau ada yang menganggukkan kepala, "Biasa!". Tetapi ini yang sering, tanpa berkata sepatahpun memberikan lembaran ratusan ribuan dua atau tiga lembar. Untuk tarip long-play atau all night, tergantung kesepakatan saja, namun tidak akan kurang dari enam ratus dolar. Itu tentang tarip.

Sekarang tentang service. Saya akan menuruti apa saja yang diminta oleh pelanggan (customer) selama hal itu tidak merusak atau menyakiti tubuh saya atau tubuh pelanggan. Dengan mulut, oke, begitu juga mandi kucing atau mandi susu yaitu memijati tubuh pelanggan dengan buah dada saya yang putih dan montok, juga oke-oke saja. Tetapi bersetubuh sambil disiksa, atau saya harus menyiksa pasangan saya, saya akan menolak.

Tiga tahun menjadi pelacur telah memberikan pengalaman hidup yang besar sekali dalam diri saya. Saya mempunyai buku catatan harian tentang hidup saya. Saya selalu menulis pengalaman persetubuhan saya dengan bermacam-macam orang, suku bangsa bahkan dengan laki-laki dari bangsa lain (Afrika, India, Perancis, dan lain-lain). Tetapi kalau selama tiga tahun saya menggeluti profesi saya itu lahir dua orang anak manusia, (masing-masing berumur 2 tahun 3 bulan dan satunya lagi 1 tahun), tentunya saya tidak bisa bahkan tidak mungkin mengetahui siapa bapak masing-masing anak itu. Cobalah dihitung, kalau dalam seminggu saya disetubuhi oleh minimal 10 orang, dalam 1 bulan ada 30 orang yang memarkir kemaluannya di kemaluan saya (1 minggu saat menstruasi, saya libur).

Tetapi ini tidak berarti anak itu tanpa bapak. Resminya anak itu adalah anak Pak Hendrik (nama samaran). Dia adalah boss tempat saya secara resmi bekerja. Seorang notaris dan sekarang sedang merintis membuka kantor pengacara. Pekerjaan resmi (pekerjaan tidak resmi saya adalah pelacur) ini cocok dengan pendidikan saya. Saya, mahasiswa tingkat terakhir Fakultas Hukum salah satu universitas swasta, jurusan hukum perdata. Tetapi nantinya saya kepingin menjadi notaris, seperti Pak Hendrik ini. Sebetulnya saya ditawari Pak Hendrik untuk menangani kantor pengacara yang akan didirikannya tadi. Tetapi saya tidak mau.

Menurut persepsi saya (mudah-mudahan persepsi saya salah) dunia peradilan di negeri kita masih semrawut. Mafia, nepotisme, sogok, intimidasi masih kental mewarnai dunia peradilan kita. Dari yang di daerah sampai ke Mahkamah Agung (ini kata majalah Tempo loh). Tetapi sudahlah itu bukan urusan saya. Lalu darimana saya kenal dengan Pak Hendrik? Itu terjadi pada tahun pertama saya menjadi pelacur.

Waktu itu saya hamil 2 bulan. Kebetulan Pak Hendrik mem-booking saya. Setelah selesai menikmati tubuh dan kemaluan saya sepuasnya, saya muntah-muntah. Itu terjadi waktu saya bangun pagi. Dia bertanya apa saya hamil. Saya jawab iya. Lalu dia bertanya siapa bapaknya. "Ya entahlah", jawab saya. Waktu itulah dia menawari pekerjaan untuk saya, kesediaan untuk secara resmi menjadi suami saya dan tentunya melegalisir bayi yang akan saya lahirkan. Saya tidak tahu bagaimana dia mengurus tetek bengeknya di kantor catatan sipil dan bagaimana dia dapat menjinakkan isterinya.

Yang jelas setelah itu tiap hari Selasa dan Kamis saya berkantor di kantor Pak Hendrik. Lalu apa keuntungan Pak Hendrik? Ya pasti ada. Tiap hari Selasa dan Kamis, dia akan sarapan kedua. Mulai dari menciumi, meraba-raba badan dan buah dada, dan terakhir menyutubuhi. Kadang-kadang saya malah tidak sempat bekerja karena selalu dikerjai oleh suami saya tersebut. (Bangunan yang dipakai sebagai kamar kerja Pak Hendrik dan saya terpisah dengan bangunan untuk ruang kerja stafnya).

Wajah saya memang cantik. Tinggi dan berat serasi, bahkan berat badan di atas angka ideal, namun terkesan seksi. Buah dada cukup besar, tetapi tidak kebesaran seperti perempuan yang menjalani operasi plastik dengan mengganjal buah dadanya dengan silikon. Kata orang saya cukup seksi tetapi dari sikap dan penampilan sehari-hari juga terkesan cerdas. Singkat kata, kalau ada perempuan laku disewa Rp 1,6 juta sekali pakai, bayangkan sendiri bagaimana penampilan, penghidangan dan rasanya. Baiklah terakhir saya ceritakan tentang pengawal saya, atau bodyguard saya.

Namanya Mulyono. Saya biasa memanggilnya Dik Mul, karena memang usianya baru 21 tahun, tiga tahun lebih muda dari saya. Orangnya tinggi, atletis dengan potongan rambut cepak, dan penampilannya seperti militer. Konon katanya, sehabis lulus SLTA Mulyono pernah mengikuti tes masuk di AKMIL, tetapi jatuh pada tes psikologi tahap 2. Orangnya sopan (asli dari Klaten, Jawa Tengah) dan disiplin, dia juga sangat loyal pada saya (saya sudah sering mengetes kesetiaannya tersebut). Mulyono sudah saya anggap adik sendiri. Menjadi sopir pribadi, mengurus pembayaran kontrak, mengatur waktu kerja, melindungi dari berbagai pemerasan oknum keamanan dan sebagainya, pokoknya seperti sekretaris pribadi. Hanya saja dia tidak tinggal serumah dengan saya. Saya kontrakkan dekat dengan rumah saya. Selain itu dia masih mengikuti kuliah di Universitas Terbuka, Fakultas Hukum. Lalu berapa gajinya? Itu rahasia perusahaan.

Tetapi yang jelas, sebagai seorang penjaga putri cantik, atau penjaga kebun wisata, sekali waktu dia saya beri kesempatan untuk mencicipi atau menikmati keindahan kebun itu. Mula-mula dia memang menolak. Itu terjadi pada suatu malam minggu di rumah. Dia saya panggil, saya minta dia memijati badan saya. Dia menurut. Saya hanya mengenakan gaun malam tipis dengan celana dalam dan BH yang siap dilepas. Mula-mula kaki saya dipijatnya pelan-pelan, enak sekali rasanya. Rasanya tangannya berbakat untuk memijit. Kemudian naik ke betis, yang kiri kemudian yang kanan. "Dasternya ditarik ke atas saja Dik Mul", kata saya waktu dia mulai memijat bokong. Saya sengaja memancing nafsu seksnya sedikit demi sedikit. Sementara nafsu saya sudah mulai terbangun dengan pemijatan pada bokong tadi. Bokong saya diputar-putar, dan nafsu seks saya semakin bertambah. Terus pemijatan pada pinggang, lalu punggung. Pada pemijatan di punggung kancing BH saya lepas, sehingga seluruh punggung dapat dipijat secara merata tanpa ada halangan.

Waktu Mulyono memijat leher, dia terlhat sangat berhati-hati. Setelah saya membalikkan badan, Mul akan memulai memijat dari kaki. Tetapi saya mengatakan agar dari atas dulu. Rupanya dia bingung juga kalau dari atas mulai darimana kepala atau leher, padahal dada saya sudah terbuka sehingga kedua bukit kembar yang putih dan kekar itu terbuka dan merangsang yang melihatnya. Belum sampai dia menjawab pertanyaan saya, saya sudah mengatakan,
"Dik Mul, Mbak Indah dicium dulu yach!"
"Ach enggak Mbak jangan."
"Lho kenapa? Dik Mul nggak sayang sama Mbak ya?"

Tanpa menunggu jawaban, saya sambar leher Mul, saya peluk kuat-kuat, saya cium bibirnya. Dengan kedua kaki saya, tubuhnya saya telikung, saya sekap. Dia terlihat gelagapan juga. Lama leher dan kepala Dik Mul dalam dekapan saya. Rasanya seperti mengalahkan anak kecil dalam pergulatan karena Dik Mul ternyata diam saja. Baru setelah lima menit, Dik Mul memberikan perlawanan. Pelukan saya lepaskan. Dia mulai mencium lembut pipi saya, turun ke dagu, lalu dada, di antara kedua buah dada saya. Disapunya dengan bibirnya semua daerah sensitif di sekitar mulut, dada dan leher. Saya menikmati benar ciuman ini. Apalagi setelah bibirnya turun ke bawah di sekitar pusat, pangkal paha dan sekitar kemaluan saya.

Tanpa saya sadari tubuh saya meliuk-liuk, mengikuti dan menikmati rangsangan erotis yang mengalir di seluruh tubuh. Kemaluan saya mulai basah, menanti sesuatu yang akan masuk. Setelah puas diciumi, saya berbisik, "Dik Mul, masukkan sekarang kemaluannya ya! Saya sudah nggak tahan..." Dia lalu berdiri dan mulai melepaskan, baju, celana, kaus baju dan terakhir celana dalamnya. Kini penisnya terlihat utuh putih kehitaman, dengan semburat urat-urat kecil di sekitar pangkalnya. Ujungnya seperti ujung bambu runcing, lebih panjang bagian bawah. Penis itu mencuat ke atas, membentuk sudut lebih kurang 30 derajat dengan bidang horisontal.

Pelan-pelan penis itu mulai ditelusupkan di antara bibir kemaluan saya. Setelah itu ditarik secara pelan-pelan. Kemaluannya dan kemaluan saya dapat diibaratkan dua kutub magnit, pergesekannya membangkitkan arus listrik yang merambat dari kemaluan keseluruh tubuh, juga dari kemaluannya dan memberikan rasa nikmat yang sangat kepada pasangan yang sedang ber-charging tersebut. Gosokan kemaluan Mulyono yang semakin cepat membuat seluruh tubuh saya seperti terkena listrik.

Kemaluan saya terasa berdenyut meremas kemaluan Mulyono. Saya orgasme, dan ini terulang lagi beberapa kali, multi orgasme. Makin lama rangsangan itu semakin meningkat. Bersetubuh dengan Mulyono memang saya rasakan agak lain. Biasanya saya bersikap meladeni kepada para pelanggan, tetapi dengan Mulyono saya seperti diladeni, dipuaskan rasa haus saya. Gerakan keluar-masuk kemaluannya yang lambat, ciuman disekitar buah dada yang terkadang diselingi dengan menghisap-hisap putingnya, dan reaksi menggeliat-geliatnya tubuh saya, seperti suatu pertunjukkan slow motion yang mengasyikkan.

Dan ketika saraf tubuh saya tak lagi kuat menampung muatan listrik itu, saya berbisik, "Dik Mul, tembak sekarang ya!" Dan Mulyono mempercepat gesekan kemaluannya, sampai pada puncaknya kakinya mengejang. Bersama itu pula saya peluk kuat-kuat tubuh Mulyono. Inilah puncak persetubuhanku dengan Mulyono. Teman-teman, sekian dulu perkenalan saya yang panjang lebar.

TAMAT


Antara Cinta dan Sekolah


Saya adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi ternama di jakarta. Pada kesempatan ini, saya ingin membagikan pengalaman saya. Saya berasal dari keluarga yang pas - pasan. Untuk hidup sehari -hari saja susah. Di sekolahpun saya termasuk murid yang tidak terlalu pintar. Untuk naik kelas aja susah. Tetapi, aku bersyukur karena walaupun lemah di bidang pelajaran dan ekonomi, tetapi aku masih dikaruniai wajah yang cantik dan body yang aduhai. Dengan ukuran payudaraku yang 36B dan tinggi 170 cm serta berat 55 kg tak heran banyak pria yang mengejar-ngejarku. Tetapi tak satupun dari mereka yang kuperhatikan, hanya Erick, temanku sejak SD yang bisa menarik hatiku.

Hubunganku dengan Erick pada awalnya hanya persahabatan saja. Namun lama kelamaan berubah menjadi rasa sayang dan cinta. Kami sudah berpacaran 2 tahun ketika aku duduk di bangku kelas 2 SMU. Hubungan kami pun belum terlalu jauh. Baru sampai pada tahap Petting saja. Itupun baru 1 kali kami lakukan. Karena kami takut kalau - kalau sampai keterusan. Erick sangat menghargai wanita dan dia ingin agar keperawananku tetap utuh sampai kita menikah nanti. Mungkin inilah daya tariknya yang tak dimiliki pria lain. Saya juga semakin mencintai Erick. Ini dikuatkan oleh suatu kejadian yang terjadi sewaktu kenaikan kelas saya ke kelas 3. Pada kesempatan ini, saya ingin membagi pengalaman saya tersebut.

Suatu siang selepas pelajaran, saya sudah bersiap - siap pulang bersama Erick yang sudah menungguku di tempat parkir dengan Escudonya. Saya dengan Erick memang tidak sekelas. Dia dimasukkan ke kelas unggulan karena memang otaknya yang encer. Namun tiba - tiba, saya dikejutkan oleh suara Pak Yudhi yang memanggilku. Pak Yudhi adalah guru Matematikaku. Dia termasuk guru yang muda dan tampan yang ada di sekolahku. Dia baru berusia 25 tahun. Hanya berselisih 8 tahun denganku pada saat itu. Selain itu ia juga pintar dalam menarik perhatian murid - muridnya dalam menerangkan pelajaran. Itu sebabnya ia termasuk salah satu guru favorit di sekolah ini. Hubunganku dengan Pak Yudhipun sudah cukup dekat. Sebab memang dia itu guru yang asik buat dijadikan teman dan juga guru.

"Ada apa, Pak?" sahutku
"San, Apa kamu tahu kalau nilai matematikamu jelek?" tanyanya
"Iya pak." jawabku singkat
"Apa kamu gak takut gak naik kelas?" tanyanya dengan mimik heran
"Takut sih, Pak. Tapi mau gimana lagi. Kemampuan saya kan pas - pasan" jawabku dengan cueknya
"Kamu kan bisa belajar yang baik." Sarannya.
"Saya sih sudah mencoba pak. Tapi tetap saja. Apa bapak bisa membantu agar nilai matematika saya mencukupi agar naik kelas?" Kataku sambil teringat kondisi kedua orangtuaku di rumah yang untuk hidup saja pas - pasan,apalagi mau menanggung biaya sekolahku yang harus bertambah 1 tahun lagi gara-gara gak naik kelas.
"Bisa aja sih, Tapi ada syaratnya." Katanya sambil memandang nakal padaku
"Apa itu pak? Kalau bisa pasti saya penuhi." Jawabku dengan antusias
"Kalau kamu mau, kamu datang saja hari minggu nanti ke rumah saya. Ada yang mau saya sampaikan mengenai kenaikan kelasmu." Katanya serius.
"Kenapa harus ke rumah Bapak? Kenapa tidak di sekolah saja?" Tanyaku heran
"Ya gak apa - apa sih. Cuma kalau di sekolahkan ngomongnya tidak leluasa. Emangnya kamu takut sama Bapak ya? Kamu kan sudah kenal cukup dekat sama bapak." Katanya sambil tersenyum.
"Bukannya takut, Pak. Tapi bingung aja." kataku.
"Ya udah. Tapi kamu mau kan?" Tanyanya penuh harap.
"Ya udah deh pak." Jawabku

Sayapun segera beranjak pergi menuju tempat parkir. Waduh Erick pasti kesel nih nunggu lama. Sayapun langsung menghampiri Erick yang udah nunggu dari tadi di mobil.
"Hai, San.. Kok lama?" Sapa Erick
"Iya nih,Rick. Tadi dipanggil dulu ama Pak Yudhi." Jawabku
"Pak Yudhi? Pak Yudhi yang guru Matematika itu?" Tanyanya heran.
"Iya, rick. katanya nilai matematika gue jeblok nih. Gue terancam gak naik kelas." Keluhku.
"Waduh, San. Kalau lu gak naik kelas, lu jadi adik kelas gua dong." Goda Erick.
"Ye.. Jangan harap ya! Tapi gua kasihan nih ama keluarga gua kalau gua ampe gak naik kelas." Kataku tak mau kalah.

"Udah gak usah sedih. Kan masih ada Erick di sini yang siap membantu. Lu kapan ada waktu? Biar gua ke rumah lu buat ngajarin lu." Katanya dengan bangga
"Bener nih, Rick? Hm.. Kapan yah? Kalo hari Sabtu sore bisa gak?" Tanyaku penuh harap.
"Kok Sabtu? Napa gak Minggu aja? Kan lebih asik." dengan bingung dia bertanya.
"Ya gak apa apa sih. Cuma kan Minggu tuh waktu buat santai." Kataku untuk menyembunyikan rencanaku untuk bertemu Pak Yudhi. Aku takut Erick berpikir yang macam - macam.
"Ye nih anak.. Mau naik kelas tapi masih pake acara santai - santaian lagi. Ya udah deh." Katanya sambil mengacak-ngacak rambutku.

Hari Sabtu sore Erick datang ke rumahku. Dia mengajariku Matematika. Namun, yang kuperhatikan justru cara dia menjelaskan yang lucu. Bukan pelajarannya. Akhirnya sampai pelajaran yang diberikan Erick selesai, tak satupun yang nyangkut di otakku. Aku hanya pura - pura mengerti untuk menyenangkan hatinya.

Selesai belajar, kami pergi makan malam di sebuah restoran ternama di Jakarta. Ditemani cahaya lilin yang romantis kami berbincang - bincang tentang berbagai hal, termasuk rencana kami untuk bertunangan selepas SMU. Setelah makan malam selesai, Erick mengantarku pulang. Kami sempat berciuman di mobil. Erick memang lihai dalam memainkan lidahku. Dia juga romantis sekali orangnya.

Akhirnya, hari Minggupun tiba. Saya berangkat ke rumah Pak Yudhi dengan naik angkot. Ketika saya sampai di alamat yang dimaksud saya agak terkejut karena ternyata rumah Pak Yudhi cukup besar untuk ukuran seorang bujangan. Saya mengetuk pintu.

Tok.. tok.. Tok..
"Iya sebentar" Terdengar suara pria yang kukenali sebagai suara Pak Yudhi.
Pintupun terbuka, dan terlihatlah wajah Pak Yudhi yang tersenyum kepadaku.
"Silahkan masuk, San. Maaf agak berantakan. Maklum masih bujangan" katanya sambil tersenyum.
"Gak apa - apa kok,Pak. Saya sih maklum aja." Kataku.
Sayapun masuk ke dalam rumah itu. Setelah dipersilahkan duduk, Saya pun duduk di sofa yang berwarna biru muda itu.
"Mau minum apa, San?" Tanya Pak Yudhi.

"Ah.. Terserah bapak saja lah. Apa aja juga boleh.." Jawabku.
"Teh saja ya.. Kan masih pagi." Katanya sambil beranjak ke dapur untuk membuatkan teh untukku.
"Waduh.. saya jadi gak enak nih, Pak. Masa' Bapak membuatkan teh untuk muridnya." Kataku dengan rasa tidak enak.
"Ya gak apa - apalah. Kan saya jadi guru kalau di sekolah saja. Kalau di rumah ya saya tetap Yudhi. Jadi jangan sungkan-sungkan ya." Katanya sambil tersenyum.

Kemudian Pak Yudhipun menyuguhkan teh untuk saya. Setelah menghirup seteguk, Pak Yudhipun memulai pembicaraan.
"Sebenarnya saya hanya ingin mengajak kamu ngobrol,San. Katanya kamu berhubungan dengan Erick yang anak kelas 2a itu ya?" tanyanya.
"Iya pak. Kami sudah pacaran 2 tahun." jawabku.

"Oh.. udah lama juga dong ya. Kalau bapak boleh tahu, hubungan kamu sudah sejauh apa sama dia?" tanyanya penasaran.
"Ehm.." Saya terdiam sejenak
"Oh ya udah gak apa-apa kok kalo gak boleh tahu. Bapak kan cuma iseng mau nanya." katanya agak kecewa.

"Hm.. Kalau boleh tahu apa tujuan bapak memanggil saya ke rumah Bapak?"
"Ya kamu kan udah tahu. Ini mengenai kenaikan kelasmu. Kamu kan tahu kalau nilaimu itu pas-pasan. Terus kemarin kamu nanya Bapak apa Bapak bisa bantu. Ya Bapak mau bicarain cara membantumu itu." katanya sambil tersenyum.
"Oh ya udah.. Bapak punya cara apa untuk membantu saya? Kalau uang sih saya tidak punya pak. Saya kan dari keluarga pas-pasan."

"Tidak.. saya tidak minta uang. Saya tulus kok membantumu. San, apa kamu tahu kalau selama ini di kelas Bapak selalu memperhatikanmu. Sebenarnya Bapak tertarik sama kamu, San."
"Hm.. Terus maksud Bapak?"
"Ya.. Walaupun ini tidak etis. Tapi maukah kamu menukar nilai kenaikan kelasmu dengan tubuhmu itu. Bapak tidak memaksa kok. Kalau kamu bersedia, saya berjanji akan menjamin kamu naik kelas. Kalau tidak ya gak apa-apa."

Saya terkejut dengan pernyataan Pak Yudhi barusan. Memang selama ini beliau selalu memperhatikan saya. Tapi saya menganggap perhatian itu adalah perhatian yang diberikan seorang guru terhadap muridnya.
"Hm.. Bagaimana ya Pak. Tapi kenapa bapak memilih saya bukan yang lain?" tanyaku heran.
"Karena kamu adalah orang yang bapak idam-idamkan sejak dulu. Lagipula Bapak sering terangsang melihatmu di kelas yang kadang-kadang tidak mengenakan bra." katanya agak sungkan.

Kata-kata Pak Yudhi barusan membuat mukaku langsung merah seperti kepiting rebus. Memang selama ini saya kadang-kadang tidak memakai bra ke sekolah. Ini supaya sepulang sekolah,kegiatan saya dengan Erick tidak terhambat. Memang selama ini, kami sering melakukan ciuman-ciuman dan raba meraba sepulang sekolah di mobilnya Erick. Tapi saya tak menyangka hal ini pun diperhatikan Pak Yudhi.

"Hm.. " aku bingung harus berkata apa.
"Kamu tak perlu takut begitu, San. Bapak memberi kebebasan kok buat kamu. Kalau boleh tahu, apakah kamu masih perawan,San."
"Hm.. iya, Pak. Saya dan Erick hanya sampai pada tahap Petting saja."
Kataku sambil terbayang kondisi keluargaku yang memprihatinkan.
"Bagaimana, San? Apakah kamu mau?"

Kembali terbayang kondisi keluargaku jika aku tidak naik kelas. Tapi jika aku menerima tawaran Pak yudhi,berarti aku telah mengkhianati Erick. Aku benar-benar bingung pada saat itu.
"Hm.. Tapi apakah Bapak akan melakukan Penetrasi? Saya masih perawan Pak.. Saya agak takut. Katanya itu sangat sakit. Lagipula saya takut kalau saya menyakiti perasaan Erick." kataku sedih.
"Kalau kamu takut menyakiti perasaan Erick,apakah kamu pernah berpikir kalau-kalau bisa saja Erick sudah pernah melakukannya dengan wanita lain sehingga dia tidak mau melakukannya denganmu?" hasut pak yudhi

Kata-kata Pak Yudhi itu ada benarnya juga. Sebab selama ini, ketika saya sudah sangat terangsang ketika petting dan meminta Erick untuk penetrasi,ia menolak. Apakah dia hanya Jaga image di depanku? Kembali godaan-godaan setan berkecamuk di kepalaku.
"Lagipula kalau kamu takut sakit, tenang saja.. Bapak tidak akan memaksa melakukan penetrasi kok. Tapi kalau kamu setuju, Bapak baru akan melakukannya. Kamu berpikir saja dulu, saya ke dapur dulu sebentar ya.."

Pak Yudhipun beranjak ke dapur. Entah apa yang dilakukannya. Akupun kembali sibuk berpikir. Sampai akhirnya kuputuskan untuk menerima tawaran itu dan saya akan menolak sewaktu dia akan melakukan penetrasi. Sebab kalau sekadar petting saja,Erick pasti tidak akan curiga. Tak lama kemudian, Pak Yudhi kembali dengan membawa 2 buah gelas dan sebotol bir.
"Bagaimana, San? Kamu sudah berpikir?" tanyanya penuh harap.

"Ya udah deh,Pak. Saya mau. Tapi ingat jangan sampai Erick tahu ya,Pak. Dan juga bapak harus menjamin kenaikan kelas saya." kataku mantap.
Pak Yudhipun tersenyum. Senyumnya sangat menawan. Memang ia sangat tampan. Bahkan boleh dikatakan lebih tampan dari Erick.
"Terima kasih, San. Saya berjanji kamu akan naik kelas. Tunggu sebentar yah"

Pak Yudhipun beranjak ke kamar. Saya merasa tegang juga melakukan hal yang biasa kulakukan dengan Erick kini kulakukan dengan Pak Yudhi, guruku. Tak lama kemudian,Pak Yudhi keluar dengan mengenakan kaus tanpa lengan dan celana panjang. Terlihat otot- ototnya yang menawan.
"Kamu tegang ya,San? Kamu tenang aja. Oh ya, kamu jangan memanggilku dengan sebutan Pak lagi, Yudhi saja cukup." katanya sambil duduk di sampingku
"Iya deh, Pak.. eh.. Yud" Aku masih canggung dengan panggilannya yang baru.
"Mari diminum dulu, San.. Mungkin dengan ini kamu akan merasa lebih baik." katanya sambil menuangkan bir untukku.
Sayapun meminum Bir yang diberikan Pak Yudhi itu. Kepalaku terasa agak pusing. Pak Yudhi yang paham akan kondisiku itu memijat-mijat kepalaku. Pijatannya terasa nyaman.

Tanpa sengaja tangan Pak Yudhi menyentuh buah dadaku. Kebetulan pada waktu itu saya tidak memakai bra. Sehingga sentuhannya barusan membuat sensasi tersendiri bagiku yang sedang mabuk. Bibir kamipun bersentuhan. Yudhi mulai menciumiku. Dia melumat bibirku perlahan-lahan dari atas lalu ke bawah, lalu dia mulai menyelipkan lidahnya diantara kedua bibirku. sayapun membalas ciumannya dengan melumat kedua belahan bibirnya. Kemudian lidah kami saling berpagut satu sama lain. Aku menjilati seluruh mulutnya dan kuhisap lidahnya. Pandai juga guruku ini memainkan lidahku. Tak kalah hebatnya dengan Erick.

Sementara kami berciuman,tangan Yudhi menjelajahi seluruh permukaan tubuhku. Seluruh permukaan tubuhku tak ada yang luput dari jamahannya. Akupun semakin bergairah diperlakukan seperti itu. Tanganku membalas perlakuan Yudhi dengan menjelajahi dadanya yang bidang. Tanpa sengaja tanganku menyentuh daerah bawahnya, terasa kalau ada sesuatu yang keras sedang mengganjal di sana.

"San, bukain bajuku dong.." pinta guruku itu.
Akupun menuruti permintaannya dan membuka bajunya itu dengan rasa agak canggung. Yudhi sepertinya memahami perasaanku. Dia kembali melumat bibirku dan tangannya mulai meremas payudaraku yang masih terbalut pakaian lengkap. Aku semakin terbakar gairah.

Bajukupun satu persatu ditanggalkan. Kini aku hanya memakai celana dalam. Demikian juga dengan Yudhi. Penisnya terlihat menonjol dengan hanya dibalut dengan celana dalam berwarna hitam. Aku semakin bernafsu dibuatnya. Yudhi meremas-remas payudaraku dengan arah searah jarum jam. lidahnya menjilati celah antara kedua gunungku. aku serasa terbang ke langit ketujuh dibuatnya. Suatu perasaan yang belum pernah kudapat dari Erick. Akupun tak mau kalah, kutarik celana dalam hitamnya sampai melorot kebawah.

Terlihat penisnya yang berukuran 17cm dengan bulu lebat. Penisnya lebih panjang sedikit dari punyanya Erick. Tetapi punya Erick lebih besar diameternya. Lalu aku mulai mengocok penisnya dengan tanganku. Dengan gerakan yang semakin cepat dan semakin cepat. Tampaknya penisnya sudah berereksi penuh. Akupun semakin bergairah melihatnya.
"San, oralin aku dong.." pintanya

Sebenarnya tanpa dimintapun, saya sudah pasti mau melakukannya. Melihat penisnya yang besar, aku semakin bernafsu saja. Dia dalam posisi duduk dan aku berjongkok di depannya dan mulai memasukkan penisnya ke dalam mulutku. Mulutku sampai terasa penuh oleh penisnya. Penisnya masuk sampai mendekati tenggorokanku. Aku mulai menjilati penisnya di dalam mulutku. Terdengar erangan kenikmatan dari mulutnya. Sementara itu, tangannya tetap meremas payudaraku. Remasannya menimbulkan rasa sakit. Namun nikmat yang ditimbulkannya, lebih luar biasa. Aku memang paling suka kalau payudaraku diremas dan dijilat.

Setelah kuoral selama lebih kurang 5 menit, penis itu tetap perkasa. Sekarang dia membaringkan aku di sofanya. Diturunkannya celana dalamku. Aku masih agak malu dilihatin dia yang notabene adalah guruku di sekolah. Aku mengambil bantal untuk menutupi daerah wanitaku itu. Namun dengan gesit ia menyingkirkan bantal itu dan menjilati vaginaku dengan posisi berlutut di sisiku. Sensasi yang kurasakan sangat luar biasa. Ia dengan lihai menggelitik daerah sekitar vaginaku. Lalu dengan lidahnya ia memainkan klitorisku.

Sensasinya sungguh luar biasa. Pandai sekali dia memainkan vaginaku. Vaginaku sampai sangat basah dibuatnya. Namun dia malah senang dengan menghisap cairan yang keluar dari vaginaku itu. Bahkan lidahnya semakin liar bermain di vaginaku. Desahanku sudah mirip dengan teriakan. Ia tampaknya masih belum puas mengerjaiku. Dia malah menusukkan lidahnya ke dalam vaginaku. Memang tidak sampai terlalu dalam. Tapi kenikmatan yang kurasa sungguh luar biasa.

Diperlakukan seperti itu, aku tak bisa tinggal diam. Aku angkat pinggulku, agar lidahnya bisa menjilati seluruh bagian vaginaku. Tak berapa lama kemudian akupun orgasme. Aku merasakan seluruh permukaan tubuhku tegang dibuatnya. Akupun berteriak..
"ARGH.." Inilah orgasmeku yang pertama dengan guruku.
Setelah perasaanku tenang menikmati sisa-sisa rasa orgasme tadi. Dia tersenyum padaku sambil berkata.
"Udah keluar ya? Kita ganti suasana yuk.. Main di kamar aja ya.." Ajaknya sambil tersenyum penuh kemenangan.

Antara setengah sadar dan tidak saya mengangguk. Diapun segera menggendong saya ke kamarnya. Dia membaringkan saya di tempat tidurnya. Kemudian dia menyodorkan penisnya diantara kedua belahan dadaku. Akupun meremas penisnya dengan menggunakan vaginaku. Dia pun mendesah menahan nikmat. Dia kembali menjilati liang vaginaku. Vaginakupun kembali basah dibuatnya. Rasanya vaginaku ingin ditusuk dan digelitik-gelitik. Dia tampaknya bisa mengerti apa yang kurasakan.

"San,aku masukin ya..?" Mintanya dengan nada memelas. Aku yang sudah terbawa nafsu mengiyakan permintaannya. Namun, ia masih mau mempermainkan saya. Ia menggesek-gesek penisnya di sekeliling vagina saya. Saya sampai memohon padanya agar memasukkan penisnya ke dalam vagina saya.

"Masukkin.. Cepet.. argh.." Pintaku. Lalu, Ia mulai memasukkan penisnya perlahan-lahan. Agak sakit kurasa di sekitar vaginaku. Penisnya yang besar memasuki vaginaku yang masih sempit karena masih perawan. Setelah dia mendesak masuk dengan sekuat tenaga,penisnya baru masuk 1/2 bagian. Aku sudah menangis kesakitan. Teapi dia sangat lihai. Dia melumat bibirku dan meremas payudaraku sehingga membuat vaginaku lebih basah lagi. Dan akhirnya, penisnya masuk total ke dalam vaginaku.

"Argh.. Sempit sekali San memekmu.." erangannya membuatku makin bernafsu. rasa sakit tak kupedulikan lagi.

Setelah beberapa saat berada dalam vaginaku, ia mulai menarik 1/2 penisnya kemudian memasukkannya lagi. Ia terus melakukan gerakan ini berulang-ulang. Mula-mula terasa amat sakit buatku. Namun lama-kelamaan rasa sakit itu berubah menjadi rasa nikmat yang luar biasa. Gerakannya semakin cepat dan gencar. Gerakannya aku imbangi dengan goyangan pinggulku ke kiri dan ke kanan. Akhirnya, tak lama kemudian kamipun mencapai orgasme pada saat yang bersamaan. Spermanya bercampur dengan darah keperawananku keluar dari vaginaku. Setelah beberapa saat, Pak Yudhi memecah keheningan
"Terima Kasih ya San. Kamu sudah mau memberi keperawananmu kepadaku." katanya sambil tersenyum.

Aku menyesali perbuatanku itu. Aku telah mengkhianati Erick. Tanpa terasa air mataku mengalir keluar. Pak Yudhi mengusap air mataku dengan tissue.
"Tenang saja, San. Jangan menangis lagi. Kamu pasti akan naik kelas." kata Pak Yudhi menenangkanku.

Akhirnya saya memang naik kelas ke kelas 3. Sebelum saya dan Erick bertunangan, saya menceritakan kejadian ini kepada Erick. Sebab saya merasa bersalah padanya. Namun,Erick memang pria yang baik. Ia tetap mau bertunangan denganku walaupun aku sudah tidak perawan lagi. Hubunganku dengannya tetap berjalan sampai sekarang. Aku sangat menyesal telah mengkhianatinya. Maafkan aku ya,Rick.. Aku berjanji akan tetap setia sama kamu seumur hidupku.

*****

Bagi yang ingin berbagi cerita dan berkomentar soal ceritaku di atas, silakan kirimkan aku email, terima kasih.

E N D

Oleh: electra_in_love@yahoo.com


Bioskop Biru


Kisah ini adalah pengalaman pribadiku sendiri. Namaku joko, umurku 23 tahun. Aku baru saja berkenal dengan seorang gadis yang masih duduk di SMU swasta. Sedangkan aku bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, namanya Mirna.

Aku baru berkenalan dengannya sekitar 1,5 bulan. Waktu awal kenalan aku sudah tertarik dengan dirinya yang sangat sexy, manis dan juga montok, payudara yang sangat besar membuat pikiranku melayang kemana-mana tapi walaupun begitu tidak pernah mampir kerumahnya. Dan kami hanya bisa janjian bertemu di cafe saja dan ngobrol-ngobrol saja karena aku masih nggak enak untuk berkunjung kerumahnya karena baru saja berkenalan jadi dengan cara inilah yang paling baik walaupun sebenarnya aku pingin tau dan ingin lebih kenal sama keluarganya walaupun gitu aku masih menjaga sikap yang baik. Tapi pada akhirnya aku merasa hubungan kami semakin akrab dan semakin bersahabat, maka suatu hari aku pun buat janji untuk nonton bareng dengan Mirna dan aku pun datang kerumahnya.

Waktu kedatanganku yang pertama kali aku cuma berbincang-bincang dengan orang tuanya karena orang tuanya ternyata gaul juga maka pada saat itu pula aku langsung timbul perasaan nggak pede, tapi aku coba untuk mengimbangi pembicaran mereka, kadang-kadang aku nggak mengerti apa yang mereka bicarakan. tapi aku pura-pura mengerti saja agar tidak dikata nggak gaul dan aku pun sekalian menunggu Mirna keluar dari kamar, setelah 15 menit berlalu muncullah Mirna dengan pakaian yang sopan dan rapih sekali.

Walaupun begitu aku tetap saja mepunyai pikiran yang ngeres dalam pikiranku gimana caranya untuk dapat menikmati payudaranya yang montok dan sexy. Akhirnya aku pun segera pamitan untuk pergi ke bioskop 21 yang kebetulan jaraknya nggak begitu jauh dari rumahnya Mirna. Setelah sampainya aku disana aku pun memesan tiket ditempat yang paling belakang dan paling pojok pula, tampa aku duga yang datang nonton hanya sedikit, setelah melihat situasi yang sangat baik ini aku nggak sia-siakan bahkan pikiranku untuk membuat film sendiri.

Dan ketika lampu mulai padam, kucoba untuk memberanikan diri untuk memegang tangannya ternyata dia diam saja, kemudian aku beranikan lagi untuk mencoba mendekati wajahku kepadanya dan dia pun tetap diam aja bahkan dia menutup matanya. Kami pun saling berciuman. Kulumat bibirnya yang berwarna kemerah-merahan dan tak kusangka Mirna pun membalas ciumanku. Cukup lama kami berciuman, kemudian aku lebih berani lagi untuk menciuman di daerah yang lain aku pun mulai menyusuri lehernya yang putih bersih itu dengan ciuman yang mendesah. Nafasnya Mirna terdengar agak terengah-engah. Aku meneruskan ciumanku dengan meremas-remas buah dadanya yang indah sekali, kemudian satu persatu kancing bajunya kutanggalkan, sampai dia hanya pakai BH saja. BH nya yang berukuran 36B itupun aku kutanggalkan.

Payudaranya yang sekal dan indah itu pun habis kuciumi, sementara tanganku meremas- remas dengan lembut payudaranya. Kemudian punting payudaranya yang berwarna kecoklatan kuhisap dan kujilati dengan nikmatnya. Mirna makin menderu nafasnya. Aku terus asyiknya menghisap payudaranya yang sekal. Tapi tak kusangka aku telah main dengannya selama dua jam nonstop dan filmnya pun akan segera usai maka aku sadarkan Mirna yang masih melayang-layang dengan kenikmatan yang aku buat maka dia pun segera memakai baju dan ketika lampunya mulai menyala kami pun segera turun dan ternyata mereka pun nggak mengetahui apa yang kami lakukan dari tadi.

Disaat hendak dalam perjalanan pulang aku masih dan memikirkan langkah selanjutnya, Mirna semakin lengket sama aku karena aku bisa memuaskan dia walau belum sampai puncaknya. Sesampainya dirumah Mirna, akupun berciuman kembali. Mirna dengan garanganya menciumku bahkan Mirna menyedot lidahku dalam sekali dan aku pun selesaikan permainananku itu karena hari sudah menjelang pagi, akupun segera pamit pulang.

Minggu berikutnya aku kembali datang ke rumah Mirna. Waktu itu hanya ada saudara ceweknya yang dari kampung bersama suaminya ada dirumah. Sebenarnya aku ingin mengajak saudaranya untuk nonton tapi karena suaminya ada dirumah jadi aku membatalkan niatku. Tanpa aku ketahui ternyata dirumahnya sedang ada acara keluarga, sebenarnya aku nggak untuk pergi disaat dirumahnya ada acara tapi karena Mirna memaksa untuk aku mengajaknya nonton akupun mengiyakannya.

Setelah basa-basi dengan orang tuanya kami aku pun segera pamitan untuk pergi nonton. Akhirnya kamipun jalan menuju bioskop yang nggak begitu jauh dari rumah Mirna, selang 20 menit kamipun sampai ditujuan. Kamipun mencari film yang akan kita tonton walaupun sebenarnya kami nggak sepenuhnya menonton fim yang kami pilih, akupun memesan tiket sedangkan Mirna masih melihat-lihat film yang lain.

Aku senang main dibioskop karena tempatnya nyaman. Walupun nggak terlalu aman untuk melakukan yang lebih dalam. Kemudian kami pun masuk kedalam bioskop yang masih terang dengan lampu dan aku lihat cuma ada 10 orang yag nonton jadi aku pun makin agresif untuk segera memulai permainananku. Setelah lampu bioskop padam kami pun tampa basa-basi langsung berciuman. Aku mencium bibir Mirna yang harum mungil sekali, Mirna membalas ciumanku.

Berbeda dengan waktu kemarinnya, kali ini Mirna agak agresif. Dia mencium bibirku dengan ganasnya. Aku juga semakin bersemangat membuka pakaian Mirna. Sehingga dia hanya memakai celana dalam saja. Aku segera menyapu bersih lehernya yang putih bersih. Mirna menggelinjang membuat aku semakin bergairah. Nafasnya mulai terengah-engah, ciumanku terus kearah buah dadanya yang montok dan tubuhnya yang sexy. Aku menghisap punting payudaranya, sungguh sangat enak sekali rasanya. Aku menghisap punting payudaranya bergantian kiri dan kanan, Mirna makin terengah-engah.

Sesekali aku dengar desihan Mirna "Akh... terus, Jok enak, emut lagi aku suka sekali" dengan membisikkan kekupingku yang membuat aku semakin bersemangat. Lalu aku membuka celana dalamnya, sehingga sekarang dia tidak memakai pakaian sehelai benang pun. Akupun mulai menjilati vaginanya. Aku menjilati klitorisnya yang sebelumnya aku menyibakkan bulunya yang belum begitu lebat, lama aku menghisap klitolisnya, sampai aku merasakan cairan yang sangat khas, mungkin dia sudah semakin terangsang akan permainananku itu, walaupun dia agak takut ketahuan dengan disekitarnya tapi aku coba untuk meyakinkan dia bahwa nggak akan ada yang melihat permainanan kita.

Mirna lalu mencoba menggapai penisku tapi nggak sampai, karena aku sudah keburu mencium bibinya yang sangat mungil. Tapi setelah beberapa lama dia mencoba memegangnya, akhirnya Mirna pun berhasil menggapai penisku yang dari tadi sudah tegang, dia langsung mengarahkan bibirnya kepenisku.
"Wahh... enak sekali..." kataku kepada Mirna, Mirna pun mulai melumat penisku dengan profesional dan terampil. Aku semakin terengah-engah dibuatnya, Mirna pun semakin bersemangat mendengar desahan nafasku. Tak terasa film akan segera berakhir aku putuskan untuk berhenti, kubilang sama Mirna bahwa nanti kita bisa teruskan di hotel saja dan diapun tersenyum sebagai tanda setuju.

Akupun segera memakai pakaian dan Mirnapun memakai baju dengan cepat pula. Setelah film usai kami pun langsung meluncur ke sebuah hotel yang terdekat karena kami sudah tidak sabar untuk melanjutkan permainan yang sempat terhenti. setelah sampai kami disana kami pun langsung memesan kamar dan setelah selang berapa lama, kamipun menuju kamar yang telah kami pesan.

Sesampainya didalam kamar kami pun melanjutkan permainan yang tadi terhenti, aku langsung mencium Mirna dan Mirna pun membalasnya dengan garangnya. Aku menjadi bersemangat kutanggalkan bajunya. Lalu aku buka celana dalamnya, sehingga sekarang dia tidak memakai pakaian sehelai benang pun. Lalu kubaringkan badannya untuk telentang, penisku kuarahkan kearah vaginanya. Mirna yang sangat menawan dan harum, perlahan-lahan aku memasukkan penisku, Mirna pun menjerit kesakitan dan dia pun berkata

"Jok, pelan-pelan dong masukinnya, kan sakit" akupun berhenti sebentar dan setelah dia tenang kembali maka aku masukkan sisanya.
"bless..." maka seketika itu pula penisku masuk semua kedalam vaginanya. Aku pun mengambil posisi yang paling enak, dan akupun mulai memainkan penisku dengan memasukan dan kemudian aku keluarkan kembali, kemudian kumasukan kembali begitu seterusnya aku lakukan dan berkali-kali aku ganti posisi mainku, kemudian aku pun baru memulai maju-mundurkan pantatku. Mirnapun kelihatan sangat menikmatinya permainananku.

Lalu aku mengangkat kedua kaki Mirna dan aku tetap mengoyangkan pantatnya yang montok dan juga menawan. Sampai akhirnya dia mendesah dengan dahsyatnya. Dan aku pun merasakan cairan hangat membasahi penisku didalam vaginanya. Rupanya Mirna sudah keluar, sementara aku nampaknya masih lama untuk mencapai puncak orgasmenku. Dan Mirna pun melumat penisku, aku pun menggeliat menahan nikmatnya hisapan Mirna. Kemudian Mirna pun mengocok penikku, mengocok dan meremas-remas sangat lembutnya.

Ketika aku merasa ejakuasi, aku tarik penisku dari tangan Mirna. Mirna pun menarik pinggulku dan menghisap kuat penisku.
"Mirna aku mau keluar akh.. akh.." spermaku pun terpancar.
Mirna pun menelan semua maniku yang keluar dari penisku. Kemudian dia menjilat-jilati dan menghisap-hisap sisa-sisa spermaku. Mirna makin bernafsu dan dia pun berkata
"Enak sekali jok mani kamu benar-benar enak."
Kemudian Mirna pun langsung naik keatas tubuhku dan memasukkan penisku ke liang vaginanya
"Akh.. sstt.., enak jok terus jok, mentok jok akh.." Mirna pun menggoyang pinggulnya.
"Ahh... esst enak jok ah..."

Aku pun merasakan keenakan dengan goyangannya Mirna karena goyangannya seperti ular yang sedang menari. Lama Mirna melakukan itu hingga akhirnya kami keluar bersamaan.
"Ahh Jok, enak Jok, ayo Jok keluarin bareng ohhhh..."
Akhirnya
"Mirna aku mau keluar nih ahh, crot... crot..."

Kamipun lemas dan Mirna mencium bibirku dengan mesra
"Makasih ya Jok, penis kamu enak, kamu bisa bikin cewek ketagihan nanti lagi ya" katanya.
Aku hanya tersenyum dan memeluk dia dengan mesranya.

Dan akhirnya kami pun merebahkan badanku. Lama kami terdiam karena kelelahan. Tanganku masih saja meremas-remas payudara Mirna, Mirnapun masih menikmati remasan tanganku dipayudaranya. Kami sama-sama menarik nafas panjang. Dan kamipun tertidur pulas. Dan ketika aku bangun ternyata Mirna masih melumat penisku dengan lahapnya dan sampai akhirnya aku pun main lagi dan begitulah seterusnya.

Setelah hari itu, tiap kali aku nonton sama Mirna aku selalu meremas-remas payudaranya. Kadang-kadang aku langsung lucuti pakaian Mirna dan langsung menghisap payudaranya, kadang-kadang aku langsung membuka celanaku dan menyodorkan penisku kedalam mulutnya. Mirna juga memperkenalkan teman-temannya dan akupun juga sering main dengan teman-temannya.

Tentunya tanpa sepengetahuan Mirna, aku bilang pada Mirna kalau mau mengundang teman untuk main harus yang bersih. Dan sekarang aku sebenarnya sudah kangen sama mainannya yang sangat memuaskan, karena aku telah lama tidak pernah berhubungan lagi dan entah sekarang Mirna ada dimana dan bagaimana keadaannya. Namun aku pun sekarang kadang-kadang masih bisa main dengan temannya Mirna yang nggak kalah sexynya dan montok.

Buat para pembaca wanita yang penasaran dengan saya silahkan kirim email, pasti saya balas. saya tidak ganteng tapi saya bisa membuat cewek ketagihan.

E N D

Oleh: Fikombpm@yahoo.com


Cara Mengungkapkan Sayang


Aku pria berumur 22 tahun, kuliah disalah satu universitas di Jakarta. Sebut saja namaku Aldi. Dalam berpacaran aku sudah cukup berpengalaman. Tapi dalam soal seks aku masih pemula. Aku hanya melakukan sebatas pinggang ke atas. Setidaknya aku pernah melihat payudara cewek secara langsung. Aku melakukan terhadap cewekku yang terakhir. Pada cewek-cewekku sebelumnya aku tidak berani melakukannya, bahkan ciuman sekalipun. Mungkin suasana yang kurang mendukung. Cewekku yang terakhir inilah, aku melakukan ciuman bibir bahkan hampir melakukan hubungan seks. Itulah yang terjadi sebelum aku mengenal Fenny dan melakukan hubungan seks.

Begini ceritanya, dua bulan setelah jadian aku bertanya padanya sebut saja namanya Sisi. "Bolehkah aku mencium kamu.." Sisi diam sesaat kemudian menganggukkan kepalanya tanda setuju, tapi sebelum itu Sisi berkata, "Lain kali jangan tanya karena aku malu untuk menjawabnya.." Aku pun mengiyakan. Dengan posisi berdiri kurangkul dia dan mencium bibirnya, karena baru pertama kali, aku gemetaran dan hanya menempelkan bibirku ke bibirnya selama 1 detik.

Tiga bulan setelah jadian aku pun melakukan french kiss yang dahsyat sekali. Selama 2 bulan aku hanya melakukan ciuman tersebut. Memasuki bulan ke-5 setelah jadian, aku kembali melakukan french kiss tapi kali ini tanganku mulai jahil berusaha menyusup di balik kaos Sisi, Sisi berusaha untuk menghindar dan aku pun tidak berusaha untuk melanjutkannya. Ciuman kami makin dahsyat, aku tidak lagi menciumi bibirnya melainkan ke lehernya terus menciumi dan sesekali menjilatinya. Sisi mendesah panjang.

Keringat mulai mengucur di wajah kami. Kembali aku meyusupkan tanganku ke balik kaosnya, kali ini Sisi diam saja. Jemari tanganku mulai menyentuh perutnya yang ramping terus menjalar ke atas, akhirnya aku menyentuh payudaranya yang padat berisi dan masih terbalut BH. Aku pun belum merasa puas, jemari tanganku berusaha membuka kaitan BH-nya. "Berhasil," batinku. Kaitan BH terlepas. Aku menghentikan aktifitasku dan melepaskan pakaianku sehingga aku telanjang dada di hadapan Sisi.

Kemudian aku melepas juga pakaian Sisi. Sisi agak menolak, entah kenapa Sisi akhirnya membiarkan saja aku melepaskan pakaiannya. Mulailah kelihatan payudara Sisi yang putih bersih dengan BH-nya yang agak melorot ke bawah karena kaitannya sudah lepas dan aku pun melepaskannya dari tubuh Sisi. Karena malu, Sisi menutupi payudaranya dengan telapak tangannya. Dibalik celanaku, batang kejantananku ingin keluar dari sarangnya karena sudah tegak berdiri dari tadi.

Aku merentangkan kedua tangan Sisi, maka terlihat jelaslah 2 bukit yang indah yang dihiasi 2 putingnya yang berwarna coklat. Aku pun melumat salah satu puting tersebut ke dalam mulutku, tidak lupa salah satu tanganku menyentuh payudaranya yang menganggur. Sisi tidak tinggal diam, dia mengapit salah satu kakiku. Rupanya dia ingin memberikan kenikmatan pada liang senggamanya dengan cara tersebut, batang kejantananku tidak luput dari gesekan tersebut. Sekali-sekali aku pun mendesah ketika batang kejantananku menerima gesekan dari kakinya. Aku terus mempermainkan payudaranya secara bergantian.

Kami berdua telah bermandikan keringat. Karena terus mengalami gesekan dari kaki Sisi, batang kejantananku tidak kuat lagi menahannya. Akhirnya aku memuncratkan maniku di dalam celanaku. Rupanya Sisi mengalami hal yang sama, karena saat itu Sisi berkata, "Aldi, ada sesuatu yang keluar dari kemaluanku.." Aku pun menerangkan kepada Sisi bahwa kita telah mencapai klimaksnya. Kami berdua pun saling rangkul. Kejadian tersebut terus berlangsung sampai beberapakali tapi aku belum juga berhasil melihat liang senggamanya karena Sisi selalu menolak. Akhirnya kami putus setelah jadian selama 10 bulan karena Sisi tidak bisa lagi menemuiku yang telah pindah keluar kota.

Setelah setahun berpisah dengan Sisi, keinginan untuk berpacaran lagi kembali timbul, apalagi setelah melihat teman kampusku yang bernama Fenny. Orangnya cantik, berkulit putih bersih, selain itu dia pun mudah bergaul dengan siapa saja. Kadang-kadang dia selalu curhat padaku dan dia pun bilang bahwa dia baru putus dengan cowoknya sekitar 2 bulan yang lalu, dan kadang-kadang juga selalu minta diantar karena aku memang punya motor. Walaupun aku sangat menginginkannya menjadi pacarku. Tapi aku belum berani mengucapkan kata cinta. Karena aku takut persahabatan kami putus gara-gara kejadian tersebut.

Pada suatu hari, tepatnya hari Sabtu. Salah seorang teman kampusku cewek mengadakan pesta yang diadakan di rumahnya. Dia mengundang seluruh teman kampusku termasuk aku dan Fenny. Fenny dan aku berangkat dari tempat yang terpisah, dia dijemput temannya pakai mobil dan aku naik motor punyaku. Singkat cerita pesta berakhir jam 8:00 malam, teman- teman telah bersiap untuk pulang. Tiba-tiba Fenny menghampiriku dan bertanya, "Kamu mau nggak nganterin aku pulang." Aku mengiyakan. Kami pun berangkat, ditengah perjalanan Fenny berkata, "Aldii.. ke kost aku dulu ya.. ada bukuku yang tertinggal," kata Fenny. "Baiklah," kataku. Ditengah perjalankan kulihat cuaca menunjukkan tanda akan hujan.

Akhirnya kami sampai di kost Fenny. Tempat kost Fenny lumayan besar dan mempunyai kamar mandi. Disaat Fenny mengemasi buku-bukunya, hujan turun cukup lebat. Fenny telah selesai berkemas tapi hujan belum juga berhenti. Kami terus menunggu hujan berhenti sambil cerita-cerita. Jam 9:30 malam hujan belum juga reda, Fenny pun menelpon ke rumah melalui HP-nya.
"Ma.. aku nginap di kost-an aja, masih hujan di sini," katanya.
Mamanya menyetujui, "Kalau begitu, aku akan pulang sendiri dong." kataku, Fenny hanya tersenyum.

Jam 10:00 malam hujan belum juga reda. Fenny telah mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa, kaos oblong dengan celana pendek. Sambil menunggu hujan reda, kami pun kembali bercerita. Tetapi perhatianku tidak lagi terfokus pada ceritanya melainkan pada Fenny yang duduk di tepi ranjang. Paha putih mulusnya yang tersingkap karena memakai celana pendek. Walaupun hanya sedikit cukup membuat batang kejantananku tegak. Aku tidak tahan lagi, ketika Fenny menggoyang-goyangkan kakinya. Sebenarnya pemandangan tersebut biasa- biasa saja tapi aku telah dirasuki hawa nafsu.

Tiba-tiba saja aku langsung memeluknya, dan mencium bibirnya. Tidak sampai disitu, aku mendorong tubuhnya ke atas ranjang, kemudian menghimpitnya dengan tubuhku. Aku melanjutkan aktifitasku, mencium dan melumat bibirnya. Fenny kaget. Tapi Fenny tidak bisa berbuat apa-apa. Aku terus menciuminya, tanganku yang nakal mulai menyusup di balik kaos Fenny. Fenny menangkisnya. Dengan sedikit gerakan, aku berhasil menepisnya dan terus menyusup sampai menyentuh payudara Fenny yang masih terbungkus BH. Aku meremas lembut payudara Fenny. Fenny mendesah. Aku terus meremas tidak lupa ciumanku terus melumat bibirnya. Aku mengalihkan ciumanku ke lehernya. Fenny kembali mendesah. Jemari tanganku mulai merayap ke punggungnya, dan berusaha melepas tali BH Fenny.

"Berhasil," batinku. Fenny tersentak kemudian mendorong tubuhku ke samping. "Kita tidak boleh melakukan ini, Aldi." kata Fenny. Aku terdiam tapi nafsuku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi dan berkata, "Memang tidak boleh sih, tapi.." Aku kembali merangkul Fenny, kali ini ciumanku lebih ganas dari yang pertama. Mulai dari bibir terus ke telinga menjalar ke lehernya. Jemari tanganku melanjutkan aksinya lagi menarik ke atas BH terus meremasnya, memuntir-muntir putingnya. Fenny pasrah dan kelihatan mulai panas dengan permainan yang kuterapkan. Aku mengangkat tubuh Fenny dan membuka baju serta BH-nya, aku pun demikian. Aku memulai lagi aksiku, kali ini ciuman kuarahkan ke payudaranya. Fenny menggeliat, apalagi tanganku menyentuh payudaranya yang satu lagi. Kami berdua telah bermandikan keringat. Tangan Fenny menjambak rambutku.

Permainan jemari tanganku mulai merangkak ke bawah dan berusaha menyusup ke balik celana pendek serta CD-nya. Fenny tidak lagi berusaha menangkisnya. Jemari tanganku sudah menyentuh rambut kelaminnya. Inilah pertama kali aku menyentuh rambut kelamin cewek. Aku merasa ketagihan. Kemudian jari-jari tanganku menggesek-gesek sekitar liang senggama Fenny. Fenny mendesah panjang dan membenamkan kepalaku ke payudaranya, untuk mendapatkan kenikmatan lebih.

Setelah beberapa lama, ciumanku mulai merangkak ke bawah sampai batas rambut kelaminnya yang sedikit terbuka. Aku kemudian meloroti celana pendek dan CD-nya. Aku pun demikian. Sekarang di atas ranjang, aku dan Fenny sudah telanjang bulat. Aku terkagum melihat pemandangan tubuh Fenny. Akhirnya aku berhasil melihat tubuh bugil cewek, apalagi yang seperti Fenny. Payudaranya putih padat berisi dihiasi putingnya yang berwarna coklat. Liang senggamanya dikelilingi rambut kelamin yang lebat. Tubuh Fenny hampir mirip tubuh Sisi tapi kelebihan tubuh Fenny aku melihat seluruhnya tanpa pakaian sedangkan Sisi hanya sebatas pinggang ke atas. Fenny yang selalu memejamkan mata, mulai membuka matanya, sedikit kaget saat melihat dirinya sudah tidak memakai apa-apa lagi dan melihat diriku dengan batang kejantanan tegak berdiri. Fenny menutupi payudaranya dengan meyilangkan kedua tangannya.

Aku kembali beraksi, kali ini daerah sasaranku liang senggamanya. Aku menciumi dan menjilati yang agak menonjol di sekitar liang senggamanya mungkin itu yang dinamakan klirotis. Setelah beberapa lama ciumanku kembali ke atas, merentangkan tangannya yang menutupi payudaranya. Terus menjilati tubuhnya dan akhirnya mendarat kembali di bibirnya. Alat kelaminku dan Fenny saling beradu. Ini membuat batang kejantananku ingin dimasukkan ke tempatnya. Aku mengatur posisi dan melebarkan kaki Fenny. Fenny tersadar dan berkata, "Kita sudah terlalu jauh, perlu kamu tahu inilah penyebab aku putus dengan cowokku karena aku tidak mau melakukan ini." Aku tidak lagi mempedulikan kata-kata Fenny karena hawa nafsuku sedang menuju kepuncak. Aku kembali merangkul Fenny dan menciumi bibirnya, kali ini lebih dahsyat lidahku bergoyang-goyang di mulutnya.

Fenny tidak bisa berbuat apa-apa dan kelihatannya kembali larut dalam kenikmatan. batang kejantananku yang sudah gatal ingin segera memasuki liang kenikmatan Fenny. Aku mengambil posisi yang pas, batang kejantananku mulai memasuki pintu kewanitaannya. Karena baru pertama kali, batang kejantananku sering melenceng memasuki liang senggama Fenny, aku terus berusaha dan akhirnya masuk juga batang kejantananku ke dalam liang senggamanya. Fenny kembali mendesah panjang, "Aldi.. ntar aku hamil," kata Fenny sambil memelas. "Aku akan bertanggung jawab," kataku.

Fenny sedikit tenang, batang kejantananku telah masuk sedikit demi sedikit. Akhirnya semua batang kejantananku tenggelam di liang senggama Fenny. Aku menggoyangkan pinggulku sehingga batang kejantananku keluar masuk di liang senggama Fenny. Makin lama makin cepat. Fenny mendesah sambil menyebut namaku. Kami berdua kembali bermandikan keringat walaupun cuaca sebenarnya lumayan dingin. Sesuatu cairan yang hangat menerpa batang kejantananku yang masih berada di liang senggama Fenny. Rupanya Fenny telah mencapai orgasme. Aku pun tidak tinggal diam dengan mempercepat gerakan batang kejantananku keluar masuk di liang senggama Fenny.

"Inilah saatnya," batinku. Akhirnya puncak kenikmatanku datang, spermaku muncrat di dalam liang senggama Fenny. "Nikmat sekali," batinku. batang kejantananku terkulai di dalam liang senggama Fenny dan aku pun mengeluarkannya. Sperma, cairan kewanitaan dan darah perawanan Fenny lengket di batang kejantananku yang sudah kembali seperti semula. Aku melihat Fenny menangis, aku berusaha menenangkannya dan mengatakan, "Aku akan bertanggung jawab dengan apa yang telah aku lakukan kepadamu karena selama ini aku cinta kamu.." Tangisan Fenny sedikit mereda, aku merangkulnya dan mencium keningnya. Kami kemudian membersihkan diri di kamar mandinya. Karena kecapaian kami berdua langsung tertidur tanpa mengenakan pakaian dan tidur kami pun saling berangkulan. Aku lupa bahwa sebenarnya setelah mereda aku pulang.

Pagi harinya, Fenny bangun lebih dahulu dan langsung ke kamar mandi. Sesaat kemudian aku pun terbangun dan mendengar suara guyuran air di kamar mandi. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan mengetoknya. Fenny pun membuka pintu kamar mandi. Kembali aku terkesima melihat Fenny yang telanjang bulat dengan rambut yang basah. Gairahku kembali memuncak. Aku masuk dan langsung merangkul tubuh Fenny. "Mandi dulu dong," pinta Fenny. Aku menuruti ajakannya kemudian mengguyuri tubuhku dengan air. Beberapa saat setelah itu aku menyabuni tubuhku dengan sabun cair.

Fenny turut membantu, malah dia menyabuni batang kejantananku yang kembali tegak. Rasa malu Fenny telah hilang, Fenny mengocok-ngocok batang kejantananku dengan lembut. Nikmat sekali rasanya. Saat hampir mencapai klimaksnya aku melepaskan tangan Fenny karena belum saatnya. Gantian aku yang menyabuni Fenny, mula-mula kedua tangannya terus kedua kakinya. Sampailah ke daerah yang vital, aku berdiri di belakang Fenny terus merangkulnya dan menyabuni payudaranya dengan kedua telapak tanganku. Terdengar Fenny mendesah panjang. Usapanku merangkak ke bawah melewati perutnya hingga akhirnya sampai ke liang senggamanya. Kembali aku mengusapnya dengan lembut. Busa sabun hampir menutupi permukaan liang senggama Fenny. Kali ini Fenny merintih nikmat. Setelah puas aku mengguyur kedua tubuh kami yang masih berangkulan.

Fenny kemudian membalikkan tubuhnya dan kami pun saling berhadapan. Fenny kemudian mencium bibirku, aku membalasnya dan terjadi lagi french kiss yang dahsyat. Tangan kami pun tidak tinggal diam, aku menyentuh payudara Fenny dan Fenny pun menyentuh batang kejantananku yang masih perkasa berdiri. Setelah beberapa lama, Fenny membimbing batang kejantananku memasuki liang senggamanya. Dengan melebarkan kakinya batang kejantananku kembali memasuki liang senggama Fenny.

Fenny melilitkan tangannya ke leherku. Kemudian aku menggendong Fenny dan menyandarkan ke dinding kamar mandi. Setelah itu aku kembali menggoyangkan pinggulku yang membuat batang kejantananku keluar masuk di liang senggama Fenny. Akhirnya spermaku keluar dan membasahi seluruh dinding liang senggama Fenny. Fenny ternyata belum mencapai klimaksnya, untuk membantunya aku menjilati liang senggama Fenny. Kemudian aku menyedotnya, ingin mengeluarkan isi dari liang senggama Fenny. Fenny sedikit menjerit dengan apa yang kulakukan. Akhirnya Fenny megeluarkan juga cairan dari liang senggamanya dan pas mengenai wajahku. Fenny terkulai nikmat, aku mengguyuri kembali tubuh kami berdua.

Aku dan Fenny telah selesai mandi, dan telah memakai pakaian masing-masing.
"Maukah kamu menjadi pacarku Fenny," tanyaku. Fenny mengangguk pelan. Aku pamitan untuk pulang ke kost-ku, dan Fenny tetap tidak jadi pulang ke rumahnya. Begitulah caraku mengungkapkan cinta terhadap Fenny. Oh.. sungguh ungkapan cinta yang sangat nikmat.


TAMAT

Oleh: yuri007@astaga.com



Donnyku Sayang Donnyku Malang


Namanya Donny, entahlah itu nama ia sebenarnya atau tidak. Laki-laki yang mengaku umurnya 27 tahun itu memiliki kulit sawo matang dan wajah yang menarik. Untuk laki-laki sebayanya, Donny adalah sosok laki-laki yang unik, ini karena dia sudah kukenal 9 bulan lamanya. Aku memanggilnya Aa karena dia jauh lebih tua umurnya dibanding aku dan karena dia adalah orang Bandung.

Oh ya, perkenalanku dengan Aa dimulai dari seringnya aku menggunakan internet untuk mencari tugas kuliah, sebagian waktuku kadang kusisakan untuk berchating ria. Hitung-hitung mencari sahabat penghilang rasa stress. Dan Aa ini adalah salah satu produk yang sangat mujarab, ibarat obat ia adalah puyer penghilang segala rasa sakit, yang tadinya pikiran suntuk setelah ngobrol dengan Aa semuanya menjadi fress kembali.

Aa bekerja pada sebuah perusahaan BUMN, dan pekerjaannya itu berhubungan dengan dunia internet, aku juga tidak tahu persisnya Aa mengerjakan apa namun yang pasti Aa adalah sosok laki-laki yang kuimpakan, walaupun pada kenyataannya Aa telah bertunangan dengan gadis asal daerahnya.Namun, karena letak perusahaannya amat jauh, mereka hanya bisa bertemu sekali-sekali saja.

Seperti biasanya jam 4 sore aku online, Aa telah menungguku. Beberapa hari ini aku memang jarang sekali OL, karena banyak tugas kuliah yang mesti kuselesaikan. Aa mengatakan kalau dia sangat merindukanku, betapa sepi hari-harinya tanpa aku di sisinya. Ceileee.. itulah rayuan gombal yang sangat kurindukan darinya. Entahlah dengan Aa, aku bisa menjadi sosok seorang wanita yang kompleks, kadang Aa menjadikanku seorang sahabat, adik, teman dan tidak jarang Aabersikap sebagai kekasih. Tapi kebanyakan sih Aa selalu menggodaku. Layaknya laki-laki yang normal, Aa juga kadang suka jahil mengarahkan pembicaraan ke hal-hal yang berbau seks, yang jujur saja bagiku itu amat menantang karena pada Aa, aku bisa mencari jawaban atas pertanyaanku.

Dan rasa penasaranku tentang hubungan badan yang akhir-akhir ini kami diskusikan membawaku pada sebuah keinginan untuk merasakan keabsahan cerita Aa. Namun aku hanya bisa menyimpan keinginan itu, karena dalam dunia nyata aku tidak memiliki kekasih. Mungkin karena aku adalah gadis yang sangat tertutup dan tidak mau membuka diri dalam dunia laki-laki. Atau semua ini karena trauma kebencianku pada laki-laki akibat penyelewangan ayahku yang kini menghasilkan seorang bayi yang mungil ditengah keluargaku.

Tepat satu tahun perkenalan kami, aku mendapatkan sebuah undangan dari LSM, dan letak LSM itu dekat dengan kota tempat Aa tinggal. Sengaja aku tidak mengatakan padanya, aku ingin ini menjadi kado bagi pertemuan kami. Setelah sampai di hotel tempatku menginap, aku meneleponnya. Kukatakan padanya aku ingin bertemu, Aa hanya menanggapinya dengan sebuah suara tawa yang meledekku. Namun sebelum Aa menyelesaikan tawanya, aku memberi nomor telepon di hotel tempatku menginap. Tentu saja dia terkejut, kalau saja hari itu tidak ada rapat penting, dia sudah berada di sisiku goda Aa padaku, namun setelah rapatnya selesai dia segera akan ke tempat hotelku menginap.

Jam tujuh malam, aku menunggunya di lobby. Untung saja kawan-kawanku di LSM sudah selesai merapatkan seminar yang akan kami gelar esok lusa. Dengan bermodalkan photo yang dia berikan padaku, aku melihat satu persatu tamu yang memasuki hotel, namun sampai jam delapan malam, Aa tidak datang. Jangankan batang hidungnya, telepon saja tidak kuterima. Tentu saja aku kecewa, kukira Aa adalah orang yang suka menepati kata-kata, tapi toh apa kenyataannya, pelan-pelan kecurigaan muncul di benakku, mungkinkah semua ini cuma sekedar permainan orang iseng, atau photo yang diberikan Aa padaku bukanlah Aa yang sebenarnya. Ah.. pikiranku kacau.

Jam 8:30 malam aku meninggalkan hotel. Aku menitipkan pesan kepada resepsionis bahwa kalau ada yang mencariku, aku sedang berjalan-jalan di pantai. Hembusan angin malam membuatku agak mengigil, namun toh ini semua tidak sedingin hatiku saat ini. Kubirkan rambut panjangku tergerai di mainkan sang bayu, kutatap bintang pada cakrawala yang hitam di atas mega, malam ini begitu indah dan syahdu dan jilatan-jilatan air laut pada kakiku memberikan kesan yang segar.

"Maaf.. apakah anda yang bernama Valencia?" sebuah suara mengagetkan dan menjajari langkahku.
"Hmm.. iya benar?" jawabku ragu-ragu.
"Maaf anda siapa yah..?" tanyaku penuh selidik.
"Masa dengan suara Aa kamu lupa Val..?" sahutnya kalem diiringi sebuah derai tawa.
Ya ampun.. seketika itu kupeluk Aa. Air mataku meleleh. Di dekapnya kepalaku erat-erat. Air mataku masih mengalir, menitik membasahi kemeja Aa. Dilepaskannya pelukanku, jemarinya menghapus air mataku.

"Valen menangis?" tanyanya retoris.
Aku mengangguk, ya aku menangis.. tangis bahagia.
"Kenapa baru tadi sore sih kamu telepon Aa ke kantor, lagian mo ke sini nggak bilang- bilang?" protes Aa.
"Biarin.. nanti gak surprise lagi," kataku.

Dan pandangan kami bertemu. Wajah Aa yang tegas, dengan mata elang serta alis yang tajam dan sebuah bibir yang merah menantang, kelihatan berseri-seri. Beberapa saat kami saling meneliti lekuk tubuh masing-masing.

"Kamu terlihat begitu cantik Val, tidak sama seperti yang di photo yang kamu kirimkan!" Aa menggodaku perlahan. Semburat rona merah akibat rasa malu yang melandaku tak bisa kutahan. Kucubit lengan Aa mesra.
"Tapi kok kamu nggak nungguin Aa di loby sih, malah melarikan diri ke sini, takut yah ama Aa." Aa melingkarkan tangannya ke pinggangku.
"Ihh nggak lagi.. lagian Aa kenapa malam banget sih baru datang ke sini?" rajukku kesal.
"Ya lah Val, kantor Aa kan jauh dari sini, lagian Aa kan musti beres-beres dulu mau ketemu bidadari cantik kayak kamu.." Aa mulai merayu. Aku tersenyum.

"Lagian kamu kok nggak bisa ngenalin suara Aa sih tadi.. Pura-pura yah." Aa menggodaku lagi.
Kucubit laki-laki jangkung di depanku.
"Maklum lah Aa.. disini kan samar-samar jadi nggak kelihatan jelas!" rajukku manja.
"Hehe bukannya remang-remang gini malah tambah asyik!" goda Aa sekali lagi.
"Emang sih, cuma Valen takut..?"
"Loh kok takut Val, Aa nggak gigit kok?!"
"Yah Aa nggak gigit cuma Aa ngesun aja dikit."
Kami tertawa bersama-sama. Dan yang membuatku bahagia Aa bisa membuat aku bahagia malam ini dengan obrolan-obrolannya yang lucu namun tetap memiliki style yang unik.

Malam itu kami merayakan pertemuan kami di pub, aku yang belum pernah minum-minuman kelas tinggi harus menerima juga, bukan apa-apa, aku ingin jaga gengsi saja, bukannya aku tidak ingin dikatakan gadis kampungan yang cara berpikirnya kolot.

Alhasil.. aku tidak bisa pulang ke kamarku sendirian. Aa membawaku ke kamar dengan memelukku erat. Dibaringkannya tubuhku di ranjang itu. Aa segera melepaskan sepatuku dan menyelimutiku. Walaupun setengah pusing, aku bisa merasakan kecupan bibir Aa yang basah di keningku.

"Aa disini aja yah, Valen takut?!" ucapku lirih dan kugengam tangannya.
"Iya.. Aa disini kok, Valen tiduran aja yah? pintanya lembut.
Kurasakan jari-jemari Aa meremas jemariku, lembut dan hangat. Pelan-pelan kubawa jari- jemari Aa ke bibirku dan menciumnya lembut.
"Terima kasih yah A.. untuk malam yang terindah bagi Valen?" ucapku serak.
Aa tidak menjawabnya sebagai gantinya Aa malah memberikan ciuman pada bibirku. Ciuman itu lembut sekali, basah dan begitu manis. Tentu saja aku gelapan saat pertama mendapatkan serangan mendadak itu, namun pelan-pelan kunikati ciuman Aa. Perlahan-lahan Aa menurunkan ciumannya, dari bibir Aa terus turun ke leher dan aku hanya mengerang kecil. Perasaanku jadi tidak karuan, apalagi setelah lidah Aa mendarat di putingku, kurasakan sensasi yang sangat indah dan nikmat, "Ohh Aa.. ohhh.. hemmm.." aku mendesah keenakan.

Kurasakan Aa berhenti menciumiku, entahlah aku tidak tahu apa yang dilakukannya karena mataku sagat berat untuk kubuka, namun sejurus kemudian Aa telah mengulangi ciumannya, kali ini Aa melepas bajuku hingga tidak ada sehelai benangpun menempel di tubuhku. Tentu saja aku gelapan apalagi lidah Aa sudah berada di dalam daerah vitalku. Dengan lidahnya dia memilin-milin klitorisku dan menyedot cairan mani yang keluar dari vaginaku hingga kering, aku hanya bisa meremas bantal di sampingku untuk mereda sensasi yang ditimbulkan pada setiap gerakan lidah Aa, apalagi lidah Aa sangatlah panjang dan lembut serta basah. Setiap gerakannya merupakan sensasi yang dahsyat. Aku hanya bisa mengerang sementara Aa sibuk memberi pelayanan bagiku.

"Aa sekarang A.. Valen udah nggak tahan lagi?!" pintaku parau pada Aa.
"Boleh.." katanya disetai dengan desakan sebuah benda yang cukup keras pada liang kewanitaanku. Walapun aku sudah melebarkan kakiku lebar-lebar namun Aa tak bisa menembus liang kewanitaanku dengan barangnya. Namun dengan sebuah hentakan yang keras, disertai rasa perih yang hebat,Aa berhasil menebus dinding selaput daraku.

"Ooohh... sakit A..." jeritku keras. Rasanya beribu-ribu silet menyayat dinding vaginaku. Aa terdiam sebentar. Dihentikannya gerakan memasukkan barangnya ke dalam liang vaginaku. Dialihkannya gerakannya pada bibirku, pelan-pelan bibirku dikulum dengan lidahnya dia beraksi menguragi rasa sakitku. Setelah ciuman kami berlangsung cukup lama, Aa kembali menggoyangkan pantatnya dan melakukan gerakan maju mundur, walaupun sakit namun kurasakan sensasi yang lain, ada perasaan geli, nikmat dan perih bercampur jadi satu pada gerakan Aa.

Beberapa menit kemudian Aa mempercepat gerakannya, dan kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan ketika Aa dengan erat memelukku. Kurasakan badan Aa bergetar di dalam pelukaku, nafasnya memburu cepat, dan sebuah sunggingan senyum puas terlihat di sudut bibir merah Aa. Ternyata keindahan yang kurasakan tidaklah dapat diukir dengan kata- kata.

Setelah kejadian itu, Aku pulang ke kotaku dan pada bulan berikutnya Aa melamarku. Namun aku tidak menginginkan keterikatan dengannya. Aa bukanlah pangeran impianku, pada dirinya aku hanya bisa menemukan nafsuku, bukan cinta yang selama ini yang kucari, walapun begitu aku berterima kasih padanya karena telah mengenalkanku pada sebuah dunia yang indah dan penuh dengan rangkaian kenikmatan.

TAMAT

Oleh: yuuupi@yahoo.com


Enaknya Meki Jepang


Kisah ini terjadi beberapa bulan silam, saat kapal tempatku bekerja merapat di pelabuhan Yokohama, Jepang. Hari itu salju turun dengan derasnya, maklum saat itu pertengahan bulan desember. Setelah kapal kami selesai merapat didermaga dengan sempurnanya, Nakhoda saya, yang orang Jepang, mengajak saya jalan-jalan kerumahnya. Rumah Nakhoda saya itu tidak jauh dari areal pelabuhan Yokohama, kami cukup naik taksi sekitar 10 menit saja. Sesampai di rumahnya, saya diperkenalkan dengan istri dan anak-anaknya. Harus diakui bahwa anak perempuan sulung Nakhoda saya, memiliki kecantikan raut wajah yang betul- betul asli Jepang, dengan kulit yang kuning, mata sipit dan body yang aduhai. Saya begitu terkesima dengan kecantikannya, dan sempat berkhayal yang bukan-bukan. Kami saling berjabat tangan dan mengucapkan salam perkenalan.

"Hi, nice to meet you," kata anak Nakhoda saya itu.
"You too," jawabku.
"What is your name ?" tanya gadis itu.
"I’m Robert, and you?," jawabku sambil menanyakan namanya.
"My name, Ayumi, " jawabnya.

Selanjutnya kami duduk di ruang tamu dan bercerita ngalor-ngidul, bersama-sama dengan ibu, ayahnya dan adik-adiknya. Saat kami bercerita, sesekali saya berusaha mencuri-curi pandang kearah Ayumi, terutama ke bagian pahanya yang putih mulus. Hal itu membuat penisku sering ereksi sendiri. Namun sejauh itu saya masih berusaha untuk dapat mengendalikan diri.

Setelah kurang lebih satu jam kami saling berbagi cerita, Nakhodaku mengatakan bahwa ia dan istrinya akan pergi ke rumah saudaranya yang sedang punya hajatan. Dan ia menyuruh saya untuk menunggunya di rumah saja, sampai dia kembali. Sebelum mereka pergi Nakhoda saya berbicara sebentar kepada Ayumi. Memang mereka berbicara dalam bahasa Jepang, namun sedikit-sedikit saya bisa mengerti artinya, yaitu ia menyuruh Ayumi untuk tinggal menemani saya dan menyiapkan makan untuk saya.
"Robert-san, kamu tinggal saja dan silahkan istirahat," kata Nakhoda saya dalam bahasa Indonesia.
"Yes, Captain," jawabku.
"Robert-san, Jangan malu-malu kalau mau makan, Ayumi akan siapkan makanannya," katanya lagi kepadaku dan Ayumi.

Setelah mereka pergi, saya duduk-duduk saja di ruang tamu sambil menonton televisi. Suasana rumah itu begitu sepi, karena nakhoda saya pergi bersama istri dan adik-adik Ayumi. Sedang asyik-asyiknya nonton, tiba-tiba Ayumi datang, kali ini dia sudah mengenakan Kimono, kamipun bercerita sambil nonton televisi. Dari penuturannya, saya tahu kalau Ayumi ini baru berusia 17 tahun dan duduk di SMU kelas dua. Pantas ia begitu kelihatan remaja dan cantik. Kami duduk tidak terlalu berjauhan, dan karena itu saya dapat sesekali mencuri pandang ke arah dua bukit kembarnya yang cukup kelihatan di balik kimono yang ia pakai.

Kelihatannya udara yang dingin membuatku sedikit menggigil, kucoba memegang tangannya dan ia tidak menolak.
"Ayumi-san, are you cold ? " tanyaku
"Yes, I’m very cold, " jawabnya
Saya memberanikan diri untuk memeluknya, ternyata ia tidak menolak bahkan semakin merapatkan badannya kedadaku. Tanganku gemetaran saat bersentuhan dengan buah dadanya yang mulai membesar seiring usianya. Entah setan apa yang merasukiku, perlahan- lahan saya mengangkat dagunya dan menciumnya. Ayumi pasrah dan membalas ciumanku. Kami berciuman cukup lama dan saling memagut bibir dengan gairah nafsu yang sama membaranya.
"Robert-san, you are very handsome", Ayumi berkata, disela-sela kami berciuman.
"Same Ayumi-san, you are very beautiful, " kataku membalas.

Tanpa terasa tanganku mulai bergerak kearah payudaranya, dan mulai membelai dan sesekali meremasnya.
"Oh.. hsst, hsst, Robert-san, please," Ayumi mendesah dengan nikmatnya.
Pelan-pelan kubuka kimono yang menutup tubuhnya, ternyata dibalik kimononya ia tidak memakai pakaian dalam sehingga tubuhnya yang mulus segera saja terpampang jelas di mataku. Pentil susunya yang kemerah-merahan bertengger dengan indahnya diatas dua bukit kembarnya yang membusung indah. Betul-betul bagaikan puncak gunung Fujiyama, yang memang kelihatan jelas dari jendela rumahnya. Tanpa menunggu lama, kubopong dia ke atas sofa yang ada diruang tamu itu. Kembali kulumat bibirnya yang kecil memerah, sambil tanganku membelai lembut bukit kembarnya. Rupanya Ayumi juga tidak mau ketinggalan, ia membuka kancing-kancing bajuku dan melepas ikat pinggang celanaku. Tangannya dimasukkan ke dalam celanaku dan mulai meremas-remas batang kemaluanku. Akibat perbuatan Ayumi itu, kemaluanku semakin tegang, dan membuat mata saya juga meram-melek kenikmatan.

Setelah kurasa cukup melumat bibirnya, kini bibirku mulai kuturunkan kearah pentil susunya, dan mulai menjilatinya pelan-pelan.
"Oh my god, Robert-san, please, please touch me, suck it," Ayumi terus meracau tak keruan.
"Don’t worry, honey. I will to do," kataku sambil terus menjilati pentil susunya. Sementara itu tanganku terus bermain-main diselangkangnya dan mengusap serta membelai lembut goa yang ada disela-sela momo-nya (bhs. Jepang = Paha). Jari jemariku terkadang lembut memasuki liang vaginanya dan terasa ada cairan hangat disitu. Menyadari hal ini saya segera berjongkok didepan sofa dan pahanya Ayumi kurentangkan lebar-lebar. Segera saja kujilati vaginanya dengan penuh nafsu.

"Auh.. hmm.. hst.. Robert-san o kudasai," Ayumi kembali meracau dalam bahasa Jepang.
Saya berusaha membuat suasana serileks mungkin, dengan terlebih dahulu mengecup liang vaginanya dan menghirup aroma khas perempuan yang begitu mempesona. Mungkin inilah aroma sejati sashimi dan sushi, pikirku dalam hati. Lidahku bermain liar di liang vaginanya dan sesekali kuhisap lembut klitorisnya yang bagaikan buah cherry terselip di sela-sela daun. Saking enaknya, tanpa sadar Ayumi menjambak-jambak rambutku.
"Oh.. uh.. mmh.." desah Ayumi keenakan.

Sluph... clep... clup... lidahku berdecak berirama menghirup semua cairan hangat yang terus membanjiri liang vaginanya Ayumi. Rupanya Ayumi tak mau terus menerus kupermainkan, dia segera beranjak dan sekarang gantian saya yang duduk bersandar di sofa. Sekejap Ayumi memperhatikan batang kemaluanku kelihatan begitu tegang menantang.
"Oh Robert-san, it is very nice and very big, like is the Yokohama Tower," katanya terkagum- kagum sambil memegang dan mengocok-ngocok batang penisku. Sementara itu batang penisku semakin menegang dan kepalanya semakin merah kehitam-hitaman mengkilat.
"Yes, honey. But it is not Yokohama Tower, it is Monas Tower," balasku sambil tertawa geli dalam hati.

Tidak puas hanya memandang dan mengocok-ngocok batang penisku, kini Ayumi mulai menjilati dan mengulumnya. Lidahnya bermain lincah di pangkal dan kepala penisku, yang membuatku menggelinyang kegelian. Nafsuku semakin membuncah, akibat batang penisku yang terus-terusan dikulum dan disedot.
"Umm... esht... oh honey.. oh god," kataku keenakkan.
"Clup... clep.. srlup.. setiap hisapan mulut Ayumi menimbulkan bunyi yang tak lagi berirama dan menghadirkan sensasi gairah tersendiri ditelingaku.

Sementara itu, jari-jariku terus bermain diliang vaginanya. Kumasuk keluarkan jari-jariku, sambil sesekali melakukan gerakan-gerakan membentuk oval mengikuti lekuk bentuk liang vaginanya. Cairan hangat yang semakin banyak keluar dari liang vagina, telah membasahi semua telapak tanganku.
"Oh, honey. Please fuck me," Ayumi yang sudah tidak dapat menahan gejolak nafsunya bangkit dari posisi jongkok dan naik keatas pangkuanku. Dipegangnya batang penisku dan pelan-pelan memasukkannya keliang vaginanya.
"Oh honey, it is very big, but I like it," Ayumi berkata sambil berusaha menekan pantatnya ke bawah untuk memasukkan batang kemaluanku.

Bless.. plok.. semua batang penisku telah masuk ke dalam liang vaginanya Ayumi. Terasa kehangatan menjalari setiap pori-pori yang ada di batang kemaluanku. Selanjutnya dia mulai menggenjot-genjot, menaik-turunkan pantatnya yang putih mulus dan melakukan gerakan- gerakan berputar yang berirama.
"Ouhk.. uhs.. yes.. oh yes.." Ayumi mengerang-ngerang kenikmatan.
"Oh honey, yes.. oh yes.." akupun tak kalah nikmatnya.
Beberapa saat sempat kuperhatikan sisa-sisa batang kemaluanku yang berada di luar liang vaginanya Ayumi, kelihatannya begitu perkasa bagaikan pohon yang berusaha menembus awan. Vaginanya Ayumi kelihatan begitu indah, berwarna kemerah-merahan.

Posisi Ayumi sekarang berganti, ia mengambil posisi menungging membelakangi saya. Inilah posisi Doggy style, yang memang saya gemari. Dalam posisi doggy style itu, saya bebas memandang vaginanya Ayumi yang begitu menantang untuk segera kususupi batang kemaluanku.
"Ups.. aukh.. yes honey, yes.." Ayumi mendesah-desah tak beraturan saat kumasuk- keluarkan batang kemaluanku di vaginanya.
"Oh.. usmh.. hah.. hah.." nafasku menderu-deru menikmati permainan ini.
Selang tiga menit kemudian rupanya Ayumi yang sudah semakin tak kuat menahan gairahnya berbalik dan mengambil posisi terlentang di sofa.
"Please honey, please come in, kudasai," Ayumi berkata dalam bahasa Inggris dan Jepang memintaku segera melakukan permainan puncak.
"Okay honey, okay," kataku sambil mengambil posisi dan mengarahkan penisku tepat ke lubang vaginanya.

"Uckh.. uhst... yes honey," Ayumi mendesah saat kumasukkan penisku ke vaginanya.
Terasa sedikit sempit, namun penisku lancar saja memasukinya karena vaginanya sudah begitu basah. Selanjutnya, segera saja saya mulai dengan permainan puncak ini. Penisku kumasuk-keluarkan dengan irama yang teratur. Clep.. clup.. cres.. terdengar bunyi yang begitu menggairahkan saat penisku mulai beraksi. Ayumi rupanya tak mau ketinggalan, ia segera saja mengimbanginya dengan menggoyang dan memutar-mutar pinggulnya.
"oh, honey. I love you, honey. Uh.. shh..," Ayumi kembali mendesah-desah kenikmatan.
"Yes honey, I love you too," jawabku tak kalah nikmatnya.
"Ump... hssh.. ouhk... oh yes," Ayumi mendesah-desah semakin tak karuan.
"Ush.. ahh.. ohh..," sayapun mendesah-desah merasakan kenikmatan yang indah ini.

Kami menikmati permainan puncak ini dengan segenap perasaan, sambil sesekali bercakap- cakap. Beberapa saat kemudian rupanya Ayumi sudah tidak lagi kuat menahan gairah nafsunya, tangannya dengan kuat mencengkram bahuku dan pinggulnya digoyang-goyang semakin cepat.
"Oh honey, I’m coming. I’m coming, oh.. ah..," Ayumi mendesah semakin tak keruan.
"Oh yes, honey. Yes. I’m coming too," kataku yang juga sudah tak kuat menahan desakan- desakan nafsuku.
Gerakan maju mundur segera saja kupercepat dan Ayumi-pun semakin cepat menggoyang dan memutar-mutar pinggulnya. Beberapa saat kemudian kamipun mencapai puncak Fujiyama bersama-sama.
"Oh honey, oh... uah... umph..," desah panjang Ayumi saat mencapai puncak kenikmatan.
"Uhmp... uhss.. ouhk..," desahku saat cairan lahar panas tumpah keluar dari lubang penisku dan membanjiri vaginanya Ayumi.

Ayumi memeluk erat tubuhku, seakan-akan tidak ingin melepas lagi. Jari-jari tangannya mencengkram erat punggungku, kedua kakinya melipat dan menekan pantatku. Sementara itu, saya sendiri memeluk tubuhnya dengan erat dan melumat habis bibirnya.

Kenikmatan terindah ditengah derasnya salju bulan Desember yang begitu berkesan. Sejak saat itu, setiap kali kapal saya bersandar di pelabuhan Yokohama Jepang, saya dan Ayumi selalu merengkuh kenikmatan bersama, terkadang di rumahnya atau di hotel.

*****

Teriring salam hangat dari atas geladak MV. Osaka Maru

E N D

Oleh: goku_73_us@yahoo.com


Gadis Cantik Bermata Sipit


Tiga bulan pertama ada temanku yang baru dimutasi di kantor, mulanya biasa-biasa saja. Namanya Ahung, ciri-ciri orangnya adalah wanita keturunan, mata sipit, tinggi kurang lebih 167 cm, berat 50 kg, bibir sensual, ramah, murah senyum, senang memakai rok mini dan sepatu hak tinggi, kulit bersih, rambut sebahu dan wajah tidak kalah dengan Titi Dj. Aku biasa pergi makan siang bersama manajernya yang juga rekan sekerjaku. Kebetulan sang manager juga seorang wanita dimana dalam perusahaan tempat aku bekerja adalah fifty-fifty antara pribumi dan keturunan.

Ketika makan siang bersama (saat itu kira-kira 6 orang) dengan kendaraanku menuju salah satu rumah makan di daerah Sabang. Saat memilih meja, aku langsung menuju meja tapi aku agak terburu-buru atau si Ahung yang terburu-buru sehingga terjadi tabrakan tanpa sengaja antara aku dan Ahung. Hidungnya yang tidak begitu mancung menempel pada hidungku yang mancung sekali. Tubuhnya tinggi bila dibanding wanita biasa kira-kira 170 cm plus sepatu, soalnya tubuhku juga sekitar itu, secara reflek aku memeluknya karena takut terjatuh. Dalam dekapanku terasa harum parfum mahal yang membuat darahku berdesir mengalirkan hawa nafsu hingga ke ubun-ubun.

Setelah makan siang kamipun kembali ke kantor dengan tidak membawa hubungan serius setelah kecelakaan tadi. Kira-kira setengah jam akan berakhir jam kantor aku hubungi dia lewat telepon untuk mengajak nonton dan kebetulan filmnya bagus sekali. Eh, ternyata dia setuju kalau nontonnya hanya berdua saja.

Selama dalam perjalanan dari kantor ke tempat tujuan kami ngobrol ngalor-ngidul tidak karuan sambil tertawa dan kutanya apakah dia sudah punya pacar? dijawab baru putus tiga bulan yang lalu, makanya dia memutuskan untuk mutasi ke tempatku sambil mengepulkan asap rokoknya. Kupikir dia ini sedang labil dan kebetulan sekali aku mau mendekatinya, kuparkir kendaraanku di halaman pelataran parkir Jakarta Theatre.

Setelah membeli karcis dan makanan kecil kami masuk ke dalam gedung yang masih sepi. Aku mengambil posisi di tengah dan kebetulan boleh memilih tempat. Sesaat filmpun dimulai, tanganku mulai menyentuh tangannya. Dia masih membiarkan, mulailah pikiran kotorku, kuremas secara halus, dia hanya membalas dengan halus. Kudekatkan wajahku ke telinganya, nafasku mulai masuk melalui lubang telinganya yang sedikit terhalang oleh rambutnya yang harum.

Kuberanikan untuk mencium leher, dia hanya mendesah, "aahh.", kuarahkan ke pipi lalu ke mulutnya. Pertama kali dia menutup mulutnya, tetapi tidak kuasa untuk membukanya juga karena aku terus menempelkan mulutku pada bibirnya. Tanganku tetap meremas jemari tangannya lalu pindah ke leher dan sebelah lagi ke pinggang. Lama-kelamaan naik ke buah dada yang masih terbungkus oleh pakaian seragam kantor. Lidahku mulai memainkan lidahnya begitu pula sebaliknya. Kuperhatikan matanya mulai terpejam, jemarinya mulai agak kuat meremas tubuhku. Kami tidak memperhatikan lagi film yang sedang diputar, kami sedang asyik melakukan adegan sendiri.

Aku raba kebagian paha tetapi terhalang oleh stokingnya yang panjang sampai perut, sudah tidak sabar aku untuk meraba kemaluannya. Dia menarik tanganku agar jangan meraba barangnya, kuraba terus akhirnya dia mengalah, kubisikkan untuk melepaskan stockingnya. Kami lepas semua permainan sejenak, hanya untuk melepas stocking yang dia pakai. Setelah itu kembali lagi ke permainan semula, kurogoh dengan tanganku yang kekar dan berbulu selangkangannya yang masih terbungkus dengan CD-nya, tanganku mulai ke pinggulnya. Eh., ternyata dia memakai CD yang diikat di samping. Kubuka secara perlahan agar memudahkan untuk melanjutkan ke vaginanya, yang terdengar hanya suara nafas kami berdua. Sampailah aku ke permukaan pusar lalu turun ke bawah. Betapa kagetnya aku saat meraba-raba, ternyata bulunya hanya sedikit. Kulepas mulutku dari mulutnya dan bertanya padanya, "Hung., bulunya dicukur ya", bukan jawaban yang aku terima tetapi tamparan kecil mendarat di pipiku, "plak..". Kulanjutkan lagi sampai akhirnya film sudah akan selesai.

Kubisikkan lagi, "Saya ikatkan lagi ya Hung", tidak dijawab, lalu kuikatkan kembali. Filmpun berakhir kita semua bubar dan kamipun keluar dari gedung bioskop. Melangkah di anak tangga ke tujuh dia menarikku lalu membisikkan, "Bud., talinya lepas", buru-buru aku pepet samping kiri pinggulnya agar orang tidak menyangka, turun lagi ke anak tangga kesembilan, eh dia membisikkan lagi, "Bud satunya juga, kamu sih ngikatnya nggak kencang". "Sorry dech", kataku. Akhirnya dia menuruni tangga dengan merapatkan kaki dan memegang samping kiri karena roknya mau terlepas, cepat-cepat aku mengambil mobil sementara dia berdiri menunggu. "Sampai juga akhirnya.", kita berdua hanya cekikikan saja.

"Mau kemana lagi kita sekarang", kataku.
"Terserah aja soalnya mau pulang males, lagi ribut sama Mama"
Lalu kupercepat laju kendaraanku menuju Pondok Tirta di Halim, langsung masuk ke kamar, ngoborol-ngobrol sebentar. Kemudian aku ke kamar mandi untuk memasang kondom dan kembali lagi terus kuciumi dia sampai tidak bisa bernafas. "Eeeggh", sambil mencabut mulutnya, mulailah aku menciumnya secara perlahan sambil membuka baju dan BH-nya. Payudaranya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, tetapi putingnya masuk ke dalam. Kuciumi payudaranya.

"Ssshh", sambil menjambak rambutku. Kumainkan lidahku di putingnya, sementara yang satu lagi mencari putingya yang bebas. Kuturunkan roknya lalu celana dalamnya dan kubaringkan ke tempat tidur sambil terus memainkan puting susunya dengan mulutku. Dan ternyata bulu vaginanya hanya sedikit dan halus. Kubelai-belai meski hanya sedikit. Lalu kumainkan clitorisnya yang sudah basah. Dia agak kaget. Kuperhalus lagi permainkanku. Mau kumasukan jemariku ke vaginanya tapi, "aauu, sakit Bud", lho anak ini masih perawan rupanya, pikirku.

Kujilati terus puting susunya sambil kubuka seluruh pakaianku. Kini tampaklah dua insan manusia tanpa benang sehelaipun. Dia memperhatikan penisku sejenak, lalu tertawa.
"Kenapa", kataku.
"Kayak penjahat yang di film-film", katanya.
Lalu pelan-pelan kugeser pahanya agar merenggang dan kuatur posisi untuk siap menerobos lubang vaginanya. "Eeeggh..., egghh", belum bisa juga. Dua kali baru kepalanya saja yang masuk. Aku tidak kehilangan akal. Kujilat terus puting susunya dan secara perlahan kutekan pantatku agar masuk seluruh penisku, dan "bleess", barulah masuk seluruhnya penisku ke dalam vaginanya, lalu mulai kuayunkan secara perlahan, makin lama makin cepat ayunan pantatku dan kurasakan seluruh persendianku mau copot.

"Ssshh..., oooh my God", katanya aku setop permainan sementara karena aku mau keluar jadi kuhentikan sesaat. Eh, dia malah membalikkan tubuhku, kuatur posisi penisku agar tepat di lubang vaginanya, dan "Bleeess", masuk lagi penisku dalam lumatan vaginanya yang masih kencang. Dia menaik-turunkan badannya. "Ssshh..., sshh..., aahh", mulutku disumpalnya dengan susunya dan putingnya yang sudah menegang sempurna.

Lima menit kemudian dia menjambak rambutku dan mejatuhkan tubuhnya ke tubuhku.
"Bud..., aakkh..., Bud..., ssshh", rupanya dia mencapai klimaks dan aku merasakan kejutan dari lubang vaginanya. Air maniku menyemprot ke dalam liang vaginanya kira-kira empat atau lima kali semprotan.

Akhirnya kami berdua lemas dan bermandikan keringat. Sesaat tubuhnya masih menindih tubuhku dan kurasakan air maniku mulai mengalir dari lubang vaginanya menuju keluar melalui batang penisku. Kuciumi dia dengan mesra, dia menggeser ke kasur, kuambil sebatang rokok untuk kuhisap. Ternyata dia juga menghisapnya sambil memijat-mijat penisku.
"Jangan di kepalanya", kataku.
"Emangnya kenapa?", katanya.
"Ngilu.., tau nggak".
Kutanya secara perlahan, "Hung...".
"hhmm", katanya.
"Cowok kamu dulu suka begini nggak..".
"Nggak berani", katanya.
"Jadi ini yang pertama", aku bilang, dia hanya mengangguk.
Aku tidak memperhatikan kalau di penisku itu ada tetesan darah dari vaginanya. Dia berjalan menuju kamar mandi, lalu berteriak kecil, "aauuuu...".
"Kenapa..", kataku.
"Kencingnya sakit", katanya.


Kemudian kami mandi berdua, tanpa terasa sudah jam delapan tiga puluh malam, kami memesan makan malam dan disantap tanpa busana. Setelah santap malam kujilati lagi puting susunya sampai menegang kembali. Tapi saat aku meminta untuk mengulum penisku dia hanya menggeleng. Kuraba vaginanya yang mulai basah lagi. Kubalikkan dia, kuarahkan penisku ke liang vaginanya dari belakang. "aauu", katanya kaget. Lalu dia memintaku berbalik dengan posisi telentang sedang dia mulai menaiki tubuhku sambil susunya disodorkan untuk dilumat lagi. Kuarahkan lagi tanpa melihat di mana posisi lubangnya dan "Bless", dia mulai mengayunkan tubuhnya.

Lima menit kemudian tubuhnya kembali mengejang dan, "Aahh..., Bud", sambil merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Kini giliranku yang tidak bisa bernafas karena tertutup rambut. Kuhentakkan pantatku kuat-kuat dan kuayunkan pantatku dan, air maniki keluar untuk yang kedua kalinya. Kami istirahat sejenak lalu mandi air hangat lagi dan kutengok jam tanganku sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Lalu kuantarkan dia pulang ke rumahnya.

Keesokan harinya kami bekerja seperti biasanya antara atasan dan bawahan tetapi dia menghubungiku. "Bud..., masih sakit kalau pipis, tuh sampai tadi pagi juga sakit". Aku bilang nggak apa-apa. tapi nikmat kan? Mau nambah, dia bilang nanti.

TAMAT

Oleh: budy@17tahun.com


Jarak Bukan Batasan Cinta


Cinta memang aneh, bisa datang kapan saja, di mana saja, dan terhadap siapa saja. Cerita berikut mengenai percintaan saya dengan teman satu SD saya. Anehnya, kita tidak kenal waktu itu dan kenalnya sewaktu saya belajar di London dan dia (temanku red) sudah menikah di negeri jiran Singapore. Tentunya berkat kemajuan teknologi internet dan telepon.

Perkenalkan nama saya Agus dan saat ini saya bekerja di Singapore. Di bulan Desember 1999, karena sedang liburan (saat itu aku sedang kuliah MBA di UK), aku iseng chatting lewat MIRC. Saat ini aku berkenalan dengan seorang wanita yang sebut saja namanya Nelly. Dia tinggal di negeri jiran Singapore. Nelly sudah menikah dan mempunyai dua orang anak.

Setelah mengobrol kesana kemari, akhirnya ketahuan juga kalau Nelly dan aku ternyata satu sekolah sewaktu SD di kota M di pulau Sumatera. Aku masih mengingatnya, soalnya walau masih ingusan (6 SD), dianya sudah terkenal karena kecantikan dan tubuhnya yang montok. Tapi Nelly sendiri sudah lupa kepadaku. Mungkin aku tidak begitu ngetop sih. Tapi seingatku, aku ngetop juga kok. Aku selalu juara kelas waktu SD, lumayan kan?

Mungkin karena jodoh, pembicaraan kita selalu klop. Aku tidak tahu kenapa aku suka sama cara dia chatting, mungkin dari sifatnya yang manja atau suaranya yang merdu (kita tukaran nomor telepon). Akhirnya dari sekedar chatting lewat internet, hubungan kita berlanjut dengan saling telepon. Aku baru sadar, cinta bisa tumbuh lewat chatting maupun telepon, betul tidak?

Nelly sering komplain padaku kalau suaminya jarang memperhatikannya. Suaminya sibuk dengan bisnis dan jarang mencurahkan kasih sayang. Nelly juga mengakui kalau sudah sekitar 6 bulan mereka tidak pernah berhubungan badan lagi. Dia sendiri tidak mengerti, mungkin tiada lagi cinta di hati mereka.

Suatu hari Nelly mengirim photonya, aku masih ingat photo itu diambil di Australia. Waktu melihat photo itu, aku sedikit kaget, karena Nelly sangat cantik, jauh lebih cantik dari bayanganku. Dengan rambut cepak, mulut yang mungil, dan tubuh tinggi langsing Nelly adalah seorang cewek yang diidamkan setiap lelaki. Aku merasa iba dengan kondisi perkawinannya. Ada yang bilang cewek cantik jarang ada yang bahagia. Dari contoh beberapa teman cewek yang kulihat memang begitu sih adanya. Jadi beruntunglah cewek yang tidak terlalu cantik.

Sering Nelly mengeluh kepadaku kalau dia merasa kesepian dan membutuhkan belaian lelaki. Sayang saat itu aku ada di Inggris. Sampai suatu hari aku meneleponnya dan kebetulan dia sedang horny.

"Yang, aku udah horny nih... pingin main..." kata Nelly dengan suara mendesah.
Aku bingung juga mau ngapain saat itu, tapi dengan membayangkan wajahnya dan tubuhnya, kemaluanku langsung tegang.
"Kamu lagi di mana? Suami kamu ada tidak?" tanyaku.
"Aku sendirian di rumah..." jawab Nelly.
"Nell, aku juga sudah tegang nich membayangkan kamu... kamu pakai baju apa?" tanyaku.
"Aku pakai daster berwarna putih..." balasnya mesra.

"Pake BH, tidak?" aku ingin tahu kondisi detailnya untuk imajinasiku.
"Tidak... " jawab Nelly.
"Nelly, bayangin aku dong... saat ini aku lagi mengelus kemaluanku dan membayangkan kamu. Adikku sudah bangun dari tadi..." aku berusaha membangkitkan imajinasinya.
"Ahh..." dia terdiam.
"Nel... buka dastermu... oke? aku pingin menghisap susumu, aku pingin meremas susumu... bayangin tanganku di susumu, oke?" lanjutku.
"Terus ciumanku turun ke perutmu... ke pahamu... dan ke klitorismu..."

Aku bisa mendengar desah nafas Nelly yang makin memburu. Akhirnya dengan menceritakan kondisi masing-masing, aku ejakulasi (buru-buru kubersihkan memakai tissue, soalnya aku sedang tiduran di ranjangku) dan Nelly juga mengakui kalau dia orgasme pada waktu bersamaan. Aku memang mengatur kocokan kemaluanku untuk menyamakan waktu orgasme kami. Aku percaya kalau dianya orgasme, dari suara dan teriakannya ketahuan kalau dia horny berat.

Selanjutnya kita sering melakukan seks melalui telepon dan imajinasi. Seminggu sekitar dua kali, biasanya hari Sabtu (Siang hari waktu Singapore) dan hari Rabu (tengah malam waktu Singapore, kalau suami dan anaknya sudah tidur). Pernah Nelly masturbasi di dapur saat tengah malam sambil bertelepon ria denganku, saat itu dia tidak berani terlalu keras bersuara. Sejak saat itu hubungan kami semakin akrab. Aku mengirim kado pada Nelly (dildo yang bisa bergetar) dan dia menghadiahkan kemeja kepadaku.

Selesai kuliah (September 2000), aku akhirnya pulang ke Indonesia. Karena kondisi perekonomian yang masih kacau, aku memutuskan untuk mencari kerja di Singapore.

Tanggal 2 September 2000 (hari Sabtu) aku mendarat di bandara Changi. Sebelumnya aku sudah telepon ke Nelly kalau aku akan tiba hari ini dan dia akan menjemputku. Saat aku keluar dari bandara, aku melihat ke sana ke mari untuk mencari Nelly, kutunggu sekitar 10 menit tapi dia tidak muncul, aku sudah khawatir kalau dia tidak menepati janji, soalnya ini pertama kalinya aku ke Singapore, jadi buta sama sekali. Rencananya dia akan mengantarku ke hotel.

"Agus ya...?" tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Aku membalikkan badan dan aku terkesima. Di depanku berdiri seorang gadis manis dengan tinggi sekitar 167 cm. Rambutnya dipotong pendek dan memberikan kesan tomboi. Dia memakai jeans hitam dan baju biru tua dari bahan yang tembus pandang. Di dalamnya kelihatan BH hitamnya.
"Kok ngelamun?" tanyanya lagi.
"Ee.. ee... aku Agus... kamu Nelly khan?" jawabku tergagap.
"Hihi... iya... sudah lama?" tanya Nelly.
"Tidak, baru nyampe... aku tidak menyangka kamu secantik ini..." Pujiku sejujurnya. Memang dia cantik sekali dengan alis hitam, mulut mungil dan bibir yang tipis.
"Hahaha... " dia tersenyum manis.
"Oh my god, this must be the luckiest day in my life", pikirku dalam hati.

Kemudian kita menuju ke tempat parkir dan sesuai dengan kesepakatan semula, Nelly akan mengantarkanku mencari hotel. Aku bermaksud tinggal beberapa hari di hotel sambil mencari apartemen yang sesuai. Setelah melihat beberapa hotel, akhirnya aku setuju untuk menginap di Crownprince Hotel di Orchard Road dengan biaya sekitar SG$ 140 per malam.

Sesudah mendaftar dan melengkapi semua dokumen, saya dan Nelly berjalan menuju kamar 214. Tiba di kamar, aku langsung menjatuhkan tubuhku ke kasur. "Ahhh... capek", kataku. Perjalanan ke Singapore memang cuma satu jam tapi berhubung aku membawa koper yang cukup besar, jadinya ya capai juga.

Nelly berjalan menuju kasur dan duduk di tepi ranjang. "Kasihan... Mau aku pijat tidak?" tanya Nelly. Tuing! belum apa-apa batanganku sudah bangun, soalnya aku sudah membayangkan apa yang akan terjadi kalau dipijat cewek manis ini.
"Mau dong..." kataku sambil membalikkan badan sehingga posisiku jadi telungkup. Nelly berjalan ke arahku lalu menyingsingkan lengan bajunya. Nelly kemudian naik ke ranjang dan duduk di punggungku. Aku bisa merasakan pinggul dan pahanya yang mulus.

Kemudian terasa di pundakku pijatan lembut, sangat nyaman. Setelah lima menit aku berkata, "Udahan ah... kasihan kamunya capai..." Nelly cuma tersenyum dan berbaring di sampingku.

Aku menatap wajahnya yang ayu dan dia tetap tersenyum, kemudian dengan perlahan aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Dia tidak mengelak, lalu dengan perlahan kucium keningnya kemudian turun ke pipinya. Tiba-tiba Nelly mengarahkan mulutnya ke mulutku, jadinya kita sekarang berciuman dari mulut ke mulut. Aku bisa merasakan ciumannya yang lembut, perlahan aku menjulurkan lidahku ke mulutnya. Lidahku dihisap pelan dan digigit perlahan, nikmat.

Aku lalu menggerakkan tanganku ke pipinya yang mulus, dan kuelus. Perlahan tanganku turun ke lehernya dan ke arah payudaranya. Kuremas perlahan payudaranya dan terdengar nafasnya yang mulai memburu. Aku menggerakkan jariku mencari puting susunya. Setelah beberapa lama, akhirnya kutemukan juga lalu kupelintir seperti memutar mur. "Ahhh..." Nelly mendesah.

Tanpa menunggu aba-aba, jariku mulai menuju kancing kemejanya dan membuka kancing kemeja tersebut satu persatu. Nelly, cuma menatapku dengan tatapan mata yang begitu sayu. Setelah kemejanya terbuka, tanganku beralih ke belakang bra-nya untuk membuka kaitan bra tersebut. Sayang karena belum berpengalaman di dunia buka membuka BH, aku tidak berhasil membuka kaitannya, Nelly cuma tersenyum dan menggerakkan tangannya untuk membuka bra tersebut. Tentu saja dia berhasil. Akhirnya terpampanglah sepasang buah dadanya yang indah di depan saya, tidak terlalu besar, tapi masih mancung dengan puting yang mungil berwarna coklat muda. Heran juga aku soalnya Nelly sudah mempunyai dua orang anak. Tapi mana sempat aku berpikir panjang lagi.

Dengan gerakan cepat, aku membuka baju dan jeans-ku. Melihatku membuka jeans, Nelly juga melepaskan jeans-nya dan memamerkan celana dalamnya yang berwarna hitam. Sekarang di tempat tidur berbaring dua insan hanya dengan celana dalam.

Aku lalu mengelus rambutnya dan mengulum bibirnya. Ciumanku turun ke leher, lalu naik ke belakang telinganya, turun lagi ke payudaranya, lalu ke perutnya yang langsing. Dan terus ke paha dalamnya, turun lagi ke lututnya. Kugigit perlahan lututnya, Nelly cuma mendesah. Jilatanku sekarang naik lagi menuju kawasan segitiga emas. Jariku lalu menarik pinggiran celana dalamnya dan aku bisa melihat liang kemaluannya yang berwarna merah muda. Tercium juga wangi kewanitaan yang membuat adikku berontak keras.

Aku mencari klitorisnya yang agak tersembunyi, lalu aku menggerakkan lidahku ke arah klitoris tersebut. "Ahhh..." Nelly menggerakkan pahanya menjepit kepalaku dan menaikkan pinggulnya. Hidung dan mulutku terbenam di kue empuknya. Enak sekali.

Kemudian setelah jepitan pahanya agak mengendur, lidahku diarahkan ke arah lubang kemaluannya dan kukeluar-masukkan lidahku di sana. "Ahhh... ahhh..." Nelly mendesah. Aku bisa merasakan bahwa cairan di kemaluannya kian banyak.

Kemudian aku berdiri dan membuka celana dalamnya dan celanaku juga. Tiba-tiba Nelly menarik tanganku untuk berbaring dan dia mengarahkan mulutnya ke kemaluanku. Dengan buas batanganku dilahapnya. Bijinya juga dipermainkan dengan lidahnya. "Aduhhh... Enaknya..." aku cuma terdiam dengan nafas memburu.

Cukup lama Nelly melakukan hisapan. Kemudian aku membaringkannya dan naik ke atas tubuhnya. Aku melihat rambut kemaluannya yang tidak terlalu lebat tapi tumbuh dengan rapi. Aku membuka pahanya dan menuntun adikku ke lubang kenikmatan Nelly. Dengan pelan aku mendorong batang kemaluanku ke liang kemaluannya. "Ahhh..." Nelly menaikkan pinggulnya dan aku mendorong, masuklah batang kemaluanku ke lubang kemaluannya. Terasa hangat, basah dan agak sempit. Kembali heran juga aku, soalnya dia kan sudah punya dua orang anak tetapi lubang surganya masih sempit.

Aku memulai memompa, kutarik lalu kumasukkan kembali. Makin lama makin cepat. Terasa sangat nikmat. "Enakkk Gusss, enak..." Nelly mulai menjerit. Aku kemudian memperlambat pompaanku sebagai gantinya aku mengganti jurus putaran sejuta nikmatku. Aku memasukkan kemaluanku sampai mentok, lalu kutarik sedikit dan kuputar pinggulku.

"Ahh..." Nelly memelukku dan mencakar punggungku. "Aku keluar Gus.... Aaahhh... aaahhh... aahhh, " Nelly meronta-ronta ketika hampir mencapai puncak kenikmatannya. Akhirnya terasa kakinya dan tubuhnya mengejang. Nelly sudah mencapai klimaksnya. Aku tersenyum dan menciumnya, mengelus rambutnya. Setelah beristirahat selama tiga menit, aku mulai menarik batang kemaluanku dan memasukkannya kembali. Dalam waktu singkat birahi Nelly bangkit kembali.

Kemudian aku meminta Nelly menungging dan tanpa banyak bicara Nelly menuruti kemauanku. Sepasang pantatnya yang putih bersih sekarang terpampang di hadapanku dari belakang. Aku bisa melihat belahan kemaluannya yang berwarna merah muda. Lubang pantatnya terlihat sangat kecil.

Aku mengarahkan kemaluanku ke lubang kemaluannya dan tiba-tiba kudorong dengan cepat. "Aahhh... Gusss... ampunn... Enak..." seru Nelly.
Tanganku memegang pinggul Nelly dan menggerakkan tubuhnya maju, mundur, maju, mundur. Sekarang yang terdengar hanya teriakan histeris Nelly.
"Guusss... Gusss... terusss..." seru Nelly, "Aku datang lagi Gus..."
Aku mempercepat dan memperdalam hujaman kemaluanku. "Ahhh..." akhirnya kita sampai ke puncak bersama. "Croott... crot..." spermaku yang tumpah ke liang kemaluannya banyak sekali.

Hari itu kita bercinta sekali lagi dan besoknya hampir dua kali sehari. Memang jarak bukan batasan cinta.

TAMAT

Oleh: teteshujan@yahoo.com


Jenny Teman Lesku


Nama saya Jeffrey, umur saya sekarang 25 tahun. Saya tinggal di daerah yang paling dekat dengan negeri Singa. Saya ingin berbagi cerita nyata yang saya alami sendiri kepada para pembaca 17Tahun™. Ceritanya dimulai dari perkenalan saya dengan cewek yang bernama Jenny yang berasal dari Jakarta. Kira-kira pada bulan juni tahun 1994. Waktu itu saya lanjutin sekolah saya di CTC English Course, untuk masuk ke CTC saya harus ditest grammarnya dulu baru bisa ditentukan tingkatannya.

Waktu itu saya pergi test bersama tiga orang teman saya yang satu sekolahan, dan kebetulan waktu itu ada satu orang cewek yang ikut test bersama kita. Testnya sih lumayan susah bagi standard semacam saya dan teman-teman saya. Terus saya tanya kepada cewek yang kebetulan duduk di samping saya. Dia diam aja, lalu saya nyontek dari punya dia. Habis mau bagaimana lagi, kebiasaan buruk saya menyontek di sekolah susah diubah.

Hari itu juga saya dapat mengetahui hasil testnya dan saya mendapat peringkat Intermediate 2 dan teman-teman saya mendapat tingkat Intermediate 1. Saya sih agak kecewa juga.., habis tidak bisa ngumpul bersama teman-teman. Terus saya lihat hasil cewek yang duduk samping saya, ternyata hasilnya sama dengan punya saya (habis saya nyontek punya dia sih). Jadilah saya sekelas dengan dia, dan saya masuk sekolah 1 minggu kemudian dan saya bertemu dengan cewek itu lagi. Oh ya, saya lupa memberi Informasi. Nama cewek itu Jenny dan dia mempunyai tinggi badan kira-kira 168 cm dengan ukuran buah dada sekitar 36B, rambut sebahu dan mempunyai kuncir sedikit panjang.

Pertama kali masuk saya langsung kenalan dengannya, tapi dia cuek saja terhadap saya habis penampilan saya kurang meyakinkan. Hari demi hari saya makin akrab dengan teman- teman sekelas saya yaitu Demy, Yanto, David begitu pula sama Jenny. Saya makin naksir saja pada Jenny, habis menurut saya sih dia lumayan cantik. Sewaktu kita diskusi pelajaran saya pernah dengar kalau dia suka cowok yang waktu muda bandel. Kalau cowok itu mudanya tidak bandel kalau tua makin jadi saja. Itu kan berarti secara tidak langsung dia naksir saya.

Pada hari sabtu setelah perkenalan saya dengan Jenny masuk ke bulan kedua saya pergi ke Yishun daerah tempat tinggal Jenny, padahal saya tinggalnya di Siglap Rd.., Lumayan jauh lho. Saya telepon Jenny untuk nonton film di Golden Village Yishun. Wah ternyata waktu itu saya sangat beruntung karena dia tidak keberatan. Terus setelah selesai nonton film saya mau pamit pulang. Tapi Jenny tidak mengijinkan dan dia mengajak saya pergi ke rumahnya yang jaraknya kira-kira 150 M dari Golden Village. Saya iyakan saja. Setelah sampai ke rumahnya ternyata rumahnya sedang kosong jadi tinggal saya berdua dengan Jenny saja.

Kesempatan ini tidak saya lepaskan, segala jurus saya keluarkan untuk merayu cewek itu dan kebetulan jurus saya ampuh juga lho. Saya mulai dengan adegan ciuman. Terus lama-kelamaan saya mulai berani menjilati telinganya dan tangan saya mulai meremas-remas payudaranya yang montok. Jenny terasa menikmati terus saya beranikan diri membuka kancing bajunya dan nampaklah BH-nya.

Waktu itu dia memakai BH biru muda dan saya mulai lagi membuka BH-nya diiringi dengan ciuman maut saya. Akhirnya nampaklah puting susunya yang berwarna agak merah. Saya memainkan lidah dan saya jilat-jilat payudaranya yang montok terus saya kulum semua puting susunya. Terdengar Jenny mendesah dan mengatakan jangan nanti ada yang masuk. Saya cuekin saja, lalu saya melanjutkan permainan lidah saya di sekirar payudaranya diiringi dengan tangan kanan saya yang mulai bergerillya di daerah terlarangnya.

Saya merasakan bahwa vaginanya mulai basah dan saya masukkan jari saya ke dalam vaginanya dan saya kocok-kocok. Jenny makin mendesah kenikmatan dan dia tidak mau kalah. Celana saya dibukanya dan tangannya meremas-remas penis saya yang sudah sejak tadi tegang. Penis saya dikocok pelan-pelan saya terus terlibat adu lidah dengannya.

Saya menyuruhnya mengulum penis saya, pertamanya dia tidak mau. Saya suruh posisi 69 saja dan dia saya suruh di atas. Saya mulai menjilat vaginanya yang sudah basah sampai bersih.
"Oh.., jangan Jeff, saya dah gak tahan nih..".
Saya bilang, "Jangan apa Yen, jangan ragu-ragu kan".
Dan saya terus menjilat-jilat dan akhirnya saya merasa ada cairan yang sangat kental mengalir dari vaginanya. Dia sudah orgasme kali. Saya tetap menjilat dengan ganas sampai dia merasa kegelian ditambah dengan kenikmatan yang tidak dapat diterangkan kalau tidak pernah dirasakan. Saya menyuruh dia mengulum lagi penisku dan kali ini dia tidak keberatan. Pertama-tama saya menyuruhnya menjilati mulai dari buah pelir saya terus dilanjutkan dengan mengulumnya terus sampai pada kepala penis. Saya suruh jilat dan kulum. Wah, nikmat sekali man (Dapat dibayangkan nikmatnya saya waktu itu).

Setelah puas saya mulai merasakan kehangatan vagina Jenny. Kemudian saya arahkan penis saya yang berukuran 15 cm ke vaginanya yang sudah basah. Jenny berontak dan dia menutup vaginanya dengan tangannya. Saya tanya kenapa Jen? katanya dia tidakk mau sampai sejauh itu. Saya agak kesal juga. Terus saya gombal lagi dan saya tarik tangannya agar vaginanya tidak tertutup. Saya coba lagi.
"Jangan Jeff!, saya masih perawan, dan saya nggak mau kasih ama kamu nanti pacar tau marah".
Saya tanya, "Memang kamu ada pacar".
Dia bilang kalau pacarnya masih di Australia.
Saya bingung, "Gimana nih Jen saya dah gak tahan ni..., Nanti saya bisa pipis batu.."
Jenny bilang, "Ya swalayan aja tuh di kamar mandi".
Saya tertawa, "Lho kira pacar lho bisa setia di sana gak cari cewek lain.., Dia boleh cari kan lho juga boleh cari kan fair".

Dia diam saja lalu saya coba tarik lagi tangannya dan kali ini dia sudah bersedia untuk masukin penis saya ke vaginanya. Saya buka pahanya agak lebar biar lebih gampang masuk. Saya tancap pelan-pelan.
"Jangan Jeff..., saya sakit sekali".
"Tahan Yen sebentar lagi pasti nikmat".
Saya tancap lagi dan kali ini kepala penisku sempat masuk dan Jenny kembali menjerit sakit dan badannya mulai berontak, lalu saya peluk dengan erat dan saya kembali tancap lagi dan akhirnya saya berhasil memasukkan semuanya ke dalam vaginanya. Dia menjerit kesakitan.
"Sakit Jeff..., Sudah sudah saya gak mau lagi"

Saya cuekin saja dan saya terus menggoyang dan makin lama makin cepat sehingga Jenny mulai menikmatinya dan dia akhirnya mengalami orgasme untuk kedua kalinya. Tapi saya jadi sasarannya juga lho. Puting suauku digigitnya. Dan saya terus goyang sampai saya merasa saya sudah mau keluar. Akhirnya saya keluar di dalam vaginanya. Kelihatannya Jenny marah karena saya semprot di dalam. saya memberitahu padanya kalau pertama kali tidak akan kecelakaan.

Dan sejak itu kalau ada kesempatan saya lakukan adegan tersebut dengan Jenny sampai akhirnya kita berpisah karena dia sudah pulang ke Jakarta.


TAMAT


Jumat yang Tak Terlupakan


Seperti yang telah direncanakan, Jumat sore aku menjemput Lin ke kantornya dan segera berangkat ke Pantai Carita. Selama perjalanan Lin terlihat ceria sekali. Tape mobil disetel keras-keras dan Lin bernyanyi dengan lepasnya. Blazernya dibuka dan terlihat Lin mengenakan baju tipis warna putih tanpa lengan. Dadanya lembut menantang terbalut BH tipis. Putingnya samar terlihat dari luar. Sesekali Lin mencium pipiku selama perjalanan. Aku tersenyum saja. Sesekali tanganku mengelus pahanya yang mulus. Maklum dia mengenakan rok mini waktu ke kantor.

Dia tersenyum saja dan ikut memegang tanganku serta mengeluskannya ke pahanya. Kalau jalanan ramai tanganku kembali ke stir. Malu dong... Kami mendapatkan villa indah berbentuk rumah panggung di tepi pantai. Cukup lega ruangannya. Ada ruang tamu, dapur kecil dan teras depan yang langsung menghadap ke laut. Yang istimewa kamar tidurnya berjendela kaca besar dengan pemandangan ke laut lepas. Tempat tidurnya cukup besar, mungkin muat untuk 4 orang.

Kami segera ganti pakaian. Aku memakai celana pendek dan kaos. Lin juga memakai rok mini dan kaos. BH-nya telah dilepas. Kami tiduran di kursi panjang teras depan melihat matahari sedang menyusup ke laut. Lin tidur di pangkuanku. Kupeluk perutnya. Wangi rambutnya menerpa wajahku. Perlahan tangan kananku mulai meremas dadanya. Tangan kiriku mengusap-usap pahanya dengan lembut. Terus menyusup ke balik celana dalamnya. Masih belum basah. Perlahan kuusap-usap liang kenikmatannya.

Dia mulai menggelinjang. Tangan kananku bergantian meremas dada kiri dan kanannya dari balik kaosnya. Kuciumi pula leher belakangnya yang ada di atasku. Lin menggelinjang dan melenguh keenakan. Tiba-tiba Lin bangkit. Lin mengajakku ke laut. Dengan kaki telanjang kami ke laut. Kami terus berjalan ke laut sampai air setinggi pinggang. Hari mulai gelap. Kami bermain di laut. Kadang jongkok sampai hanya kepala yang terlihat. Kami berpelukan, berciuman di laut gelap. Kuremas dadanya, kuraba seluruh tubuhnya. Tanganku juga kususupkan ke dalam celananya dan mengusap kemaluannya sambil menciumnya dengan panas. Lin juga meremas-remas kemaluanku dengan menyusupkan tangannya ke dalam celanaku. Aku tetap memakai kaos demikian juga Lin.

Air kini sudah di atas pinggang, sedikit di bawah dada Lin. Sambil berpelukan dan berciuman, Lin melepaskan celanaku. Dia mulai meremas-remas kemaluanku kembali. Aku tak kalah aktif. Celananya juga kulepaskan. Dan kemaluannya kumasuki jariku. Kumainkan jariku dalam lubang sorganya sambil terus menciumi bibir dan lehernya.

"Sekarang...", bisiknya. Sambil tetap berdiri berpelukan, kumasukkan burungku ke sarangnya. Kurasakan pelukannya makin erat. Kugoyang pinggulku maju mundur. Batang kejantananku memasuki liang kewanitaannya. Lin juga mengikuti gerakanku. Kami bercinta dengan gairah tinggi dalam laut gelap. Aku terus menggoyang tubuhku. Memeluknya erat-erat. Dan akhirnya aku merasa maniku mau keluar. Gerakanku kupercepat. Lin kurasakan juga mulai mempercepat gerakannya.

Dan... maniku keluar dalam kemaluannya bercampur air laut. Nikmat sekali. Kami berpelukan agak lama. Lalu kunaikkan kembali celanaku dalam air, Lin juga. Kemudian kami berjalan ke arah pantai menuju villa cinta. Aku masuk kamar mandi untuk berbilas. Maklum air laut cukup membuat lengket kulit tubuhku. Tapi Lin melarangnya. Aku disuruh hanya membersihkan kakiku dari pasir pantai. Di kamar mandi kami hanya membersihkan kaki dari pasir laut. Kaos dan baju kami tetap basah oleh air laut. Lin akan memberiku kejutan. Lin mengedipkan matanya. Aku dibimbing Lin masuk kamar tidur.

Korden dibuka lebar-lebar sehingga pemandangan laut lepas terpampang di depan mata. Kerlip perahu nelayan dan lampu-lampu di teluk seberang terlihat dengan indahnya. Lin mematikan lampu dan menyalakan sebatang lilin untuk penerangan. Lin kemudian membuka kaos dan celananya, lalu menelanjangiku. Sekarang kami berdiri telanjang. Lin memelukku dan mengusap-usapkan tubuhnya pada tubuhku. Aku merasa geli. Kulit kami masih basah dan lengket. Kami berpelukan dan berciuman cukup lama. Lin kemudian mengambil handuk dan mengeringkan tubuhnya. Kemudian Lin mengeringkan tubuhku dengan handuknya. Aku kegelian. Lin dengan lembut mengusap handuknya ke seluruh tubuhku. Lin kemudian memintaku untuk telungkup di tempat tidur.

Dia kemudian ikut telungkup di punggungku. Kurasakan dada montoknya menindih punggungku. Rambut kemaluannya kurasakan menggelitik bokongku. Perlahan Lin menjilati leher belakangku. Aku menggelinjang kegelian. "Tubuhmu asin", bisiknya. Dia terus menjilati bagian belakang tubuhku. Dari leher, telinga, punggung sampai ke bokong. Tidak ada pori- pori tubuh belakangku yang tersisa dari jilatan lidahnya. Lin terus menyusuri paha dan kaki. Bibirnya terus menciumi seluruh tubuh belakangku, betis sampai ke ujung kaki.

"Sekarang berbalik.." desisnya. Lin kemudian mulai mengulum jempol kakiku. Kemudian seluruh jari kakiku dikulumnya. Terus naik ke atas ke kaki dan ke pahaku. Lin memegang kemaluanku, dinaikkan dan dikulumnya telurku. Aku terus memejamkan mataku merasakan kenikmatan yang tidak pernah kurasakan. Ada empat.. lima kali telurku dicium, dijilat dan dikulumnya. Lin lalu naik lagi. Kemaluanku disusuri dengan lidahnya. Lidahnya menjalar-jalar menjilati batang kemaluanku. Dengan sekali gerakan kemaluanku tenggelam dalam mulutnya.

Setelah dikunyah, dikocok dan disedot, Lin melanjutkan perjalanan lidah dan mulutnya. Kurasakan ciumannya menghujam di perutku. Pusarku dimasuki lidahnya hingga aku menggelinjang keras. Lin terus ke atas, menciumi dada dan putingku. Dikulumnya putingku, dipermainkan dengan lidahnya. Aku merem melek. Kemaluanku terasa bergerak-gerak mencari sasaran. Lin hanya memeganginya. Kurasakan tubuh halusnya menindihku. Lin kemudian menciumi lenganku, tangan dan jariku. Kiri dan kanan. Lalu pindah lagi ke leher. Habis leherku dikecup dan dijilati. Tangan kanannya memegang tangan kiriku dan tangan kirinya memegang tangan kananku yang telentang. Sementara itu tubuhnya berada di atasku. Kurasakan kemaluannya tepat di atas kemaluanku. Tapi Lin tidak berusaha memasukkannya. Dia terus sibuk menciumiku. Dagu dan bibirku lumat oleh bibirnya. Lidahnya menjalar-jalar dalam mulutku.

Kemudian pindah ke mata. Dijilatinya dengan penuh kasih. Terakhir Lin mencium keningku. Lin lalu duduk di atas kemaluanku. "Bagaimana..." bisiknya. Aku tak dapat berkata apa-apa. Ini kenikmatan luar biasa yang pernah kualami. Seluruh tubuhku dijilati dan diciumi Lin yang begitu cantik dan putih mulus. Aku mengulurkan tanganku memegang dadanya. Kuremas- remas dan kumainkan putingnya. Aku tersenyum memandanginya.

Lin kemudian bergeser ke belakang ke arah kakiku. Kemudian jongkok dan memegangi kemaluanku. Perlahan di jilati telurku kembali. Aku memejamkan mataku kembali. Kurasakan bibir Lin kemudian ganti menjilati batang kemaluanku. Aku merasa di awang-awang. Dan ketika dia memasukkan kejantananku ke dalam mulutnya, aku menggelinjang mengangkat pinggulku. Lalu perlahan Lin menggerakkan kepalanya naik turun mengocok batanganku dengan mulutnya. Aku mengimbanginya dengan menaikturunkan pinggulku. Tangan Lin menyusuri seluruh tubuhku. Makin lama gerakan kepala Lin makin cepat. Aku juga mempercepat tusukanku dalam mulutnya. Aku merasa maniku mau keluar. "Awas Lin..." bisikku. Tapi Lin malah makin mempecepat gerakan kepalanya dan menyodotnya lebih kuat. Tangannya memegangi pahaku dengan erat.

Dan... "Aaaakkhhh..." maniku menyembur dalam mulutnya. Lin terus menyedotnya dan menggerakkan kepalanya sampai semburannya habis. Lin kemudian memasukkan mulutnya dalam-dalam seakan tidak mau maniku ada yang keluar dari mulutnya. Perlahan dia cabut mulutnya dari kemaluanku dan..., ya ampun... ditelannya. Lin ke kulkas dan mengambil air putih untuk membantu memasukkan mani yang mungkin masih tersisa dalam mulutnya. Dia tersenyum memandangiku dari samping tempat tidur. Kemudian dia memelukku erat-erat. "Aku suka rasa asin. Tubuhmu asin. Air manimu juga asin", bisiknya. Kami berpelukan erat sampai tertidur. Kami tetap telanjang berdua.

TAMAT

Oleh: jokosusanto2000@yahoo.com


Juliana Kekasihku


Nama saya David, mahasiswa STMIK terkenal di daerah Slipi, saya memiliki pacar yang bernama Lia, mahasiswa Universitas yang beken, dia anak Manajemen, Waduh saya nggak pernah bermimpi sampai memiliki cewek yang cantik sekali hampir-hampir seperti Charlie Yeung, beruntung sekali saya. Lia adalah anak orang yang cukup berada, setiap ke kampus selalu naik Starlet warna biru malam, sedang saya adalah anak orang sederhana yang cukup ke kampus dengan sepeda motor. Maklum bapaknya adalah pedagang pakaian di Tanah Abang. Saya seperti mendapat durian runtuh, mana dia anak perempuan tertua, adiknya ada dua, satu laki-laki dan satu perempuan.

Kenalannya cuma dari ajang pertemuan para mahasiswa sekitar dua tahun yang lalu. Kebetulan pucuk di cinta ulam tiba, cinta saya nggak bertepuk sebelah tangan dan saya adalah cinta pertamanya, maklum dia itu kuper. Nah, sekarang saya mau menceritakan pengalaman asmara saya dengan dia yang teramat sangat indah dan tak akan mungkin saya lupakan seumur hidup saya ini. Kita memang ketemu begitu saja, kenalan, telepon, terus ke bioskop, jalan-jalan ke Mall Ciputra. Yach, setahun masa pacaran kita jalani dengan biasa- biasa saja, terus terang saya memang pengecut sekali sama yang namanya cewek, saya nggak berani meraba buah dada perempuan, takut di gaplok hehehehe.

Tapi setelah itu, setelah kita mengenal pribadi masing-masing kita sudah mulai berani "kiss" sampai ke pangku-pangkuan, raba-raba daerah terlarangnya, seperti buah dada dan selangkangannya kemudian dia juga mulai berani meraba-raba barang saya. Setelah kita semakin dekat, semakin mesra, semakin percaya, setiap hari libur kita mulai sering menginap di puncak (villa dia di dekat Simpang Raya). Seterusnya kita sudah seperti suami istri.

Saya hendak menceritakan malam pertama saya yang sampai sekarang masih terbayang jelas sekali dimana dia merintih menahan nikmat. Malam itu adalah malam minggu, seperti biasa saya ke rumahnya terus kita jalan dengan mobilnya, saya menjadi sopirnya dan saya tanya dia mau ke mana, eh dia jawab mau ke puncak. Oke deh, mobil saya arahkan masuk ke Tol Jagorawi tanpa terasa kita telah sampai di villanya dan saya istirahat di kamar, sedangkan dia mandi dulu kebetulan hari masih sore. Setelah mandi dia yang hanya mengenakan handuk menghampiri saya di ranjang dan dia bilang bahwa malam ini mau kasih saya yang special sekali. Wah, tentu saja saya kaget tapi senyum manisnya sudah membuat saya senang sekali.

Malam itu kita tidur seranjang. Wah gila, dia sudah nggak mengenakan apa-apa lagi di balik daster tipisnya. Kehangatan tubuhnya begitu saya rasakan. Biarpun di luar udara begitu dingin menggigit, ahh nikmat dan hangat benar tubuhnya dan dia sudah pasrah sekali. Berhubung dia sudah pasrah maka langsung saja saya elus-elus buah dadanya yang ranum sekali, terus saya buka dasternya sehingga dia bugil habis terus saya jilati puting susunya yang masih berwarna coklat muda. Ihh... dia mengerang kenikmatan dan dia mengusap-usap rambut saya. Ah, ternyata menghisap puting susu wanita nggak berasa apa-apa cuma sepertinya dia menikmati sekali ketika putingnya saya jilat dan saya gigit-gigit kecil.

Dia kegelian dan rada kenikmatan. Ah bosan, terus saya turun ke bawah, saya jilati lubang puser dia sambil tangan saya terus bermain di kedua bukit kembarnya. Eeghh.., dia kegelian dan cekikikan, dia bilang, "Sudah dong.. sudah... jangan di situ terus.. Geli kan!" ahh sebodoh amat saya pikir. Tapi terus saya mulai turun ke selangkangannya sampai ke vaginanya. Wah harum, vaginanya harum pasti deh dia habis cuci dengan sabun Lux selagi dia mandi tadi sore tapi selain bau sabun masih terasa bau vagina yang begitu khas dan membuat saya terangsang hebat sampai penis saya berdiri keras sekali seperti tugu monas.

Saya sibak rambut kemaluannya yang halus dan agak lebat, terus saya buka kedua pahanya sehingga vaginanya membelah, merekah dan siap untuk saya jilati. Vaginanya masih mulus sekali berwarna pink dan tanpa ba.. bi.. bu.. langsung saya jilati dan saya hisap clitorisnya sehingga dia kelojotan dan menjambak rambut saya. "Ahh... eghh.. auhh... terusin Vid.. terusin." Aahh, sial nich cewek ketagihan rupanya. Setelah puas menghisap dan menjilati vaginanya, jari telunjuk saya, saya masukan ke lubang vaginanya dan saya maju-mundurkan dengan cepat sekali, nggak lama kemudian vaginanya muntah. Keluarlah cairan yang bening rada putih. Tubuhnya kejang dan terus lemas tak berdaya. Dia bungkam seribu bahasa terus saya yang masih nafsu sekali langsung saja menindih tubuhnya.

Saya arahkan penis saya tepat ke mulut vaginanya dan sekali tekan, blueshh masuklah penis saya tenggelam ke vaginanya yang sudah licin. Dia berbisik, "Sudah dong.. sudah capek nich!" peduli setan, saya maju-mundurkan penis saya secara teratur, eh dia malah terangsang lagi dan meminta saya mempercepat permainan. Sambil main saya kecup bibirnya sampai dia kesulitan bernafas terus saya bangun dan mengambil bantal untuk mengganjal pantatnya setelah itu saya pengkangkan lagi kakinya dan kali ini vaginanya tambah merekah, langsung saya tancap dan saya genjot sampai tubuhnya berguncang-guncang dan dia merintih menahan sakit dan nikmat. Kira-kira lima menit kemudian saya merasakan seperti mau pipis terus saya tekan penis saya sampai masuk sedalam-dalamnya ke vaginanya dan ser... ser... crot... creattt... banjir deh liang vaginanya dan saya cabut penis saya "plop".

Saya nggak tahu sudah berapa kali dia mengalami puncak kenikmatan pada malam itu, yang penting dia happy sekali dan saya lihat ada sedikit darah bercampur lendir. Ahh, rupanya dia masih perawan, pantas vaginanya masih mulus, nggak geli saya menghisap dan menjilati vaginanya. Darah bercampur lendir yang membanjiri liang vaginanya saya hisap dan jilati sampai bersih terus saya sodorkan penis saya ke mulutnya dan seperti sudah mengerti dia langsung menjilati dan menghisap penis saya sampai bersih dan saya pun terangsang lagi. Tapi karena saya sudah capai sekali dan udara semakin dingin akhirnya kita sepakat untuk istirahat dan kita tidur dengan telanjang bulat sambil pelukan dan diselimuti dengan selimut yang tebal sekali.

Esok paginya kita bangun dan tubuh terasa dingin sekali. Eh nggak tahunya selimutnya sudah jatuh ke lantai, pantas dingin sekali. Waktu masih menunjukkan pukul 5.30 pagi, buru-buru saya tarik selimut untuk menutupi tubuh kami. Lia masih terlelap dan saya lihat dia tidur sambil mengangkang. Wah, langsung saya tegang, saya tinggalkan dulu selimutnya terus saya jilati dan kenyot-kenyot vaginanya sampai dia terjaga dan merintih-rintih. Terus saya tindih lagi tubuhnya dan saya setubuhi dia sampai beberapa kali, sampai kita nggak berasa dengan hawa dingin dan waktu sudah menunjukkan pukul 7.00 pagi terus kita mandi bersama dan main lagi di bak mandi sampai si Lia kejedot tembok selagi kita main dengan gaya dog style.

Di kamar mandi kita main sama sabun, sabun Lux saya oleskan ke penis saya, terus saya kocok sampai berbusa, lalu saya arahkan penis saya ke vagina Lia. Enak, licin, nah saking semangatnya saya maju-mundurkan penis saya terus Lia juga sudah lemas. Eh, dia kedorong dengan keras dan kepalanya kejeduk tembok "Duokk" dia teriak kesakitan, tapi lalu merintih kenikmatan. Lalu setelah itu kita makan siang di restaurant Rindu Alam, terus sekitar pukul 03.00 sore kita sudah dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Si Lia sudah lemas sekali dan tampangnya lesu sekali tapi masih tetap nafsuin. Setelah hari itu kita semakin sering jalan bareng terus semakin sering ke puncak dan semakin sering mencoba gaya-gaya baru yang kita dapat dari VCD porno, biarpun sepertinya nggak logis tapi asyik dan si Lia jadi ketagihan sekali sampai vaginanya rada-rada kecoklatan karena sering saya gesek dengan penis saya, tapi masih sempit lho!

Tapi sayang, sungguh sayang, hubungan kami semakin lama semakin di batasi oleh orang tuanya. Maklum keluarganya nggak level sama keluarga saya. Dia mau di jodohkan dengan anak dari teman bisnis bapaknya. Saya sebagai pacarnya tidak tinggal diam saja seperti kambing congek melihat si Lia jalan-jalan dengan pacar baru pilihan orang tuanya. Setelah tahu begitu keadaannya langsung saja saya putuskan hubungan saya dengan Lia. Eh ternyata dasar perempuan, langsung saja besoknya saya dengar kabar bahwa dia masuk rumah sakit karena memotong urat nadinya dan dia terus memanggil nama "Davidd... Daviddd..." Gila benar tuh perempuan. Tapi berhubung sebagai laki-laki harga diri saya sudah terlalu direndahkan oleh keluarganya, jadi untuk apa saya memaksakan diri. Yach, biar saja dia sama yang lain asal dia bahagia, yang penting perawannya sudah saya makan hehehe...

Untuk Lia, maafkan daku sayang! Sekarang kita sudah tidak berhubungan apa-apa lagi dan kamu juga sudah melupakan saya, jadi untuk menghilangkan perasaan kesal dan benci saya kepada kamu maka saya sebar cerita rahasia kita ini biarlah semuanya akan sirna seiring mimpi-mimpi indah kamu dengan si dia yang serba lebih dari saya. Sekarang saya yang miskin ini masih bisa kuliah dari hasil kerja saya sebagai pemijat khusus wanita. Pelanggan saya adalah wanita-wanita yang kesepian, hyper seks, ingin variasi, wanita karier, atau yang rumah tangganya berantakan. Memang banyak pekerjaan lainnya tapi saya suka pekerjaan saya yang satu ini selain saya mendapatkan kenikmatan saya juga memperoleh banyak uang.


TAMAT


Kasih yang Hilang


Cerita ini merupakan sebuah kisah nyata yang sampai sekarang masih menjadi ganjalan di dalam pikirannku. Tentang arti kisah cinta yang dapat mengubah arti cinta bagi para pakar percintaan. Saya adalah seorang mahasiswa di sebuah universitas negri di kota kembang (Bandung). Sebut saja nama saya Andi (samaran), saya berasal dari suatu daerah di Jawa Tengah. Apabila saya pulang ke Jawa, harus menempuh perjalan semalam untuk sampai di Jawa Tengah. Suatu waktu saya harus menempuh perjalanan ke Jawa dengan cara berantai, yaitu dari Bandung-Purwokerto-Solo, sebab hari itu memang arus antar kota sangat padat hingga saya tidak mendapat tiket bus yang patas. Semua itu harus saya jalani dengan terpaksa, Bus Mandala adalah bus yang akan mengantar saya ke Jawa, tetapi harus transit dulu ke Purwokerto baru ke Jawa.

Sampai di Purwokerto kira-kira jam 19:00, transit dulu kira-kira satu jam baru berangkat lagi. Kesempatan istirahat itu tidak saya sia-siakan dengan berkeliling terminal sekaligus mencari rumah makan di terminal. Capai, penat, dan panas suasana malam itu, saya memasuki sebuah rumah makan yang lumayan bersih untuk beristirahat. Setelah memesan semangkuk soto dan es teh manis, saya mencoba iseng memandang sekeliling untuk mencari tempat yang strategis untuk pandangan ke arah bus saya agar tidak ketinggalan.

Waktu menengok ke samping, saya melihat sesosok wanita yang kira-kira seumuran di bawahku (23 th). Pandangan kami bertemu, tapi saya cuek saja dan membuang pandangan ke tempat lain. Sepintas saya lihat tatapan matanya yang mencerminkan kebingungan. Setelah saya pikir-pikir, apa salahnya sich beramal membantu orang sekaligus kenalan dengan cewek cakep. Wajahnya manis dengan tubuh yang langsing, dibalut dengan celana jeans dan kaos ketat. Saya dekati dia, dan setelah berbasa-basi akhirnya saya dipersilakan duduk di depannya, Monica namanya. Sambil makan kami ngobrol, tidak sulit untuk bergaul dengan dia yang orangnya supel dan enak diajak ngobrol, dia dari Jakarta dan hendak ke tempat temannya di Purwokerto. Hingga tiba waktu kami untuk berpisah, dia memberikan nomor tempat dia tinggal. Kami berpisah.

Satu minggu kemudian saya mencoba untuk menelpon dia setelah tiba di Bandung, sebab bila saya telpon dari Jawa, saya takut ketahuan pacar. Ternyata dia masih ingat kepada saya. Hari demi hari kami lewati dengan telpon. Hingga saatnya tiba bagi kami untuk bertemu di Purwokerto, rupannya dengan kerajinan saya menelpon dia telah menumbuhkan benih-benih cinta di antara kami.

Saya berangkat hari minggu ke Purwokerto siang hari dan sampai ke Purwokerto malam hari jam 20:00. Saya langsung telpon dia suruh menjemput saya. Saya tunggu dia di tempat kami membuat janji. Sudah 30 menit saya menanti dia hingga hampir hilang kesabaran saya, tiba- tiba dari arah samping terminal terdengar riuh para tukang ojek dan tukang becak terminal bersorak. Ada apa gerangan..? Saya mencoba untuk menengok ke sumber suara itu.

Sesosok tubuh yang sangat langsing turun dari sebuah becak dengan mengenakan rok yang super mini, kaos ketat dipadu dengan jaket sebatas pusar, berpotongan rambut shagy pendek, sangat serasi dengan hiasan paha mulusnya. Sejenak saya lupa dengannya, kami berpandangan lalu berjabat dengan mesra, saling berangkulan dan berjalan pelan menuju ke arah pintu keluar dengan disorot puluhan mata orang-orang di terminal. Jelas saja hal itu menarik pandangan orang-orang.

Kami sejenak mengobrol seolah-olah sudah lama tidak berjumpa. Benih-benih cinta saya mulai tumbuh seiring dengan sentuhan-sentuhan saraf tangan saya hingga bereaksi terhadap burung muda saya, keras menantang siap meluncur. Saya langsung ambil inisiatif dengan mengajak dia keluar terminal mencari becak ke hotel terdekat. "Hotel PB" yang letaknya persis di belakang terminal Purwokerto menjadi saksi malam panjangku (cerita inilah yang menjadi nick chatting saya 'malampanjang').

Semua administrasi saya lunasi. Sampai di kamar kami langsung berpelukan erat memanggut bibir melepaskan semua belenggu kerinduan kami. Sengaja saya hentikan sejenak untuk mengistirahatkan tubuh saya dengan mandi. Setelah mandi kami berdua rebahan di tempat tidur, dia bercerita tentang dirinya, tentang kepergiannya dari Jakarta ke Purwokerto (sebagai singger di sebuah pub malam) dan semuannya. Terjatuh hati saya oleh keindahan fisiknya dan kejujurannya. Hingga tanpa sadar kami berbicara dari hati ke hati tentang isi perasaan hati masing-masing. Saya peluk tubuh mungilnya lembut, saya kecup keningnya, bibirnya dan lehernya. Menggelinjang dia ketika saya cium tengkuknya, dia mencoba menolak, saya tanyakan mengapa..?

"Aku sudah lama tidak berhubungan badan Ndi.., aku takut nanti setelah kamu merasakan tubuhku kamu akan pergi dariku.." jawabnya disertai dengan derai air mata.
Hal itu yang mambuat saya terperangah, sebab sungguh saya tidak punya sedikit bayangan pun tentang itu.
"Aku melakukannya sesuai degan pergerakan cinta kasihku kepadamu.." jawab saya.
"Maafkan aku bila kamu tidak menginginkannya, maafkan aku.." sambil memakai baju yang sempat saya lepas, dia trauma dengan kejadian pada orang yang sangat dia sayangi pergi meninggalkannya akan terjadi padanya saat itu.
Saya peluk dia yang masih terus menagis sambil menatap dengan rasa iba pada saya seolah berharap saya tidak akan pergi meninggalkannya. Dalam hati kecil saya saat itu terjadi pergolakan antara memilih dia dengan memilih pacar saya. Saya masih menunggu untuk memutuskan hal itu.

Kembali kami bercakap-cakap sambil mengeluarkan tawa canda, yang tanpa sadar kejadian itu terulang lagi, kami tidak tahu siapa yang memulai, kami sudah saling berpelukan dengan bersandar di dinding kamar di dekat cermin besar hotel. Keadaan sudah sangat panas untuk dihentikan, baju saya sudah terlepas dan jatuh ke lantai, dan perlahan-lahanpun baju Monica dapat saya lepas dan rok mininya saya singkapkan ke atas hingga tersisa BH dan celana dalamnya, kira-kira berukuran 34.

Sejenak dia mendorong saya untuk menghentikan saya sambil memandang dalam ke arah mata saya dan berkata, "Apakah kamu melakukan ini gambaran dari rasa sayangmu padaku?" kata dia.
"Bukannya aku akan menghiburmu, tapi itu adalah sebuah kenyatan di dalam hatiku, aku sayank kamu.." bisik saya di dekat telingganya sambil mendekapnya.
"Akhirnya kebahagiannku terulang lagi Andi.." jawabnya lirih.

Saya tidak mengubris lagi pertahanannya, karena otak kotor saya sudah mendominasi seluruh isi kepala. Perlahan-lahan pula pertahanannya mulai mengendur, hingga saya dapat dengan leluasa menjamah tubuh indah ini. Perlahan saya lepas BH-nya, hanya dengan sekali jentik lepas sudah kaitnya. Saya buka perlahan-lahan satu bagian dari payudaranya, saya kecup lembut dan bergerak melingkari payudaranya dengan lidah nakal saya, hingga pada akhirnya mendapatkan sebuah puting coklatnya menyembul keras dan padat sekali payudaranya. Saya hisap lembut sambil memainkan dengan lidah di dalam mulut saya, saya cupang sekeliling putingnya hingga meninggalkan bercak merah yang sangat banyak.

Perlahan sekali saya bergerak ke arah payudara yang satunya. Saya singkap BH-nya hingga sekarang tampaklah sepasang gunung kembar dengan ujung yang berwarna coklat, putih bersih dan kencang. Benar-benar sangat mengairahkan, adik kecil sudah sangat menegang dengan keras. Memang sengaja saya buat tempo yang lambat, sebab tidak ingin malam ini berakhir. Bagian payudara adalah bagian yang sangat saya suka dalam berhubungan intim, saya buat cupang yang banyak di kedua payudaranya.
"Oohhh.. oohhh... ssshhh... ooohhh... yyyaahh..." erangnya.
"Kurang keras Annnddii..!" sambil tangannya meremas tangan saya dengan keras.

Saya mulai mengeraskan tempo permainan, disertai dengan gigitan kecil pada kulit mulusnya, saya membiarkan semuannya berjalan dengan keadaan hati dan emosi saya. Nafsu saya mulai memburu, dengus-dengus nafsu sudah mulai nampak, itu berarti saya sudah menjadikan diri saya sendiri bergerak bebas ekspresi bagi seorang yang beraura kerbau mulai tampak. Keringat mulai membasahi tubuh saya, dengus hidung saya mulai mengeras.

Terus saya kecup payudaranya sambil meremas-remas putingnya, perlahan saya turun ke arah perut sambil meninggalkan kecup merah di sana-sini, menuju pusat dari kewanitaannya, melewati paha mulusnya melumat dengan kecupan-kecupan dan jilatan dari lidah saya. Kemudian menuju ke arah kedua betis dan telapak kaki. Kembali saya ke atas melewati paha-paha Monica, mengendus mencoba mencari bau khas tubuhnya, hingga sampailah pada sebuah gundukan bukit yang mengundang gairah.. ditumbuhi dengan rambut-rambut yang lembut. Saya endus bau yang keluar dari kemaluannya, tak beraroma.. ini menandakan sehat. Segera saya mengecup bagian atas dari bulu kemaluannya, saya jilat bagian pinggir dari belahan vaginannya.

"Aahhh... ahh.. enak A..Andi... ngga kuat..." rintihnya.
"Oohh.. ooh.. hhh.." sambil tangannya mencoba membuka lubang kemaluannya dan mengusapnya.
Saya sentuhkan ujung lidah saya ke arah lubang vaginannya, sedikit demi sedikit mengenai klitorisnya yang sudah sangat mengeras dan besar. Saya jilat klitorisnya dengan irama yang cepat sambil sesekali menghisap semua vaginanya disertai dengan gigitan kecil saya pada klitorisnya. Saya mainkan sesuka hati dan sesuai dengan gerak nafsu. Saya gosok dengan lidah sambil meremas payudaranya.

Saya sudah tidak kuat dengan situasi tersebut, dia ganti membalikan saya dan mengerjai saya dengan posisi telentang. Dia menjelajahi detail tubuh saya, hingga kelemahan saya berhasil ditemukan olehnya, puting saya dihisapnya hingga membuat saya mengejang kenikmatan. Saya balikkan kembali dia, saya acungkan burung coklat saya ke arah mulutnya untuk dikulumnya.
"Clluupp.. clupp.. cppllokk.. cpllook.." suara oralnya.

Basah sudah burung saya dan kemaluannya. Saya menindihnya, dia terpejam pasrah menantikan hujaman burung coklat saya. Saya coba hujamkan tanpa bantuan tangann dan.. tidak berhasil. Kenapa ini..? Sempat saya berpikir, perawankah dia..? Sulit sekali memasukkan ke dalam lubang vaginannya yang tetap tertutup rapat.
Saya bertanya padanya, "Memek kamu rapet sekali, kamu masih perawan..?" tanya saya.
"Bukan Andi.. aku sudah satu tahun tidak di sentuh lelaki, aku truma.." jawabnya.
Mungkin dia masih trauma dengan kejadian dengan pacarnya yang pergi meniggalkannya.

Akhirnya dengan bantuan pelicin yang saya tambahi, dan dengan saya bukanya lubang kemaluannya, berhasil masuklah burung coklat saya. Seperti terjepit, sesak, dan sangat mengigit, ini mungkin pangaruh dari lamanya dia tidak berhubungan sex.
"Srreett.. srrett.. .. srrett.. bblluuees.." akhirnya masuk semua ke dalam vaginanya.
Saya coba goyang perlahan-lahan supaya dia tidak kesakitan dan beradaptasi.
"Clleepp.. clleepp.. clleepp.. breett.. bbrrett.."
"Cplokk.. cpplokk.. cpllookk..." suara dari vaginanya.
"Aaahh.. ahh... terus Anndii.. ahh.. nikmat sekali..!" erangnya.
Benar-benar mengigit sekali lubang vaginanya, sampai ditarikpun bukan penis yang bergerak, tetapi kulit penis saya yang bergerak oleh karena kuatnya cengkeraman vaginanya.

Setelah sekian lama kami beradu dalam nafsu, ada suatu tekanan yang besar dari dalam perut bawah saya, bergerak perlahan mencoba untuk meledak keluar melalui burung coklat saya. Saya cabut dan tahan dengan pernafasan dalam supaya sperma saya tidak jadi keluar. Saya masukkan lagi ke dalam lubang vaginanya, saya goyang pinggul saya dan hentakkan keras-keras hingga badannya berguncang-guncang dan payudaranya bergerak ke atas dan ke bawah, hal ini justru membuat nafsu saya bertambah besar. Saya tidak tahan lagi, tempo gerakan saya percepat, cepat sekali hingga ranjang tempat kami bermain berguncang.

"Cclleepp.. clleepp.. clleepp.. cplok.. cplok.. cplok.."
"Aahhh.. ahh.. ooh.. Andi.. ohh.. Andi.. terus.. Andi.. aku.. maauu.. keuluaarr... aahhh... aaahh..!" keras sekali dia mengerang. Rupanya dia mengalami orgasme.
"Ooohh.. ohh.. Saayyannngg... aku mau keluar.. aku mau ke.. luar.. oohh.. ohh..!"
Saya cabut kemaluan saya, lalu mengocoknya di atas payudaranya.
"Ccrroott... crrott.. ccrott.. ccrot.. ser.. sser.."

Terjatuh saya di samping tubuh bugilnya dengan nafas memburu dan keringat bercucur, banyak sekali sperma yang saya keluarkan di tubuhnya. Saya lirik dia yang juga kecapaian, tangannya meratakan semua sperma yang saya tumpahkan di atas payudaranya. Dia beranjak dari tidurnya, lalu menindih saya sambil memasukkan sisa sperma yang masih berada di jari tangannya ke mulutnya, lalu mencomot lagi sperma di dadanya, lalu memasukkan ke mulut saya, hangat dan tidak terasa.

Dijatuhkan kepalanya di atas dada saya sambil medekap tubuh saya yang masih panas.
Saya kecup dia sambil berbisik, "Makasih yaa..!"
"Koq dibuang spermanya..?" tanyanya.
"Emang kenapa..?" saya balik bertanya.
"Khan sayang kalo dibuang.." jawabnya.
Saya hanya tersenyum, lalu di permainan-permainan berikutnya saya tidak pernah membuang-buang sperma saya keluar, saya masukkan semua ke dalam vaginannya.

Kami mandi bersama, lalu mengobrol lagi dan kami melakukan lagi. Kami tidur kira-kira jam 04:00 pagi, 2 kali kami melakukan permainan dan 3 kali di keesokan harinya sampai sore hari, seharian kami tidak berpakaian hanya ditutupi selimut, keluar membeli makanan. Kami berjanji untuk terus bersama sampai waktu memisahkan kami. Kami saling mencintai dan berurai air mata ketika saya akan balik ke Bandung, dia takut untuk ditinggalkan dan berat mengantar kepergiann saya ke terminal. Tapi saya harus kembali ke Bandung untuk menyelesaikan study saya dan berjanji untuk menelpon dia begitu sampai di Bandung.

Malam harinya setelah saya sampai di Bandung, sesuai dengan janji akan menelponnya, lalu saya coba menelpon hotel tempat dia tinggal (“Hotel RM”), tapi jawab operatornya Monica sudah pindah tempat. Bagai disambar geledek di siang hari, saya terkejut, dia yang ingin saya tidak meninggalkannya, tapi dia hilang tanpa ada jejak tempat tinggal, tanpa pesan. Lalu apa arti cinta dan kasih sayangnya selama ini, apa arti air matanya yang menetes di dadaku, apa arti janji setianya, apa arti semua kelakuan kami. Hal itu yang sampai sekarang menjadi pertanyaan di dalam hari-hari saya.

Monica, bila kamu membaca kisah kita ini tolong beri jawaban pada saya, saya tidak akan menemuimu bila itu yang kamu inginkan, tapi jawab apa arti semua ini. Bila saya laki-laki yang tidak bertanggung jawab, saya tidak akan memikirkan tentangmu karena saya sudah menjamah tubuh indahmu. Sayangnya saya bukan type pria seperti itu. Sebelum tercipta banyak kenangan indah cukuplah kita mengakhiri semua ini. Maafkan saya Monica dan maafkan saya pacarku karena sudah menghianatimu, tapi kamulah yang keluar sebagai pemenang untuk menemaniku mengarungi kehidupan sampai akhir hayat.

TAMAT

Oleh: penniss@astaga.com


Kebetulan Membawa Nikmat


Saya adalah seorang laki-laki kira-kira berumur 33 tahun, tinggi sekitar 172 cm dengan wajah lumayan (kata teman-teman). Saya sudah bekerja dan sekarang sedang menjalani tugas keluar kota yaitu Semarang. Kisah saya ini baru terjadi sebulan yang lalu. Pada saat itu saya sedang melakukan perjalanan dari Semarang ke Jakarta naik kereta api Argo Bromo. Dari Semarang kira-kira jam 12.00 siang. Kebetulan saya duduk berdampingan dengan seorang wanita kira-kira berumur 35 tahunan. Wajahnya tidak begitu cantik, tetapi potongan tubuhnya begitu seksi dengan pakaian kaos atas berlengan panjang dengan belahan leher yang agak ke bawah dan celana sedikit longgar. Dadanya begitu menonjol dengan memperlihatkan garis belahan dada yang putih bersih. Saya memperkirakan ukuran susunya 36B. Setelah menaruh tas yang tidak begitu besar, dia duduk di sebelahku dan menyapa,
"Selamat siang Dik."
"Selamat siang juga Bu..." jawabku.
"Adik mau ke mana?" tanyanya.
"Mau ke Jakarta Bu, kalau Ibu?" tanyaku balik.
"Kalo gitu kita sama", jawabnya.

Begitulah perjalanan sampai akhirnya kereta api sudah hampir sampai di Stasiun Jatinegara, dia menyapaku kembali,
"Turun di mana Dik?"
"Jatinegara, Bu?" kataku sambil bertanya lagi.
"Saya juga turun di Jatinegara." "Kalo gitu kita bisa sama-sama turun", katanya.

Pada waktu dia mengambil tasnya dari atas tempat duduk, sementara saya masih duduk, terlihatlah tonjolan buah dadanya yang kelihatan tambah besar karena tertarik tangannya ke atas. Saya sudah membayangkan betapa nikmatnya orang yang dapat meremasnya.
"Adik naik apa?" tanyanya kembali.
"Mungkin naik taksi Bu", jawabku.
"Saya juga naik taksi", katanya.
"Tapi saya agak takut sebetulnya kalo sendirian, karena kata orang di Jakarta kalo naik taksi sendirian berbahaya", katanya lagi.

Pucuk dicinta ulam tiba. Tawaranya saya sambut dengan buru-buru.
"Kalau tidak keberatan boleh saya antar." Dan kebetulan arah kami agak searah sehingga tidak ada alasan dia menolaknya. Singkat kata, kami sudah berada dalam satu taksi. Tiba-tiba tangannya dijatuhkan ke pahaku seperti sengaja dan tidak sengaja, saya agak kaget. Dia kelihatannya tahu dan minta maaf.
"Maaf ya Dik... nggak sadar."
"Oh, nggak apa kok Bu",
"Jangan panggil Bu, Mbak gitu lho", katanya.

Sampai di rumahnya, saya dipersilakan masuk. Saya turuti kemauannya. Dia kemudian masuk dan keluar sudah dengan pakaian yang lain. Atasannya adalah kaos ketat dengan model you can see, sehingga buah dadanya kelihatan makin aduhai, apalagi dilihat dari samping, kelihatan daging menonjol putih meskipun tidak terlalu banyak. Sedang bawahannya rok span di atas lutut, sehingga kakinya yang kuning langsat mengundang birahi siapa yang melihatnya. Terus terang saya bengong sampai dia menyapa,

"Ayo Dik diminum, kok bengong aja."
"Suami Mbak ke mana?" tanyaku untuk mengalihkan kebengonganku.
"Oh.. dia masih nganterin anak ke kursus Bahasa Inggris, nanti pulangnya kira-kira jam 21.00 (pada saat itu masih jam 18.15). Sambil berbicara, dia merebahkan pantatnya didekat tempat duduk saya, sehingga tonjolan buah dadanya tersentuh oleh siku saya. "Aduh mak", batin saya.

Kemudian saya pura-pura mengambil korek api yang ada di dekat dia duduk, sehingga tangan saya melintang ke depan dia dan tersentuh kembali buah yang besar itu, dia diam saja. Tiba- tiba tanpa kusadari, tangan kananku sudah melingkarkan ke lehernya dan dia diam saja. Akhirnya dengan kenekatan luar biasa, kucoba mencium bibirnya dan membalasnya. Di luar dugaan, dia langsung pagut bibir saya dan lidahnya menari-nari di dalam mulut saya.

"Aah.. aaah.. aah.." Saya langsung singkap kaos tanpa lengannya, dan kutarik ke atas BH- nya, maka keluarlah dua buah dada yang besar dan putih dengan putingnya berwarna merah kehitam-hitaman. Ukuran putingnya kecil untuk ukuran wanita seusianya. Kuelus-elus buah dadanya dan kupilin putingnya. "Aah.. ah... aduh... heh... heh..." Tangan kanannya tidak kalah galaknya, mulai menyusup ke celana dalam saya dan langsung menggenggam penis saya yang masih di dalam. Tangan kirinya membuka retsluiting celana saya dan kemudian kedua tangannya memelorotkan celana panjang dan CD saya sampai penis saya keluar dengan tegaknya. "Aauuu..." aku merintih nikmat.

Kemudian tangan kanan saya mengusap perut dan akhirnya ke lubang kemaluannya. Aduh mak sudah basah. "Dik, terus dik jangan dilepas Dik... aaahhk... ahhh", dia mengerang kenikmatan ketika tanganku mulai mempermainkan klitorisnya. "Uugh... ugh.... ahhhh... aduh... aku sudah nggak tahan Dik... masukkan sekarang ya..." katanya. "Baik Mbak", jawabku.

Kemudian aku menindihnya sementara dia berbaring di kursi panjang dengan sebelah kakinya terjuntai ke lantai, sehingga lubang kemaluannya yang kelihatan sudah basah dengan klitorisnya yang memerah kelihatan sekali. Aku mulai memasukkan penisku ke dalam liang kemaluannya dan "Aagh... agh... agh... terus Dik sampai dalam, agh... agh.." Aku terus memompa dan memompanya dan... "Aduh Dik aku sudah nggak tahan... aku mau ke..." erangya. "Tahan dulu Mbak..." Kemudian kemaluanku kucabut dari lubang kemaluannya dan mulutku kudekatkan ke lubang kemaluannya, dan kusedot klitorisnya sampai dia menggelinjang-gelinjang nggak karuan dan tidak berapa lama, "Aaahh... heh... heh..." napasnya tersengol-sengol. Kemudian penisku kumasukkan ke liang kemaluannya dan kupompa-pompa dan ganti aku yang mencapai klimaksnya dan, "Aaaghhh... ahhh aduh... Mbak nikmat sekali Mbak", kataku. "Aku juga Dik." Kemudian kami saling membereskan diri masing-masing.

Kemudian hari-hari selanjutnya kami isi dengan pertemuan-pertemuan rutin hampir tiap hari dan kebanyakan pertemuan di hotel-hotel atau di motel-motel yang lebih bebas. Kini bukan lagi rasa hanya sekedar iseng tetapi aku sudah kena hatiku yang paling dalam yaitu cinta, meskipun aku sudah beristeri. Aku tidak tahan kalau tidak bertemu sehari saja. Alasan selalu dapat aku cari saat-saat jam kantor, sehingga tidak membuat curiga isteriku. Sehingga pada suatu saat, kami bertemu dan sewa kamar hotel.

"Dik Rully..." katanya lembut.
"Ya, Mbak..." kataku.
"Aku sebetulnya ma.. mau mengatakan sesuatu."
"silakan Mbak.. masalah apa?" tanyaku.
"Masalah kita berdua."
"Aku sebetulnya mulai merasakan cinta kepada Dik Rully, rasanya aku sudah bukan iseng lagi", katanya agak tidak bersuara.
"Aku juga begitu Mbak..." jawabku sambil tanganku merangkul lehernya saat kami bersandar di tempat tidur hotel.
"Tapi", katanya.
"Tapi apa Mbak? tanyaku nggak sabaran.
"Aku harus meninggalkan kota Jakarta untuk ikut suami di Surabaya.
Dia di Jakarta hanya bersama anaknya yang masih SD, sedangkan suaminya bekerja di Surabaya.

Kami terdiam untuk beberapa saat. Tiba-tiba aku dipeluknya dengan erat sambil berkata, "Dik, ini pertemuan terakhir kita, tolong puaskan Mbak ya..." pintanya sambil menciumku. "Ya... Mbak.." aku juga membalas ciumannya dan kami saling berpagut. Lidah kami saling beradu. Tanganku mulai menelusuri T-shirtnya yang ketat tanpa BH, (sudah disiapkan dari rumah), dan menariknya ke atas, sehingga susunya yang besar mencuat keluar. Tanpa menunggu lagi tanganku sudah meremas kedua buah besar tadi. Kupilin-pilin putingnya, "Aahk... ahk... Dik... enak Dik."

Kemudian kepalaku kutundukkan dan bibirku mencium dan menyedot puting dengan perlahan dan lemah lembut sambil tangan kananku mulai meraba perut, turun ke bawah dan menyentuh celana dalamnya yang sudah basah, "uhk... uhk... ahk... Diikk... terus Dik enak ehm... ehm ahk..." dia melenguh nggak karuan. Kemudian dia mulai bereaksi, tangannya dengan nggak sabar membuka ritsluiting celanaku dan mengeluarkan penisku yang sudah tegang dan pucuknya sedikit basah.

Ditariknya penisku dan dimasukkan ke dalam mulutnya yang sebelumnya belum pernah dia lakukan. "Augh..." Aku mendesah kenikmatan. "Mbak... kotor Mbak..." kataku. "Nggak apa Dik untuk perpisahan kita." Dia tidak perduli dan mengulumnya dan mengocok penisku dengan mulutnya. Aduh rasanya seperti di awang-awang. Aku juga tidak sabar lagi dan kuturunkan kepalaku sampai mencapai liang kemaluannya dan kucium, kujilat, kemudian kukulum klitorisnya sampai dia mengerang kenikmatan, "Aahk... ahk... ahk... Dik... ahk... aku nggak tahan Dik..." Aku juga nggak perduli terus kuhisap itu klitorisnya, "Ahk... ahk... terus seperti itu.

"Dik... masukkan ya... aku sudah nggak tahan... aughk..." saat kusedot klitorisnya, dan "Aaaahhh... Dik aku mau keluar Dik... tahan Mbak..." sambil aku membalikkan badanku sehingga aku menindihnya dan kucium bibirnya kembali sambil batang kemaluanku mencari-cari lubang kemaluannya dan sleeep, penisku masuk ke lubang kemaluannya dan "Aahk... ahk..." bibirku menyedot puting susunya yang kecil agak kehitam- hitaman, "Auh... auh... auh..." Nggak berapa lama, "Aaahhh... aku keeeluuarrr ahhhhaahhh..." bersamaan dengan itupun aku juga memuncratkan air maniku ke rahimnya dan "Aaagh... aahhh... Mbak, Mbak... aku juga keluar." Kemudian tubuh kami menggeletak dengan lemas. "Dik... terima kasih ya", katanya. "Aku juga terima kasih Mbak.

Nah pembaca setelah itu kami sudah tidak pernah bertemu lagi sampai cerita ini kubuat sudah lebih 3 mingguan aku tidak pernah bertemu. Aku sekarang merasa kesepian.


TAMAT


Kejenuhan Membawa Kenikmatan


Namaku Erick (bukan nama asli), sebelumnya aku terima kasih atas dimuatnya ceritaku beberapa waktu yang lalu, kali ini aku akan menuliskan pengalamanku lagi, yang mana itu terjadi baru kemarin malam. Oh ya satu hal lagi, saya minta maaf kalo seandainya kalimat- kalimat yang saya sajikan kurang beraturan. Maklumlah, bukan pujangga.

Rabu, 25 April 2001, kira-kira pukul 07:00 malam, saat itu aku lagi lembur di kantor. Jenuh dengan keadaan, akhirnya aku keluar kantor dulu sebentar, ya sekedar cari angin atau kasarnya cuci mata kali ya. Akhirnya mobil kuparkirkan di pelantara pusat pertokoan yang ada di tengah-tengah kota kembang. Wahh, seger juga nih, jadi tidak BT lagi. Sambil berjalan menelusuri trotoar, aku melihat beberapa produk yang dipajang di etalase, secara kebetulan, mataku tertuju ke stan penjualan produk alat-alat kosmetik. Mataku tidak lepas memandang sosok tubuh yang rasanya seperti kukenal. Dengan ragu-ragu aku hampiri juga stan kosmetik itu. Tidak jauh dari stan itu, aku diam dulu beberapa saat sambil memeperhatikan sosok tubuh yang rasanya kukenal.

Setelah yakin kalau sosok tubuh itu adalah orang yang kukenal, dengan hati berdebar kupanggil namanya.
"Wi..! Kamu Dewi khan..?" kataku sambil menunjuk ke arahnya.
Sosok tubuh yang kupanggil namanya merasa kaget juga mendengar panggilanku. Untuk beberapa saat dia memandang ke wajahku sambil mengernyitkan keningnya. Dalam hati mungkin dia sedang mengingat-ngingat, yang pada akhirnya.
"Erick..? Kamu Erick..?" katanya dengan wajah yang agak keheranan.
"Yup..! kirain udah lupa, Wi..," kataku sambil menyodorkan tanganku.
"Ya nggak akan lupa dong Rick, gimana kabarnya..?" katanya sambil menyambut uluran tanganku.
"Baek-baek Wi. Kau sendiri gimana..?" kataku.
"Baek juga Rick..," ucap Dewi sambil menyibakkan rambutnya yang panjang sebahu.

Perlu diketahui, Dewi (bukan nama sebenarnya) ini adalah teman SMA saya dulu, orang tuanya tingal di Jakarta. Di kota kembang ini dia tinggal dengan kakaknya yang kebetulan mereka ini bisa disebut anak kost. Dewi punya perawakan lumayan tinggi, dengan tubuh yang cukup ideal (di mataku), hidung yang mancung, dan buah dadanya yang lumayan juga ukurannya. Kami mengobrol bermacam-macam, tentang seputar masa SMA dulu. Tidak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 09:00malam, dan pada jam itu dia akan pulang. Dengan penuh keyakinan, kutawarkan dia untuk pulang sama-sama, karena kebetulan dia pulangnya sendiri.

Sebelum aku mengantar dia ke tempat kostnya, aku ajak dia untuk makan dulu. Dia menerima tawaranku, setelah itu baru kuantar dia ke tempat kostnya.
"Ke dalem dulu Rick..!" katanya.
"Makasih Wi.., lain kali aja deh.., lagian khan ada Kakakmu..!" kataku sambil memperhatikan jamku, yang mana pada waktu itu menunjukkan pukul 22:30.
"Kakakku lagi ke Jakarta Rick.., Aku cuma sendirian disini. Ayo dong Rick..! Masuk dulu..," pintanya merajuk.
Akhirnya aku masuk juga ke dalam, "Bentar aja ya Wi.., Aku ada kerjaan nih di kantor, mana mata udah ngantuk, cape lagi..," kataku sambil tanganku memijit pundakku sendiri karena pegal.
Dewi menganngguk sambil tersenyum, kemudian dia menuju ke belakang untuk mengambil minuman.

"Santai aja dulu Rick.., Aku mo mandi dulu ya, gerah nih..!" katanya sambil menyodorkan minuman untukku.
Lalu aku duduk di kursi dekat tempat tidurnya.
"Lama juga nih mandinya. Dasar perempuan..!" aku menggerutu dalam hati.
Kemudian aku berdiri sebentar, karena pegel juga kalau duduk terus. Akhirnya aku rebahan juga di tempat tidurnya, cape sekali badanku rasanya. Kemudian kulihat Dewi keluar dari kamar mandi. Dia hanya memakai celana pendek dengan t-shirt warna putih. Rambutnya basah, mungkin habis keramas. Kemudian dia duduk di depan meja riasnya sambil mengeringkan rambutnya.

"Muka Kamu kok keliatan cape Rick..?" kata Dewi membuyarkan lamunanku.
"Iya nih Wi.., Aku cape banget hari ini, mana kerjaan masih banyak." ketusku.
"Ya udah, istirahat aja dulu. Santai aja.., Aku pijitin, mau nggak..?" kata Dewi sambil melangkah ke arahku.
"Bener nih, mau mijitin..?" kataku setengah tidak percaya.
"Masa Aku boong Rick. Ya udah.., Kamu tengkurap aja.. Terus buka dulu kemeja Kamu dengan kaosdalamnya." katanya.
Bagai kerbau dicocok hidung, aku menurut saja, terus kutelungkup, lalu Dewi mulai memijitiku, mulai dari pundak terus ke punggung. Pijatannya lembut sekali, rasa lelah dan kantukku mulai hilang, malah yang ada sekarang darahku justru mengalir begitu cepat. Batang kemaluankuperlahan-lahan mulai tegang, aku jadi salah tingkah. Sepertinya Dewi melihat perubahan sikapku.

"Rick..! Balikin badan Kamu.., biar Aku pijit juga bagian depannya." katanya lembut.
Aku agak ragu juga, pasalnya aku takut kemaluanku yang sudah tegang takut kelihatan, ditambah nafasku yang sudah tidak beraturan. Tetapi akhirnya kubalikkan juga badanku. Kemudian Dewi menduduki badanku. Kaget juga aku melihat dia, karena posisi dia sekarang menduduki badanku, pantatnya tepat di atas kemaluanku. Aku pura-pura meram saja, sambil kadang-kadang memicingkan mataku, jadi salah tingkah aku pada waktu itu.

Seksi juga ni orang, atau karena pikiranku yang sudah dirasuki nafsu birahi, batinku berkecamuk. Aku mulai berpikir, apa yang harus kulakukan. Tangan Dewi dengan begiru halusnya mengusap-ngusap dadaku yang kadang-kadang dia cubit puting susuku, aku malah menggelinjang kegelian, pikiranku sudah gelap oleh nafsu. Dengan agak ragu kupegang kedua telapak tangannya yang sedang memijat dadaku.
"Kenapa Rick..?" tanya Dewi sambil tersenyum.
Aku tidak menjawab pertanyaannya, kemudian kucium telapak tangannya, lalu kutarik tangannya yang mana otomatis badannya mengikuti, sehingga badannya jadi agak terdorong ke depan.

Wajahku dengan wajahnya dekat sekali, sampai nafasnya menerpa wajahku. Lalu kupegang kedua pipinya, dengan perlahan kudekatkan wajahnya ke wajahku, lalu kucium bibirnya dengan lembut. Kemudian kujulurkan lidahku menelusuri rongga mulutnya. Dewi agak melenguh, lalu Dewi mulai membalas ciumanku, lama-lama ciuman kami makin lama makin buas saja, nafas kami sudah tidakberaturan. Sambil tetapi berciuman, tanganku turun ke bawah, lalu kumasukkan ke bagian belakangkaosnya, lalu kutarik kaosnya ke atas. Dewi mengerti akan hal ini, kemudian dia tegakkan badannya, lalu dia buka sendiri t-shirtnya, lalu dengan sambil tersenyum dia buka sendiri BH-nya.

Setelah terbuka, yang kusaksikan adalah sepasang dua bukit yang kembar, walaupun tidak terlalu besar tetapi kencang sekali, dengan putting yang sangat menantang. Dengan posisi Dewi masih di atas perutku, aku segera bangkit. Kulumat putingnya silih berganti, Dewi melenguh tanda menikmatinya.
"Ooohhh Erick.., sshhh..," desahnya sambil mendongakkan kepalanya ke belakang, dengan tangan melingkar di leherku.
Aku semakin bernafsu, lalu kurebahkan badannya, kemudian kulumat bibirnya, lalu kulumat telingakirinyan. Kemudian aku turun menelusuri lehernya, kulumat putting susunya yang tampak menawan, kadang aku meremas kedua bukit yang indah itu. Puas dengan itu lumatanku mulai turun ke bawah, aku jilat pusarnya, kedua tanganku mulai turun ke pangkal pahanya.

Dengan posisi masih menjilati pusarnya, tanganku membuka celana pendeknya, lalu kuturunkan ke bawah. Secara naluriah dia ikut membantu menurunkan pula, maka tingal celana dalamnya yang berwarna putih bersih yang masih menghinggapi tubuhnya. Lalu kucium kemaluannya yang masih ditutupi CD-nya, dia melenguh hebat, kemudian kubuka CD-nya. Aku beralih menjilati bibir kemaluannya. Dengan bantuan kedua jariku, kusibakkan bibir kemaluannya itu, maka tampak bagian dalam yang berwarna merah muda, dengan dihiasi klit-nya yang sudah membengkak.

Mungkin ini untuk yang kedua kalinya aku menjilati kemaluan perempuan. Ini yang kusuka dari kemaluan Dewi, tidak berbau, mungkin tadi dia waktu mandi membersihkannnya dengan sabun khusus.Lalu kujulurkan lidahku ke bagian klit-nya, kugoyang-goyangkan lidahku.
"Aaahhh.., Rickkk.., enak sekali Saayaang..!" jeritnya sambil kedua tangannya menjambak rambutku.
Pedas juga rambutku. Aku masih saja asyik memainkan lidahku. Kadang sekali-sekali kugigit bibir kemaluannya. Tidak berapa lama, tubuh Dewi mengejang, kepalaku makin ditekan oleh tangannya ke dalam kemaluannya.
"Eeerriiccckkk.., aakkhhh.., nikmat sekali Sayang..!" katanya sambil memejamkan matanya, tandamerasakan kenikmatan yang tiada taranya.

Aku masih saja asyik melumat habis kemaluannya yang merah merekah.
"Udahhh Rick.., udah dulu Sayang..!" katanya sambil menarik kepalaku ke atas, kemudian dia cium bibirku dengan ganas sekali.
Lalu tubuhku dia balikkan, dia berada di atasku sekarang. Dia condongkan badannya, kemudian dia mencium kembali bibirku, lalu mencium leherku. Dia tegakkan badannya, dan dia geser sedikitke bawah. Sambil tersenyum dia lalu membuka celana panjangku, kemudian dia buka celana dalamku, maka mencuatlah adikku yang dari tadi sudah tegak bagai tugu monas. Dengan lembut dia mengusap batang kemaluanku, jempolnya mengusap kepala kemaluanku.

"Aaakkhhh..," aku hanya bisa mendesah kenikmatan.
Perlahan dia tundukkan kepalanya, lalu mulai menjilati kepala kemaluanku, kemudian dia masukkan batang kejantananku ke mulutnya. Dia hisap dengan lembut. Aku hanya bisa merasakan kenikmatan yang diberikan oleh permainan mulut Dewi.
"Aakkhhh Wi.., terus Wi..! Enak sekali Sayang..!" erangku.
Mungkin karena dari tadi aku sudah menahan nafsuku, akhirnya aku tidak kuat juga menahannya.
"Wi.., Aku mo keluar Wie..," erangku.
Dewi cuek saja, dia malah mempercepat frekwensi hisapannya ke batang kemaluanku, yangpada akhirnya, "Aaakkhhh..," bersamaan dengan itu menyeburlah cairan spermaku ke mulutnya.

Keliatannya Dewi agak kaget juga, tetapi dia lalu menelan semua spermaku sampai habis. Aku hanya mengerang kenikmatan. Setelah cairanku habis ditelannya, kemudian Dewi lepaskan batang kejantananku dari mulutnya, dia tersenyum melihat senjataku masih berdiri, walaupun sudah mengeluarkan laharnya. Dengan tersenyum menahan birahi, dia mendekati wajahku. lalu mencium bibirku. Dengan posisi masih di atas, tangannya kemudian memegang batang kemaluanku, lalu dibimbingnya ke lubang senggamanya. Dengan sekali sentakan, batangku sudah masuk seluruhnya.

"Uuuhhh.., sshhhh..!" Dewi melenguh kenikmatan sambil memejamkan matanya, rambutnya tergerai, kepalanya diangkat mendongkak ke belakang. Diangkatnya pantatnya perlahan, lalu diturunkannya perlahan. Aku membantunya dengan batang kemaluanku. Makin lama gerakan Dewi semakin cepat, aku juga semakin keras menekan batang kemaluanku, tangaku menelusuri tubuhnya yang sudah penuh dengan keringat. Kadang kuremas kedua bukit kembarnya, sekali-kali aku pelintir kedua puttingnya. Dewi terus saja menggelinjangkan tubuhnya, kulihat Dewi meram melek juga dalam malakukan gerakannya itu.

"Ooohhh.., Eerricckk..! Enak sekali Rick.., ssshhh..," Dewi mendesis seperti ular.
"Kamu cantik sekali Wi.., Aku sayang Kamu..!" kataku sambil menarik kepalanya untuk mendekati wajahku.
Lalu kucium bibirnya. Akibat gerakan-gerakan yang dilakukan Dewi, akhirnya aku tidak kuat juga.
"Aaahhh.., Wi, Aku hampir keluar Sayangg..!" kataku.
"Ssshhh.., aahh.., Aaaakuu juga Rick.., bentar lagi.., aakhh.. terus Sayanng.., terusss..!" ucap Dewi sambil terbata bata menahan nafsu.

Makin kupercepat tempo gerakanku, yang pada akhirnya aku sudah tidak kuat lagi. Kurangkul tubuhnya erat-erat, tampaknya Dewi juga sudah pada klimaksnya, yang akhirnya.
"Aaahhh.., aakkhhh..," kami keluar bersamaan disertai desahan yang panjang.
Kupeluk tubuh Dewi dengan erat, begitu juga dengan Dewi sambil menikmati sensasi-sensai yang tidak bisa dibayangkan. Kemudian dengan posisi aku masih duduk di kasur dan Dewi di atasnya, kami berciuman kembali. Lama sekali sambil mengatakan kata-kata indah.
"Terima kasih Wi.., Aku sayang Kamu..!" kataku sambil mencium keningnya.
"Aku sayang Kamu juga Rick..!" kata Dewi, yang kemudian kami berciuman kembali.
Lalu kurebahkan badanku dengan batang kemaluanku masih menancap di liang senggamanya, akhirnya kami berdua tertidur lelap sekali.

Esok harinya baru kupulang, tapi sebelumnya aku antarkan dulu Dewi ke tempat kerjanya sambil memberikan nomor teleponku. Kalau-kalau dia butuh aku, tinggal menghubungi saja. Sesudah mengantar Dewi, aku langsung pulang, lalu pergi ke kantor yang mana sudah tentu aku pastikesiangan, dan kerjaanku yang belum beres.

Saran dan kritiknya kutunggu lewat e-mail, apalagi kalau yang mau kenalan.

TAMAT

Oleh: budak_baong2002@yahoo.com


Kencan dengan Anak Kost


Kejadian ini terjadi di akhir tahun yang lalu, saat aku dinas audit di kantor bank cabang utama Malang selama 2 minggu. Saat di Malang aku tak bermalam di hotel, tetapi aku tingal di rumah adik laki-lakiku yang juga buka kost sebab bisa dapat penggantian 50 persen dari tarip hotel yang ditentukan. Jadi aku sewa kost 1 bulan di sana. Aku tiba di Malang hari Minggu siang karena melalui Surabaya. Di tempat adikku kamar kostnya ada 8 kamar di bawah dan 4 kamar di atas.

Saat itu kamar bawah terisi penuh mahasisiwi, sedang kamar atas hanya 2 orang lalu saya jadi masih satu kamar kosong. Yang di atas seorang karyawan bank dan seorang bekerja di karaoke, jadi berangkatnya sore hari dan pulang tengah malam bahkan fajar. Kamar mereka berjejeran dan sebelahnya kamar mandi, aku sendiri mengambil yang depan jadi ada kamar kosong di tengah-tengah. Adikku pertama menawarkan tidur saja di kamar dalam, tapi aku menolak sebab ini dinas jadi dapat biaya aku lebih baik kost saja, apalagi adikku kerjanya sebagai sales tiap Senin sudah keluar kota dan pulangnya hari Jumat malam, jadi aku agak rikuh dengan adik iparku perempuan.

Malam itu yang ada hanya seorang yaitu karyawan bank di bagian atas sedang yang bawah agak ramai sebab hari Minggu. Saat aku membenahi kamar atas, aku sering melihat anak bank itu lewat kamarku untuk turun ke bawah. Anaknya tinggi dan berkulit kuning serta rambut sebahu, payudaranya cukup besar sebab saat di rumah pakai celana pendek dan kaos untuk tidur saja, hingga kalau jalan terlihat payudaranya agak menantang malam itu setelah aku bercakap-cakap dengan adik dan adik iparku lalu aku masuk tidur. Sebelum tidur aku berpikir adik iparku itu orangnya baik sebab walapun dia sarjana, ia pilih kerja buka toko eceran di rumah walaupun wajah dan bodinya pun hebat tidak beda jauh dengan istriku. Alasannya sambil mengawasi anaknya yang masih kecil umur 2 tahun dan rumah kost.

Pagi hari setelah mandi dan siap-siap mengatur yang penting ke kantor, aku dikagetkan dengan kata-kata salam,
"Selamat pagi Oom!"
"Iya", sahutku.
"Mari duluan", katanya lagi dan
"silakan", jawabku lagi.

Ternyata yang memberi salam itu adalah anak bank itu, tetapi kok tak pakai pakaian seragam. Lalu aku turun pula pinjam telepon adikku supaya aku dijemput di rumah adikku. Memang kalau pagi aku dijemput sebab antar jemput sedang kalau sore harus pulang sendiri sebab sering pulang lambat. Sementara adikku sudah harus berangkat keluar kota, aku ditemani oleh adik ipar. Ia bilang padaku,

"Mestinya Enci ikut ke sini sebab Koko kan dinasnya lama di sini, bisa-bisa nanti kesepian", sambil tertawa manis.
"aach Eva kok macam-macam, Enci kan kerja kantor, susah dong untuk ikut", sahutku.
"Paling-paling kalau kesepian ya ngomong sama Eva saja kan boleh", tanyaku.
"Pasti boleh dong, jadi nanti malam kalau Koko mau nonton TV masuk ke sini saja sambil ngobrol-ngobrol", ajaknya Eva.
"Baik, Eva nanti kalau Koko kesepian, Koko cari hiburan nonton TV sama Eva." jawabku.
Sebentar mobil jemputanku datang dan pamit ke kantor dulu. Memang antara Eva (istri adik) dengan istriku sendiri boleh dikatakan sama sifatnya yaitu suka bergaul dan banyak ngomong serta agak manja kalau ngomong sehingga banyak orang gampang tertarik.

Hari pertama kerja, aku pulang hingga pukul 7 malam. Setelah beritirahat sebentar aku lalu mandi, begitu selesai dan keluar kamar mandi anak bank itu keluar kamar dan menyapa,
"Selamat malam Oom, baru palang ya?"
"Betul sekali", jawabku.
Anak bank itu ganti mau masuk kamar mandi dan aku langsung masuk kamar untuk istirahat terus tidur. Besok harinya, sapaan manis itu kuterima lagi dan kali ini kulihat wajahnya, ternyata wajahnya manis dengan senyumnya tapi tatapan matanya tajam penuh arti. Hatiku jadi agak bergetar, padahal dengan Eva walaupun ngobrol-ngobrol tapi biasa saja sebab walaupun matanya kocak tapi pandangannya biasa saja. Begitu malam kupulang saat aku sedang rebahan di ranjang, anak bank itu juga lewat kamarku dan menyapa,
"Selamat malam Oom, sudah makan ya?"
"Sudah", sahutku.

"Mari saya turun dulu mau makan", katanya.
"silakan", sahutku.
Kucoba lihat dari atas ternyata ia masak Indomie untuk makan malam. Kucoba rebahan lagi sambil baca koran, selang beberapa saat kudengar ia menyapa lagi,
"Masih belum tidur Oom?"
"Belum", sahutku dan sambil bangun, ia sendiri sempat berhenti depan pintu kamarku sambil matanya menatap penuh arti dan ketika kucoba keluar kamar ternyata anak-anak kost yang di bawah masih ramai mengobrol di teras kamar, jadi ia pamit,
"Mari saya istrirahat dulu Oom."
"silakan", sahutku.

Memang pagar teras kamar atas itu dari besi hingga anak-anak di bawah bisa lihat ke atas. Esok paginya seperti biasa ia menyapa saat mau berangkat ke kantor, malam harinya ketika aku mau tidur terasa agak lapar padahal baru jam 9 malam, lalu aku keluar kamar dan ke depan rumah untuk lihat apakah yang jual pisang goreng depan rumah masih ada karena akan beli untuk pengisi perut. Aku beli 5 biji, sebelum aku masuk halaman lagi kucoba lihat- lihat lalu lintas sebentar, tiba-tiba anak bank itu juga keluar hanya pakai celana pendek dan kaos tidur saja. Aku sapa,

"Mau kemana dik malam-malam?"
"Mau beli pisang untuk sarapan besok pagi, sebab tadi lupa beli roti", sahutnya.
"Ini Oom sudah beli, kita bagi saja", kataku.
"Jangan Oom, nanti Oom kurang", katanya.
"Nggak apa-apa, Oom kan sendiri ini kan lebih dari cukup sebab ada 5 biji besar-besar lagi", kataku.

"Bolehlah, saya cukup 1-2 saja", katanya lagi.
"Ngomong-ngomong kita belum pernah kenalan ya", kataku sambil aku menjabat tangannya.
"Winarti nama saya dan Oom siapa?" katanya.
"Saya Ima..."sahutku.
"Winarti buru-buru mau tidur?" tanyaku.
"Nggak Oom, belum ngantuk."

"Kalau gitu kita ngobrol sebentar sambil duduk di teras depan ini, mau?" tanyaku.
Ia menganggukkan kepala, lalu kita duduk di kursi teras depan yang memang disediakan untuk tamu-tamu anak kost.
"Apa betul Oom masih kakaknya tante kost?" tanyanya lagi.
"Betul, kok Win tahu?"
"Iya dari, ibu pembantu yang bilang tadi pagi", sahutnya.
"Wah Win tanya apa lagi dari ibu pembantu?" kataku.
"Nggak, cuma ibu pembantu bilang Oom di sini sekitar 2-3 minggu untuk tugas di Bank BCA." sahutnya.

Lalu kita saling bercerita dan ternyata Win itu adalah anak bungsu dari tiga saudara anak dari almarhum pensiunan militer (Sersan Mayor) asli Blitar, sedang ibunya pensiuan guru SD sekarang memberi les privat pada anak-anak SD. Sedang kakaknya nomor 1 sudah menikah dengan guru SMA di Banyuwangi dan kakaknya nomor 2 masih kuliah di Surabaya. Karena biaya tak mencukupi dalam masa krisis moneter ini maka ia pilih bekerja setelah lulus SMA tahun ini. Jadi Win baru bekerja di bank baru empat bulan maka dari itu belum dapat pakaian seragam.

Baru ngobrol kira-kira 1/2 jam, tiba-tiba 3 orang anak kost datang bersama pacar-pacarnya mungkin hingga suasana jadi ramai di teras itu. Lalu kita masuk dan naik ke kamar sampai depan kamarku, aku pamit masuk dulu dan Win menggangguk dengan pandangan mata yang penuh arti dan bernada sayu. Pagi harinya aku bangun agak terlambat hingga aku mandi juga terlambat. Saat aku keluar dari kamar mandi, Win sudah menunggu dekat pintu kamarnya dan berkata,
"Oom, Win berangkat dulu ya, nanti malam usahakan bisa ngobrol-ngobrol lagi ya?"
"Oke" sahutku.

Sore harinya aku pulang sekitar pukul 6 dengan naik taxi, kucoba perhatikan bank tempat Winarti bekerja sebab banknya itu ternyata tiap hari kulewati dan memang tak jauh dari bank tempatku. Saat dekat dengan banknya, kucoba perhatikan, eeehh ternyata Winarti masih ada di jalan depan bank untuk cari angkutan umum. Langsung kuperintahkan sopir untuk berhenti dekat Winarti. Melihat ada taxi mendekat, Win malah jalan menjauh sebab mungkin pikirnya ia tak menyetop taxi. Baru setelah kuturun dan memanggilnya ia lari-lari mendekat dan segera kupersilakan Win untuk masuk taxi. Ternyata ia pulang terlambat karena ada jumlah yang belum cocok, hingga sebagai teller harus dicari dulu kesalahannya. Karena hari sudah agak gelap, Win saya ajak makan malam sekalian sebelum pulang kost ternyata ia mau.

"Enaknya makan dimana ya?" tanyaku.
"Dekat rumah kost saja ada warung bakso yang nikmat", sahutnya.
Ternyata betul kurang lebih 10 rumah sebelum kost ada jual bakso mie. Setelah turun dari taxi, lalu kita masuk dan duduk di meja yang kecil untuk berdua saja.
"Mau makan apa Oom?" tanya Win.
"Oom sih terserah sama Win saja, pokoknya hanya ikut makan." jawabku.
"Oke, dan minumnya Oom mau apa?"
"Terserah sama Win juga", sahutku.
Win kemudian memanggil pelayan dan pesan Mie Bakso 2 mangkok, lalu Coca Cola 2 botol. Kita ngobrol-ngobrol sampai akhirnya menyerempet itu-itu juga.

"Oom ke sini sendirian selama 2 minggu apa tidak stress?" tanya Win.
"Habis mau kemana sebab nggak ada teman di sini", sahutku.
"Kenapa sih Oom cari teman, apakah Win bukan teman Oom?" kata Win.
"Betul Win, maksud Oom teman untuk santai."
"Oom jangan pikir yang jauh-jauh, Win siap menemani Oom kapan saja Oom membutukan", katanya.
"Huuussss, jangan ngomong begitu Oom kan sudah berkeluarga sedang Win kan masih gadis", kataku.
Win terdiam sejenak dan tiba-tiba matanya berkaca-kaca sambil menggelengkan kepala. Aku jadi terenyuh seketika segera kugenggam telapak tangannya erat-erat sambil berkata,
"Maksud Win bagaimana?"

Lalu berceritalah Win, kalau ia sudah diperawani oleh pacarnya saat awal di kelas 3 SMU dan dilanjutkan berhubungan intim terus sampai beberapa kali, hingga akhirnya Win terlambat bulan alias hamil. Begitu diberitahu kalau ia hamil, pacarnya mulai menjauhi bahkan tak mau bertanggung jawab. Karenanya sampai bulan ke-3 maka dengan terpaksa digugurkan dengan pertolongan bidan. Ini dilakukan karena pihak keluarga belum tahu semua persoalannya. Untung saat itu ia punya tabungan sebesar 300.000 Rupiah untuk biaya. Walaupun makan sudah di antar kami berdua belum makan, karena suasana masih syahdu.

Lalu kedua tangannya kugenggam erat-erat dengan penuh perasaan sambil menatap wajahnya. Win pun menatap mataku, pandangannya memelas sekali. Dan dari sejak itu, ia tak menyukai lagi berpacaran dengan laki-laki yang sebaya, ia lebih merasa aman berpacaran dengan laki-laki setengah umur kira-kira 35-40 th karena dianggap lebih bertanggung jawab dan mapan tidak hanya suka hura-hura saja. Setelah beberapa saat Win kuusap air matanya dengan sapu tanganku dan tangan kemudian dipegang erat-erat.

"Win, ayo makan nanti dingin nggak enak lho, sambil kita ngomong" kataku.
Ia menggangguk dan mulai makan sambil berkata,
"Oom, wajah Oom sangat berkesan di hatiku sebab wajah Oom dan penampilannya adalah seperti laki-laki yang kuidam-idamkan, itulah sebabnya pertama kali aku ketemu pandang dengan Oom langsung terkesima hatiku."
"aacch jangan muluk-muluk kalau memuji, wajah tua seperti Oom ini sudah nggak laku sekarang."

"Benar Oom, Win bukan memuji tapi dengan tulus hati, maka dari itu Wim ingin sekali berada dalam pelukan Oom."
"Jangan kamu mengharapkan Oom, sebab sudah tak mungkin lagi Win", sahutku.
"Win sadar akan hal itu, tapi hanya untuk selama Oom tinggal di sini saja, Win benar-benar butuh kasih sayang dari laki-laki yang sebaya dan seperti Oom."
"Win benar-benar butuh sesuatu dari Oom."
"Jangan Win kalau nanti hamil lagi bagaimana?" tanyaku.
"Oom, Win baru saja bersih dari mens hari Minggu kemarin saat Oom datang, ini benar-benar Oom, Win sumpah, Win tak akan menjebak Oom sebab tahu Oom itu orang baik", katanya.

Ujung cerita, kita berjanji nanti malam ketemu di kamarnya, kalau semua anak kost bawah sudah masuk kamar. Dan supaya tak ketahuan, setelah makan ini Win dulu yang jalan pulang baru aku menyusul kemudian.
"Hati-hati di jalan ya!" seruku.
"Iya Oom, sampai nanti malam", sahutnya.
Kemudian aku menyusul jalan di belakangnya, sampai kost aku berhenti sebentar beli pisang goreng dan kemudian aku naik ke kamar. Aku lihat Win sedang masuk ke kamar mandi.

Setelah ia selesai mandi, aku segera ke kamar mandi juga. Ketika aku selesai mandi dan ke kamar, kulihat suasana kost di bawah sepi. Cepat-cepat kuletakkan handukku dan pakaian kotorku di tempatnya kemudian dandan sedikit dan dengan hanya mengenakan kaos tidur dan celana pendekku ke kamar Win yang pintunya memang tak dikunci. Saat aku masuk ia sedang tiduran, ketika melihatku masuk ia tersenyum dan duduk di pinggir ranjang serta menyapa,
"Mari duduk sini Oom."
Setelah pintunya kututup dan kukunci aku duduk sebelah Win. Kuelus-elus pahanya yang putih bersih itu. Ia kemudian memegang tanganku erat-erat dan menyandarkan kepalanya ke bahuku. Kupegang kepalanya dan kubisiki, "Win sayang, Oom bahagia juga di sebelahmu", sambil kupeluk dia dan Win juga segera merangkul leherku. Aku mulai menciumi keningnya, hidungnya kugesek-gesek dengan hidungku lalu pipinya kuciumi juga lehernya dan ia kupeluk semakin kuat hingga terasa payudaranya hangat di dadaku.

Kukecup bibirnya dan kupermainkan bibirnya dengan lidahku. Rupanya ia masih hijau, jadi lidahnya tak dijulurkan untuk kukecup juga. Rambutnya yang masih agak basah kubelai-belai juga. Win semakin terangsang dan merasakan sesuatu yang baru kelihatannya. Kulanjutkan dengan membuka kaosnya yang dibantu tangan Win sekalian ia melepas BH-nya. Kupeluk lagi dia, payudaranya kuraba dan kuusap pelan-pelan sambil putingnya kupijit sedikit. Win mulai merintih pelan dan terus kulepas juga celana pendeknya dan CD-nya. Rambut kemaluannya yang hitam kilap dan lebat menutupi vaginanya. "Oooohh.... Oom, pakaian Oom buka juga ya?" pintanya.

Aku segera membuka pakaianku sampai telanjang seperti Win. Kemudian Win kurebahkan di kasur dan aku mulai beroperasi lagi dari atas kening dengan kecupan-kecupan mesra. Kucium dan kukecupi terus sampai ke leher dan tanganku juga beroperasi dengan meraba-raba dan mengusap-usap dengan penuh kemesraan bagian payudaranya. Setelah 2 bukit payudaranya kuciumi dan kukecupi termasuk putingnya kugigit dengan bibirku dan tanganku meraba mesra ke bagian perut dan atas rambut kemaluannya. Ciumanku terus menjelajahi seluruh bagian dada kemudian perut dan bawah perut. Rambut kemaluannya yang lebat kutarik-tarik pelan dengan gigitan bibirku juga clitorisnya yang sudah terlihat menonjol kujilati dan pahanya di dalam kubelai terus sampai ke lututnya. Bibir vaginanya kulumat semua dengan jilatan kecupan bibirku, hingga Winarti menggeliat-geliat terus tanpa henti.

Ciuman terus turun ke pahanya kiri dan kanan dan ke lutut, betis dan tangkai tumitnya kugigit pelan-pelan dengan dibarengi dengan usapan pada telapak kakinya. Win jadi geli dan nafsu. Paling akhir adalah telapak kakinya kuciumi dan 10 jari-jari kakinya kuhisap semua dengan rabaan pada pahanya. Win tampak mulai nggak tahan. Ia sendiri langsung meremas-remas payudaranya sendiri. Aku kembali ke atas dengan menindihnya dan mendekatkan penisku ke tangannya, rupanya Win tahu maksudku lalu segera dipegang dan dikocoknya senjataku.

Win kubisiki, "Win sayang, penis Oom sudah tegang di tanganmu, kakimu buka lebar-lebar ya sayang supaya penis Oom bisa masuk." Win membuka kakinya lebar-lebar dan kemudian kuraba lubang vaginanya kemudian penisku kepalanya kupegang dan kumulai tekan pelan- pelan tapi pasti sedekit demi sedikit agar masuk. Terus kutekan pelan-pelan penisku ke dalam vaginanya dan akhirnya bleeessss.... masuk juga kepalanya.
"Oomm.. aduuuhh, waah besar sekali lho penismu."
"Sakit Win?" tanyaku.
"Nggaak kok... aduh enaak Oom", sahutnya.
Terus kutekan penisku pelan-pelan sehingga seluruh batangnya ambles ke dalam vaginanya.

Begitu ambles semua kubiarkan beberapa penisku di dalamnya, sambil terus kubelai rambutnya dan payudaranya kuusap-usap dengan remasan-remasan mesra. Win coba menggoyangkan pantatnya, lalu kutarik keluar penisku pelan-pelan terus gerakan ini kulakukan berulang-ulang hanya kecepatannya yang berubah-ubah dari pelan-pelan kemudian bertambah sedikit-sedikit jadi cepat begitu nafasnya Win mulai memburu kuperlahankan lagi hingga Win agak tenang lagi kemudian kupercepat lagi hingga nafsunya memuncak lagi. Akhirnya Win meminta,
"Om, Win sudah nggak tahan lagi kepingin orgasme."
"Iya sayang, Oom akan temani Win sampai puncak sama-sama", sahutku.

Lalu kucepatkan gerakan naik turunnya dan aku sendiri segera konsentrasikan pikiranku ke tubuhnya yang indah dan masih kencang itu supaya cepat naik nafsunya.

Aku juga lihat Win sudah ada tanda-tanda akan sampai puncak, karena ia terus menggenggam kain sprei lalu mencengkram punggungku kuat-kuat lalu pundakku digigitnya sambil mengaduh, "Seessstt, aduuuhh... aauuuhh... aku klimaks Oom." Saat itu juga terasa ada semprotan mani pada penisku, otomatis aku tak tahan juga dan kutekan dalam-dalam penisku dan creeetttt... creeettt, maniku nyemprot ke vaginanya. "aaccchh... uuuhh, Oom klimaks juga", katanya dan langsung aku dipeluk semakin erat dan kakinya pun didekapkan ke kakiku, hingga aku tak bisa turun dari tubuhnya. Kubelai-belai sayang lagi kening dan rambutnya dan kuciumi terus pipinya, "Oom jangan dicabut dulu yaa... biar badan Win tetap hangat", pintanya.

Setelah beberapa menit nafas kita berdua mulai tenang, aku berkata,
"Win apakah nggak mau cuci dulu?"
"Win nggak cuci, punya Oom saja Win bersihkan ya?"
Lalu aku rebah di sebelahnya dan Win bangun mengambil kertas tissu dan dibasahi dengan aqua kemudian penisku dilapnya dengan hati-hati sekali. Setelah itu bibir vaginanya yang basah dilap juga lalu ia ke lemari untuk mengambil selimut dan kemudian tidur lagi di sebelahku dan tubuh kita berdua diselimutinya. Kupeluk Win, sambil kubisiki,
"Win apa nanti maninya nggak tumpah keluar?"

"Biar saja Oom, nantikan keluar sendiri tapi agak lama biasanya sampai 4-5 jam lagi."
"Win capai ya..?"
"Nggak terlalu juga, Oom puas dengan pelayan Win? maaf ya Oom Win masih hijau dalam bermain seks."
"Oooh Oom puas sekali semuanya jadi lega."
"Sungguh Oom?"
"Betul Win!" sahutku lagi sambil kupeluk dia erat-erat dengan penuh perasaan kasih sayang.
"Oom, Win sangat bahagia malam ini, Win bukan saja dapat kenikmatan seks dari Oom, tapi lebih dari itu Win sangat merasakan kasih sayang dari Oom."
"Dalam bermain seks Oom beda jauh dengan pacarku dulu, Oom sangat matang tekniknya juga hebat bisa terus membimbing Win sampai ke puncaknya, jadi bukan sekedar beda besar penisnya saja."

Sebab punya pacar saya dulu kecil lagi hitam, sedang Oom punya besar dan bersih dan kuning langsat."
"Malam ini Oom tak boleh meninggalkan Win, Win ingin tidur dalam pelukan Oom, Win ingin bahagia malam ini." Aku bilang,
"Kalau Oom tidur di sini bisa ketahuan orang nanti Win." Ia menjawab,
"Anak-anak kost di sini bangunnya paling pagi jam 6, hanya ibu pembantu yang jam 5, jadi besok sebelum pukul 5 nanti Win bangunkan Oom. Pokoknya malam ini Oom harus dengan Win."
Ia kemudian mengusap dahiku yang berkeringat, saat mengusap tangannya kupegang dan kucium telapaknya dengan penuh arti dan Win pun merasakan hal ini dia memejamkan matanya dan air matanya menetes keluar.

"Win, jangan sedih Oom kan menunggumu malam ini."
"Iya Oom" jawabnya. Setelah beberapa saat ia berkata,
"Oom, Win yakin dan tahu pasti kalau sebetulnya dalam hati Oom sayang sama Win. Benar ya?"
"Kok Win bisa bilang begitu?" kataku.
"Oom tak bisa dusta pada Win, dari pancaran mata Oom terlihat jelas sekali dan Win benar- benar merasakan kasih sayang Oom itu." Lalu tambahnya,
"Saat Oom meniduri Win, Win tahu dari mata maupun tingkah Oom, Oom bukan semata-mata melampiaskan nafsu seks saja, tetapi Oom meniduri Win dengan penuh kasih sayang dan penuh kemesraan, hingga benar-benar Win merasa bahagia. Tidak meleset pandangan pertama Win terhadap Oom, memang Oom benar-benar adalah type laki-laki yang jadi dambaan Win. Sayang ketemunya sudah terlambat."

"Win, kira-kira begitulah yang ada dalam hatiku" sahutku mesra sambil kubelai-belai punggungnya. Win berpesan kepadaku,
"Kalau Oom mau lagi setiap saat Win akan melayani jadi Oom jangan takut untuk membangunkan Win."
Sambil ngobrol-ngobrol kita akhirnya tertidur. Pagi hari seperti biasa jam 4 aku sudah bangun, ternyata pagi itu penisku ikut bangun juga apalagi dekat cewek. Kucoba raba-raba dan remas pelan-pelan buah dadanya sambil keningnya kuciumi agar Win bangun.

Ternyata benar Win terbangun, jadi aku langsung singkirkan selimutnya dan mulai kupermainkan dengan mesra payudaranya sebentar saja nafsu seks-nya sudah bergairah tangannya lalu memijit penisku. Saat kulihat vaginanya ternyata maniku sudah tumpah keluar selain meleleh di pahanya juga jatuh di sprei jadi flek karena sudah agak mengering. Kubisiki Win, "Win, kamu mau main di atas?" Ia mengangguk dan segera bangun sedang aku tidur lalu ia jongkok hingga lubang kewanitaannya tepat berada diatas penisku. Kubantu memasukkan kepala penisku ke lubangnya dan Win menekan ke bawah pantatnya dan bleeess langsung masuk penisku. Win terus menggoyangkan naik turun pantatnya tapi belum bisa gerakan memutar karena memang belum banyak pengalaman.

Sampai lebih dari 15 menit kita berdua belum klimaks, karena kulihat Win berkeringat, aku minta ganti dia yang tidur dan aku yang di atas. Operasi seperti pada malam hari kuulangi lagi yaitu dengan ciuman dan kecupan yang mesra, lalu raba-rabaan dan remasan dengan penuh kasih sayang serta gerakan-gerakan penis yang berirama cepat lambat bergantian kulakukan dengan santunnya. Begitu tangannya sudah mulai mencengkeram punggungku lagi dan mulutnya kembali menggigit leherku kudapat pastikan Win akan klimaks, segera aku konsentrasi juga pada Win yang manis agar maniku juga segera keluar. Rintihannya terulang lagi saat penisku menyemprotkan mani ke vaginanya dan sesaat lagi aku juga merasakan siraman maninya di penisku.

Karena jam sudah pukul 4.30 maka kuminta keluar kamar. "Sebentar Oom!" katanya. Ia lalu bangun mengambil tissu untuk membersihkan penisku yang berlumuran dengan maninya dia.
"Waah spreimu flek Win", kataku.
"Ngak apa-apa Oom, aku malah senang", katanya sambil mencium sprei yang flek.
Aku segera masuk ke kamar dan tidur lagi, hingga bangun agak kesiangan. Saat kubangun malah Win sudah berangkat ke bank. Siang hari itu aku mendapat telepon dari seorang teman, kata operator, setelah telepon kuterima ternyata dari seberang ada suara yang menyapa dari seorang wanita yang ternyata baru kutiduri semalam yaitu Win.

"Hallo Win", jawabku.
"Darimana kamu tahu teleponku."
"Win tanya pada operator di bank sini", sahutnya.
"Om, nanti siang mau menemani Win makan siang?"
"Boleh saja, Win, mau makan dimana?" jawabku.
"Ach, makan yang dekat-dekat sini saja ya, nanti Oom tak usah naik taxi bisa naik becak saja sebab ke tempat hanya dekat", jelasnya.
"Oke Win nanti jam 12 Oom jemput Win."

"Trims ya, jam 12 Win akan tunggu Oom di luar" jawabnya dengan suara manja.
Ketika jam menunjukkan pukul 11.50 aku cepat-cepat pamit untuk keluar makan, aku segera cari becak untuk menuju ke banknya Winarti. Kira-kira pas 10 menit perjalanan becak sampailah aku di banknya Winarti. Baru saja aku bayar becak, kulihat Winarti sudah berlari- lari kecil menghampiriku. Saat sampai Win langsung merangkul pinggangku sambil badannya bersandar ke badanku dan mengajak berjalan menuju ke rumah makan.
"Makan di rumah makan ujung jalan itu saja ya Oom", katanya.
"Oke."
Win berjalan sambil merangkul pinggangku terus dengan senyum-senyum kecil. Dia tampak ceria sekali dan gayanya yang manja padaku.
"Kenapa Win kamu kok tampil beda sekali?" tanyaku.
"Kan Win lagi bahagia, sekarang jadi istrinya Oom? walaupun istri sementara saja" sahutnya.
Sampai di rumah makan Win memilih meja yang kecil letaknya di ujung, lalu mulai melihat menu masakan.
"Oom mau apa?" tanyanya.
"Oom terserah sama Win saja, kan suami tergantung dengan istrinya?" jawabku.
Dia mencubit tanganku dan bilang,
"Oom, jangan gitu ach, Win jadi pingin jadi istri Oom beneran lho."
"Oom mau nggak makannya bagi-bagi dengan Win?"

Aku manggut-manggut saja. Win kemudian pilih nasi gudeg dan nasi pecel telur serta Coca Cola dan es campur.
"Oom nanti malam harus menemani Win lagi ya?" pintanya.
"Win kau capai nanti tiap malam main terus", sahutku.
"Apakah Win minta main, Win minta Oom menemani Win tidur, soal Oom nanti mau main berapa kali Win selalu siap melayani, tapi bila Oom capai nanti Win yang mijit", sahutnya.

Aku jadi kalah ngomong dan aku setuju saja akhirnya. Setelah makanan keluar, kita mulai makan aku diberi nasi gudeg dengan es campur dulu dan Win nasi pecel dan Coca Cola.
"Nanti bila sudah habis setengah kita ganti piring dan minumnya", kata Win. Sambil makan dia berkata,
"Hari Sabtu dan Minggu, Oom kan libur nanti pergi dengan santai di Batu ya Oom? Sebab di kost kalau Sabtu dan Minggu anak-anak kost banyak di rumah jadi kita sulit untuk bermesraan."
"Nanti aku pamit pulang ke Blitar sama tante kost dan Oom bilang diajak temannya ke Batu" katanya Win padaku.

Padahal sebenarnya aku hari Minggu akan diajak ke Surabaya, karena ada famili dari Eva yang menikah, jadi sekeluarga akan ke Surabaya. Kupikir dari ke Surabaya lebih baik rekreasi dan santai dengan Win di hawa dingin. Maka kusetujui ajakan dan usulannya. Selama makan tangan kiriku selalu digenggam erat-erat dengan tangan kirinya Win, hingga makannya kami hanya pakai sendok saja. Setelah aku makan separuh, kutunggu Win makan separuh nasinya, lalu piring kita tukar juga minumnya. "Oom, hari-hari ini Win merasa bahagia sekali, Oom juga?" tanyanya.

Kutatap matanya dalam-dalam dan aku bilang, "Perasaan Oom sama dengan perasaanmu." Walaupun makan telah selesai, kita tetap ngobrol dulu tunggu sampai jam 1 siang kita berpegangan tangan dua-duanya.
"Oom nanti pulang pukul berapa? tanya Win.
"Kalau biasa sih pukul 6 sore", sahutku.
"Kenapa Win?"
"Ya kalau bisa aku cuma ingin pulang bareng Oom seperti kemarin", katanya.
"Win apa nggak tunggu lama nanti?" kataku.
Dia menggelengkan kepala. Keluar rumah makan Win tetap berjalan sambil merangkul pinggangku, sampai akhirnya sampai ke banknya dan kuantarkan sampai pintu depan, kemudian kita berpisah.

Aku balik ke kantor dengan becak lagi. Sore hari jam 6 aku pulang, aku naik taxi seperti biasa hanya saat mendekati banknya Win aku minta sopir jalan pelan-pelan, benar juga Win masih menunggu depan bank, begitu melihat ada taxi berhenti langsung dia berlari-lari kecil menghampirinya. Lalu kubuka pintu taxi dan Win ikut naik. Seperti kemarin kita berhenti di warung bakso untuk makan malam bersama-sama sekalian. Setelah makan Win berpesan,
"Begitu Oom habis mandi kalau ada kesempatan Oom supaya langsung masuk kamarnya Win ya."

Lalu Winarti berjalan di muka lebih dulu dan aku menyusul pelan-pelan di belakangnya, sampai di kost aku ketemu Eva yang kebetulan belum tutup, lalu aku ceritakan kalau hari Sabtu akan ke Batu dengan teman-teman kantor, jadi Minggu tak bisa ikut ke Surabaya. Setelah basa-basi sebentar aku pamit untuk naik ke kamar. Sampai depan kamar, pas Win mau mandi dia berjalan menghampiriku dan bilang,
"Nanti malam kalau ke kamar Win supaya Oom membawa baju yang untuk ke Batu, nanti Win bawa dalam satu tas saja", lalu ia pergi mandi dan aku menyiapkan 1 stel pakaian dalam dan 2 T-Shirt saja.

Selesai mandi Win turun dan saat lewat kamarku ia menyapa, "Oom, Win ke bawah sebentar untuk memasak Indomie buat kita kalau lapar lagi nanti malam, sekalian mau pamit kalau besok pulang sama tante kost." Aku manggut-manggut saja dan kemudian pergi mandi, selesai mandi kulihat kamar Win masih terbuka kosong dan di bawah masih ada anak kost yang di luar kamar, sehingga aku masuk kamar untuk istirahat dan baca koran dulu.

Beberapa saat kudengar Win naik tangga, lalu ia berhenti di muka kamarku sambil berkata pelan-pelan, "Oom sudah sepi, ayo cepat." Aku segera membawa baju yang akan kubawa besok dan mengikuti Win masuk ke kamarnya. Ia meletakkan mangkok Indomienya di meja dan segera pintu kamarnya dikunci. "Om besok Win mau pakai kaos ini saja ya", sambil menunjukkan 3 kaos, warna putih dengan motif kembang-kembang kecil, putih polos dengan gambar gesper di dada dan kuning polos. Yang putih dadanya agak terbuka lebar sedang yang kuning di bagian atas dada ada retsluitng kecil. Ia bilang,

"Kalau Win jalan sendiri agak malu pakai kaos ini, Oom."
"Kenapa?" tanyaku.
"Sebab kaos itu ketat sekali, jadi payudara Win kelihatan menonjol sekali, cowok-cowok kalau memandang kurang ajar kok", jelasnya.
"Coba dipakai yang kuning ini Win", pintaku.
Lalu Win melepas kaos tidurnya dan ganti pakai kaos kuning itu.

"Waahh betul-betul kamu kelihatan seksi pakai ini, apalagi retsluiting terbuka lekuk payudaramu jelas terlihat dari luar", kataku.
"Tapi nggak apa, nanti kalau naik angkutan umum Win pakai jaket lagi jadi agak tak mencolok sexynya", jelasku.
Win setuju kemudian dilepas lagi kaos kuningnya. Saat itu langsung kupeluk dan kubisiki,
"Win mau main lagi?"
"Iya Oom, Win sudah kepingin lagi kok."
Lalu kulepas celana pendeknya dan ternyata Win tak pakai CD sebab ia langsung telanjang bulat.
"Win, sambil Oom ajari sedikit ya, supaya besok bisa dipraktekkan di Batu." Win manggut- manggut.

Lalu ia kutarik berdiri menghadap kaca riasnya dan aku berdiri di belakangnya sambil memeluk Win dari belakang dan kuraba-raba dan meremas dengan penuh kemesraan.
"Win kalau kamu kukerjakan begini langsung kamu memegang penisnya Oom untuk Win permainkan sambil kaki Win yang sebelah diangkat lalu berpijak di meja rias, agar kewanitaan Win semakin terbuka dan mudah untuk diusap-usap."

"Iya, Oom", dan langsung kakinya naik kemeja serta tangannya mengocok penisku.
Setelah adegan ini berlangsung hampir 10 menit, Win kuajak tidur dan aku yang di bawah Win di atas. Setelah Win naik dan memasukkan penisku ke vaginanya, kuberi tahu,
"Win, pertama jangan kamu ambleskan semua penis Oom, yang masuk biar 1/3 bagian dulu lalu pantatmu gerakan memutar", sambil aku memegang pinggangnya untuk membantu memutarkan pantatnya. Memang rasanya masih kaku belum luwes cara memutarnya, tapi tak apalah besok mungkin lebih bagus.
"nggak enak ya Oom?" tanya Win.
"Cukup bagus untuk permulaan", kataku.

Kemudian Win mulai ganti goyang naik turun, hingga payudaranya bergoyang agak keras dan segera kutahan dengan kedua tanganku untuk kuusap-usap seraya meremasnya pelan-pelan dan sebentar-sebentar agak keras untuk merangsang nafsunya. Begitu ia mulai gairah kutidurkan dia dan teknik menyetubuhi seperti semalam kuulangi lagi yang membuat maninya Win serta air maniku keluar hampir bersamaan beda hanya sekitar 3 detik saja. Selesai main Win dan aku langsung tiduran sambil ngobrol dan merencanakan kepergiannya besok.
"Jadi besok pagi ketemu di rumah makan siang tadi, nanti Win yang berangkat dulu baru Oom nanti yang nyusul",
"Oke."
"Oya besok kita renang ya nanti Win bawa swim suit", lalu ia membuka lemarinya mencari swim suit. Dalam lemari itu kulihat roknya tak terlalu banyak seperti cewek-cewek bank lainnya, aku jadi iba dibuatnya dan aku ingin menghadiahkannya rok padanya. Setelah ketemu swim suit ditumpuk jadi satu dengan kaosnya, lalu ia naik keranjang tidur di sampingku lagi.

"Win, besok di Batu Oom ajari lagi yaa!"
"Boleh, tehnik apa Oom?"
"Menghisap", kataku.
"Menghisap apa?" tanya Win.
Lalu Win kupeluk erat-erat sambil kucubit perutnya dan kataku,
"Win, kamu jangan pura-pura bloon ya."
"Win betul-betul belum tahu kok."

"Win, sayang, kalau punya Oom belum tegang seperti tadi, kan tangan Win yang Oom minta untuk mempermainkannya. Betul ya?" Ia manggut.
"Jalan lain yang lebih indah adalah dihisap pakai mulut, Win mau dan jijik nggak?"
"Untuk membuat kepuasan Oom, apa saja Win lakukan dan buat Oom tak terasa jijik. Win, ajari gimana caranya Oom!"
"Nanti fajar saja kalau punya Oom bangun, Oom akan ajari sekaligus praktek ya, sayang?" kataku. "Sekarang kita istirahat dulu sambil ngobrol."

Win minta agar aku memeluknya lebih erat lagi dan ngomong, "Dari pembicaran Oom sebenarnya banyak kesamaannya dengan Win, baik mengenai makan, kebiasaan, pandangan hidup, cara berdandan yang sederhana, maka dari itu Oom makin lama semakin sayang pada Win, dan Win sendiri merasakan kasih sayang dari Oom itu."
"Jangan banyak ngelamun Win, ayo tidur dulu."

Lalu tubuhnya kuselimuti dan kudekap erat-erat kepalanya di dadaku. Seperti biasa jam 4 pagi terbangun dan barangku juga sudah bangun, tapi karena Win masih tidur terpaksa kubisiki kata rayuan mesra agar bangun. Memang hanya beberapa saat Win bangun dan kuajak main, karena punyaku sudah tegang sekali aku langsung naik ketubuhnya dan coba kumasukkan ke dalam vaginanya. Win berbisik,

"Katanya Oom mau ngajari hisap?"
"Iya sayang, tapi karena punya Oom sudah tegang banget, Oom masukkan dulu sebab Win kan harus mencapai klimaks juga. Nanti kalau Oom semprotkan dalam mulut langsung, kan Win nggak bisa klimaks", kataku.
Ia menurut dan mulai merintih karena penisku sudah masuk dan sudah bergerak memutar divaginanya sambil kubelai sayang tubuhnya.

Napasnya mulai memburu kuimbangi juga dengan nafasku supaya Win benar-benar terangsang dan gerakannya kupercepat dan benar juga Win mulai mengcengkeram punggungku lagi. "Acch... Win mencapai puncak Oom, nikmat dan bahagia sekali Oom", katanya lirih. Aku tekan terus penisku kevaginanya, begitu Win mulai terasa fit lagi aku turun dari atas tubuhnya dan kuambil tissue untuk membersihkan penisku. "Win, sekarang Oom ajari cara menghisap, tapi posisi di bawah dulu ya!" kataku. Aku duduk di tepi ranjang dan Win kuminta jongkok di hadapan penisku lalu kumulai kursus kilat ini.

"Win, peganglah penis Oom agak bagian bawahnya dan agak ditekan ke bawah supaya kepalanya tampak besar habis itu jilatilah kepalanya memutar terutama bagian tepi kepalanya." Win mulai melakukannya, kira-kira sudah 5 menit kuganti instruksi lagi, "Win sekarang coba lubangnya dibuka-buka dengan ujung lidah kalau bisa gerakan lidahnya yang cepat." Win mempraktekkan juga, tapi masih jauh dari nikmat mungkin benar-benar belum biasa. 5 menit kemudian ganti petunjuk lagi, "Masukkan mulut kepalanya lalu lidahmu gesek- gesekkan dan kemudian sambil dikenyut-kenyut supaya maninya cepat keluar."

"Dan yang paling akhir bila penisnya Oom sudah tegang banget seperti ini, majukan dalam- dalam ke mulutmu lalu kamu keluar masukkan punya Oom ke mulut Win, seperti kalau masuk ke vagina dan sambil dibantu dengan kocok pelan-pelan supaya cepat nyemprot." Memang Win benar-benar belum biasa menghisap, sebab saat menghisap air liur sering menetes keluar. Karena aku hampir klimaks maka kubantu mengocok penisku dan aku bisiki Win, "Win, Oom mau sampai puncak", Dan creeettt... creettt.... creeeettt maniku menyemprot ke dalam mulutnya, Win terdiam sejenak.

Lalu kuminta agar lubangku disedot. Ketika Win menyedot terasa seeeerrrr, sisa mani disaluran penisku keluar ke mulutnya. "Win, maninya Oom banyak ya?" tanyaku. Win hanya membuka mulutnya yang penuh dengan maniku yang kental dan putih. Aku bisiki lagi, "Win, kalau nggak jijik ditelan semua maninya Oom." Win telan juga semua mani yang di mulutnya dan bilang, "Aku suka maninya Oom dan tidak jijik, kalau lain orang No! Rasanya sih asem-asem dan asin Oom." Lalu segera kupeluk erat-erat dia dan kutatap matanya yang selalu memandang wajahku,

"Win, Oom sangat sayang padamu."
"Win juga benar merasakannya Oom", sahutnya.
Karena sudah hampir pukul 5, aku cepat-cepat kembali ke kamarku dan tidur lagi. Saat aku terbangun kulihat cuaca sudah terang dan samar-samar dengar Win mandi, aku segera bangun dan bersiap-siap mandi. Begitu Win keluar dari kamar mandi aku segera yang masuk. Ketika selesai mandi kulihat Win telah selesai dandan, aku cepat ke kamar untuk ganti pakaian juga. Belum selesai menyisir rambut kudengar Win sudah berjalan keluar kamar, saat depan kamarku dia berhenti sebentar kupandangi dia dengan terpesona. Memang betul-betul seksi dengan celana ketat hitam dan kaosnya terbuka agak lebar dadanya. Apalagi perutnya yang ramping hingga payudaranya kelihatan sangat menonjol sekali, tapi dia pakai rompi untuk sedikit mengurangi penonjolan payudaranya.

Kemudian Win berkata,
"Win berangkat dulu yaa, nanti kira-kira 10-15 menit Oom nyusul ya?"
"Jangan-jangan nanti Win sudah kecantol cowok lain sebelum Oom datang", gurauku.
Win dengan mimik gemes mencubit lenganku sambil ngomong,
"Oom kalau ngomong jangan yang aneh-aneh ya? Awas nanti di sana", kemudian dia langsung turun tangga sambil membawa tas kecil dan dompet yang menggantung di pundaknya.

Kira 10 menit kemudian aku turun dan naik becak ke restauran terssbut, saat aku turun dari becak Win sudah tahu dan menghampiriku serta menggandeng tanganku erat-erat jalan masuk ke RM. Win ternyata sudah pesan kopi susu serta nasi plus telor mata sapi kesukaanku dan sandwich 1 potong. Aku bilang,
"Waah kamu belum dicantol orang ya?"
"Oom jangan gitu, yang bisa nyantol Win ya cuma Oom sendiri", sahutnya sambil mencubit lenganku lagi dengan gemas.

"Win, Oom jangan dicubiti toch, lihat nanti punggung dan dada Oom yang penuh cacat kena cengkraman tangan dan gigitanmu saat Win mau klimaks" kataku.
"Oya, tapi Win betul-betul tanpa sadar melakukannya. Pantas di punggung Oom ada goresan- goresan, Win kira kenapa apa", sahutnya.
Sambil ngomong dan makan, Win bilang nanti ke toko dulu untuk beli celana renang buatku dulu. Aku setuju, malah aku bilang untuk ke supermarket dulu untuk beli makanan kecil serta rok dan parfum. Win menolak dengan bilang,

"Oom jangan beli rok dan parfum untuk Win, Win lebih suka parfum asli tubuh Win juga rok nanti kalau sudah tak mode juga kepakai, jadi sayang kenangan akan hilang. Oom kan suka parfum aslinya Win, kan?" tanyanya.
"Pasti sayang, kan tiap malam Oom sudah bercampur dengan parfumnya Win toch.."
"Kalau Oom berkenan supaya kenangan itu tetap abadi dan akan Win pakai terus lebih baik cincin saja."
"Kalau Win maunya gitu, Oom ikut saja."
"Nanti Win pilih 2 biji, yang satu seperti wedding ring yang satu pakai permata, tapi nggak usah yang mahal-mahal", jelasnya.

"Terserah sama Win sudah", kataku sambil kugenggam tangannya erat-erat. Saat jam sudah menunjukkan pukul 8 lewat, kita berangkat menuju kompleks pertokoan di Jl. Kayutangan. Di sana Win membeli macam-macam makanan kecil tapi anehnya tiap macam hanya 1 biji, lalu Win mengajak ke toko yang jual swim suit. Lalu dia pilih celana renang dan pilih yang warna biru,
"Yang ini saja ya Oom?"
"Terserah Win."
Selama berjalan Win selalu menggandeng tanganku lalu memepetkan payudaranya kelenganku dan kepalanya kadang disandarkan ke bahuku. Win jalan dengan manjanya dan sedikit genit, hingga orang yang melihat kelihatan kagum akan kemesraan kita.

Win mengajak ke toko perhiasan di situ Win pilih-pilih cincin setelah ada yang cocok ditunjukkan padaku dan aku sih oke saja hanya kuanjurkan jangan yang telalu kecil beratnya, tapi Win bilang,
"Yang kecil saja cukup yang penting kesan dan kenangannya."
Setelah tawar menawar, kubayar cincin itu lalu kita jalan terus dengan mesranya menyusuri sepanjang pertokoan.
"Gimana beli parfum dan rok ya?" tanyaku saja.
"Nggak Oom, Win cuma kenal bedak dan lipsticks saja, kan Oom lihat yang ada di meja rias Win."
"Oke kalau gitu beli bedak dan lipstick serta BH dan CD ya?" tanyaku.
"Eeeeh.. kalau ngomong jangan macam-macam!" sahutnya sambil mencubit pahaku.
Akhirnya Win mau ke department store dan Win kuminta beli bedak dan lipstick kebiasaannya juga sekalian BH dan CD-nya, setelah itu kita jalan menuju tempat tunggu angkutan yang menuju Batu. Sampai di Batu kuminta turun depan Hotel Kartika Wijaya, kita langsung check- in sebab sudah jam 11.40. Kamarnya punya view kepegunungan dan di belakang hotel ada kolam renang. Win tampak ceria dan bahagia sekali ia selalu menempel terus ke tubuhku kemana saja aku pergi seperti ada magnetnya saja.

Siang itu kita makan di restoran hotel saja karena malas keluar lagi, saat makan itu aku diminta untuk memasangkan 2 cincin di jari manis tangan kiri serta kanannya. Habis kupasang, Win langsung merangkul leherku dan menciumku, kubalas juga ciumannya, hingga sempat jadi tontonan sesaat buat tamu restoran. Siang itu kita istirahat sambil berpelukan, tidur tindih menindih gantian sambil kuajari cara berciuman dengan mengeluarkan lidahnya untuk bisa dikulum. Win merasa senang sekali dengan ajaran itu hingga sering dipraktekan sekarang saat kucium.

Aku jadi terbangun saat merasa ada orang yang menciumku, saat membuka mata ternyata Win yang mencium sambil duduk di sampingku sudah dalam pakaian swim suit. Waah indah sekali seksi tubuhnya dalam pakaian swim suit, payudaranya menonjol dengan kelihatan bagian atasnya yang putih agak sedikit mencuat. "Ayo Oom kita renang!" sambil membawa celana renangku. Aku bangun dan pakai celana renang, lalu kita pergi ke kolam renang. Disana Wim langsung masuk kolam, karena banyak tamu pria lain yang renang matanya memandang terus bagian dadanya. Aku ikut masuk tapi tak renang hanya menemani Win dalam kolam. Win bilang, "Oom, Win kalau renang sendiri sulit sebab banyak cowok-cowok terutama yang sebaya langsung datang mengajak ngobrol tapi matanya ya cuma memandang payudaranya Win, jadi lama Win tak pernah renang."

Setelah renang 1 1/2 jam, Win selesai renang dan sekaligus mandi di pancuran bersamaku, dia menyabuni tubuhku dan aku menyabuni tubuh Win, hingga banyak mata tamu yang melotot melihatnya. Selesai mandi kita langsung balik kamar dan tiduran sebentar berdua sambil Win terus minta dipeluk. Kira-kira pukul 6 sore, Win mengajak jalan-jalan keluar sekalian makan malam. Dia mengenakan celana ketat hitamnya dengan kaos yang kuning ketat dan retsluiting terbuka di dadanya.

Betul-betul pemandangan yang menggiurkan bagi laki-laki. Win tetap berjalan dengan menggandeng tanganku atau merangkul pinggangku, hingga kita tampak mesra sekali. Karena penampilan Win dalam pakaiannya itu kita di jalan menjadi perhatian banyak turis domestik yang ketemu. Jam 9 malam lebih kita kembali ke hotel dan aku duduk nonton TV sedang Win langsung duduk di pangkuanku dengan tangannya merangkul leherku. Kupeluk dia sambil berciuman mesra dan tanganku mulai nakal main dan menyusup kebukaan retsluiting itu untuk meraih payudaranya yang sintal itu dan meremas-remasnya dengan penuh kemesraan.

Win mulai mengaduh perlahan-lahan dan kancing serta retsluiting celananya mulai kubuka tapi karena ketat Win harus berdiri dulu untuk melepasnya sekaligus CD-nya dan kemudian kaos ketatnya pun kubantu membukanya serta BH-nya. Win juga membantuku melepas pakaian, hingga sekejap kita sudah bugil berdua. Aku tidur di ranjang dan Win telungkup di atas hingga payudaranya menempel ketat di dadaku. Win mulai mempraktekkan ciuman dan menghisap penisku dengan teknik yang kuajari, selanjutnya aku yang membimbingnya agar Win dapat mencapai klimaks bersamaku dan setelah itu Win minta agar punyaku jangan dicabut keluar supaya tetap tinggal di dalam vaginanya, katanya supaya badannya tetap hangat. Jadi malam itu kita tidur dengan penisku di dalam vaginanya.

Paginya saat aku bangun jam 4 aku terasa penisku sudah tegang lagi tetapi rasanya masih tetap dalam vaginanya. Karena penisku bergerak-gerak membesar, Win jadi terbangun dan langsung kita bermain cinta lagi sampai Win dan aku mencapai puncak bersama-sama. Sejak itulah tiap malam aku selalu tidur bersama Win, sekarang Win yang lebih sering ke kamarku dan tiap malam Win selalu mempraktekkan teknik yang kuajarkan sekali atau dua kali, sampai hari kepulanganku. Memang Win seorang yang pantas jadi istriku sebab kecocokan dalam kehidupan sehari-hari denganku, apalagi Win bukan type pemeras dan mata duitan walaupun hidupnya sederhana, sayang ketemunya terlambat.

Sampai hari ini Win kadang-kadang masih menginterlokal aku, dan aku juga minimum 1 bulan sekali kontak dia.

TAMAT


Kenikmatan Beroral Sex


Hi, perkenalkan namaku Tedi, keturunan tionghoa yang berumur 26 tahun dengan tampang biasa-biasa saja. Ini adalah ceritaku yang kedua dan dalam cerita di sini, akan kuceritakan pengalamanku beroral sex dengan cewek tanpa senggama.

*****

Masih ingat tidak dengan cewek yang bernama Leni, dalam ceritaku pertama: Pengalamanku Beronani. Nah, setelah berkenalan di kolam renang, kami pergi ke tempat kostnya yang ternyata campuran cewek dan cowok. Kebanyakan yang ngekost di sana cewek SMA, masih ranum dan mulus sekali dan cowok yang sudah kerja. Kebetulan sekali aku juga sedang cari kos karena memang baru pindah kerja di Semarang. Setelah sering omong- omong sama Leni, ternyata dia pernah ngesex sama pacarnya waktu SMA kelas 3 dan sejak saat itu dia sering masturbasi sambil membayangkan penis cowok.
"Wah nyambung nih cewek", batinku.

Lalu aku juga menjelaskan kepada Leni kalau sebenarnya aku juga ingin sekali ngentotin cewek, tapi karena aku sudah berjanji untuk memberikan keperjakaanku hanya untuk istriku, jadi aku dengan senang hati memberikan pelayanan oral sex (padahal selama ini aku hanya beronani saja membayangkan dioral atau ngentot cewek). Setelah sepakat untuk melakukan waktu malam, pada waktu semua teman kost tidur, kami pura-pura pergi tidur. Penisku sudah ngaceng terus sambil menunggu waktunya tiba. Kira-kira jam 24 lebih, saat sepi-sepinya, dengan penis ereksi penuh, dengan memakai celana pendek tanpa CD, sehingga terlihat jelas tonjolan penisku yang tegak. Pelan-pelan sekali aku membuka pintu kamarku, berjalan berjingkat-jingkat, menuju kamar Leni dan membuka pintu kamarnya, langsung saja kukunci kamarnya.

Dengan cahaya remang-remang, Leni terlihat cantik sekali. Rambutnya yang terurai, senyum menggoda, dengan berpakaian piyama dan harum badannya sungguh menyiksa penisku yang dari tadi ereksi, untuk segera dinikmatinya.
"Kamu terlihat sangat cantik Leni", kataku kepadanya.
"Ah yang bener?" katanya.
Langsung kucium bibirnya.
"Oh, lembut sekali", batinku.

Kami berpelukan dan berciuman cukup lama, kurebahkan dia pelan-pelan dan kuciumi leher dan telinganya.
"Oh, sstt..", desisnya.
Tanganku mulai bergerilya di sekitar lehernya lalu turun ke buah dadanya yang terbalut oleh piyamanya. Ternyata dia tidak memakai apa-apa dibalik piyamanya itu. Kurasakan buah dada yang proporsional besarnya, kuremas-remas lembut, dan sekali-kali kupermainkan putingnya. Lenipun juga mulai bergelinjang ketika kucubit-cubit putingnya,lalu tangannya mulai menyusuri celana pendekku dan meraba-raba penisku. Kaget juga dia ternyata penisku sudah keras. Nikmatnya berbeda kalau penis dipegang oleh cewek, daripada beronani sendirian.

Sementara bibir kami masih saling berpagutan, tanganku mulai membuka baju piyamanya, sedangkan tangannya melepas kaosku, sungguh romantis. Oh, indahnya buah dadanya, tegak menantang, proporsional dan kedua putingya sangat menggoda untuk kusedot. Kedua tanganku meremas-remas kedua buah dadanya, dan mulai gantian mulutku yang bekerja, menjilat, memilin, mencium dan menggigit-gigit kecil putingnya yang sudah keras.

"Ahh.."Keluh Leni.
Tangannya meremas-remas rambutku menahan kenikmatan tiada tara. Tangan kananku mulai menelusuri pangkal pahanya, sementara mulutku tetap menempel di putingnya secara bergantian. Saat jari-jariku mulai bermain di sekitar vaginanya, dia mengerang dan ternyata sudah mulai basah. Lalu celana piyamanya kupelorotkan dan kulepas.

Aku terpana melihat pemandangan yang baru pertama kali kulihat itu. Pangkal kenikmatannya begitu indah, berwarna merah di tengah dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Dan ada daging mungil sangat menggairahkan, yang katanya orang-orang ternyata adalah klitoris. Tak menunggu lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk liangnya, Leni terus menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan. Tiba-tiba dia mengejang dan menjepit kepalaku sampai aku terbenam di vaginanya tanpa sempat bernapas dan keluarlah cairan kewanitaannya cukup deras. Dengan rakusnya aku menjilati dan menyedot semua cairan tersebut, sungguh enak dan membuatku ketagihan.

Setelah Leni mengambil napas sesaat, lalu didorongnya aku sampai terbaring. Gantian dia yang mulai menyerangku. Leni langsung menjilati leherku, menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya, dijilatnya lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku. Sementara penisku sudah sekeras batu dari tadi, dia tetap cuekin saja. Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena dibagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan.

"Oohh.. Leni!" terucap dari mulutku saat dia mendaratkan bibirnya di leher penisku.
Dijilatinya, dikulum, dikocok-kocok. Gila benar, ini benar-benar di surga, tidak pernah aku merasakan kenikmatan sedemikian dahsyat. Kadang penisku tergigit oleh giginya, rada sakit juga, tapi tetap kalah dengan nikmatnya dioral. Lidahnya menelusuri seluruh selangkanganku, menjilati setiap milimeter kantong bijiku, diambilnya bijiku dengan bibirnya lalu dikulum dan dihisap bijiku, seakan ingin ditelannya, juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya. Aku hanya menggelinjang-gelinjang terus sambil mengaduk-aduk rambutnya.

Kenikmatan dan kegelian yang amat sangat juga kurasakan ketika lidahnya menjilati bagian ujung bawah penis, ingin rasanya melompat, tapi dadaku langsung ditahan oleh tangan kanannya Leni. Sampai akhirnya seluruh badanku bergetar menahan nikmat dan tersemburlah spermaku yang sudah lama ingin muncrat. Bisa kurasakan betapa banyaknya air maniku yang keluar, dan semuanya tidak luput dari bibirnya. Seakan-akan takut ada yang tercecer, dijilati seluruh pahaku, diurut-urut dan dihisapnya penisku sampai yakin benar-benar habis.

Penisku ternyata masih tegang juga, kutarik dia berhadap-hadapan, kupeluk dan kuciumi bibirnya dengan lembut. Sementara tangan kiriku bergerilya di kedua pantatnya yang sekal, dengan sekali-kali menyentuh vaginanya. Aku sangat suka pantat yang indah, padat dan bundar. Tangan kanannya pun juga tidak mau kalah dengan meremas-remas dan mengocok pelan penisku. Penisku yang masih keras, semakin keras dan berdenyut-denyut lagi. Kubalik posisinya, dimana sekarang aku yang diatas. Kulanjutkan dengan menciumi bibirnya dengan tangan kiriku memilin-milin putingnya dan tangan kananku memijat-mijat vagina dan klitorisnya.

Terlihat dia mulai ngos-ngosan lagi, lalu kujilati lehernya dan turun ke bawah, hampir semua badan depannya habis kujilati. Tidak kusia-siakan kesempatan bermain dengan cewek. Sampai akhirnya kuelus-elus, kujilati semua kedua pahanya sambil kedua tanganku tetap memainkan kedua putingnya. Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi. Kupermainkan klitorisnya terus menerus sampai-sampai dia bergerak tidak karuan ke kiri kanan, susah juga mempertahankan lidahku tetap menempel di vaginanya. Sampai suatu saat, ada suatu kontraksi di vaginanya dan membanjirlah cairannya. Untung saja mulutku pas didepan vaginanya, sehingga bisa menikmati semua cairan nikmatnya, kusedot habis vaginanya dan kujilati klitorisnya. Dia menggelinjang-gelinjang sesaat.

Kubalik posisiku sehingga menjadi posisi 69. Bertubi-tubi kuluncurkan lidahku, keluar masuk, naik turun sambil sesekali jariku menggoda sang clitoris. Mulutku tak henti-hentinya meneguk segarnya air danau senggama ini. Leni pun ternyata tidak mau kalah, dia juga dengan sangat terampil mengocok penisku, diurutnya dari bawah ke atas, dijilati dan diemutnya kepala penisku. Benar-benar suatu pengalaman dan kenikmatan yang sudah lama kuimpi-impikan, yaitu oral sex (senggama hanya kuberikan kepada istriku tercinta kelak, jadi sebenarnya penisku masih perjaka sampai sekarang, he he). Dari posisi ini, bisa kulihat jelas vaginanya yang indah dan aku tetap terpesona dengan bentuk vagina cewek.

Mulutku bergerilya lagi sampai lidahku menjulur keluar masuk vaginanya. Tanganku meremas-remas kedua pantatnya, sekali-kali memilin kedua putingnya. Leni berulang kali mendesah, menggelinjang dan menghentikan aktivitas emutannya dipenisku karena menahan nikmat tiada tara dari seranganku. Semakin cepat aku memasuk keluarkan lidahku, semakin cepat pula pompaan mulutnya dipenisku, tangan kirinya meremas dan mengelus pantatku, tangan kanannya memijit-mijit kedua buah pelirku. Aku pun juga kelojotan menahan nikmat, dan kugigit-gigit kecil klitorisnya yang memang minta kupermak habis-habisan.

"Akh ohh sst.." desah kami berdua. Kurasakan badannya mulai bergetar dan kedua pahanya mulai menjepit kepalaku lagi, langsung kepercepat aktivitas lidahku. Leni pun ternyata juga merasakan kalau aku akan muncrat lagi. Dan pada akhirnya, Leni berteriak tertahan tak terkendali.

"Oohh.. hh.. yess.. Ahh!", sementara tangannya mengocok dengan cepat penisku, dan sesaat kemudian badanku tergetar hebat. Crot croot crutt.., nikmatnya amat sangat, kedua lidah kami saling membersihkan selangkangan lawannya, sampai yakin benar-benar habis.

Kami sama-sama lemas tapi puas. Dengan telanjang bulat dan masih dilanda kenikmatan, kupeluk dia erat-erat dan kuciumi bibirnya, lidah kami saling berpagutan, kubisikkan dengan mesra"Aku sayang kamu". Dia cuma tersenyum bahagia.
"Maafkan aku jika aku mungkin tidak bisa memberikan kepuasan total kepadamu, dengan tidak bersenggama.."
Belum habis kata-kataku, diciumnya bibirku dengan lembut sekali. Oh, sungguh romantis dan nikmat sekali.
"Tak apa sayangku, aku ngerti kok, kamu benar-benar setia terhadap istrimu kelak. Aku yakin, siapa yang menjadi istrimu, akan bahagia".

Kupeluk dia erat-erat dan kucium keningnya. Kami tidur bersama dengan telanjang bulat, sampai sekitar jam 04.30. Lalu aku bangun dan mencium bibirnya, kedua putingnya dan kujilat vaginanya, sementara dia tetap memejamkan matanya sambil tersenyum. Melihat keindahan bodinya yang telanjang, penisku mengeras lagi, tapi kasihan dia agar tetap istirahat. Sehingga aku cuma beronani pelan-pelan sambil melihat pemandangan cewek telanjang didepanku.
"Ahh sst..", desahku, dan crut croott.. air maniku bersemburan disekitar dada, perut dan vaginanya.
Leni mengambil maniku dan dijilatnya, sebagian dioleskan diseluruh tubuhnya, lalu meneruskan tidurnya. Bergegas aku mengenakan pakaianku, keluar kamarnya dengan pelan- pelan menuju kamarku, lalu tidur dengan pulas.

Sebenarnya ditengah-tengah permainan tadi, Leni mendesakku terus menerut untuk memasukkan penisku divaginanya. Akupun menolak dengan lembut dan tetap kunikmati seluruh tubuh dan vaginanya. Aku juga sebagai laki-laki normal, keinginan untuk bersenggama besar sekali, tapi aku tidak tega dengan istriku, walaupun bisa saja aku berbohong kepadanya, tapi pada kenyataannya aku tipe orang yang jujur. Akhir-akhir ini, aku tidak pernah beronani lagi, karena memang sengaja aku begitu, padahal biasanya hampir tiap hari menikmati onani. Penisku sering sekali ereksi dan lama baru bisa reda, sampai-sampai aku tidak bisa tidur karena penisku ereksi terus. Hemat air mani kan hemat energi juga lho, nanti kucurahkan kepada cewek yang mau beroral seks denganku (kalau ada yang mau). Sampai seumur sekarang, aku belum punya pacar lagi dan keinginanku untuk memiliki pacar yang bisa kuajak serius sampai pernikahan adalah besar sekali. Tapi ternyata Tuhan belum memberikannya kepadaku dan aku tetap bersabar dengan terus berdoa.

Bagi untuk cewek-cewek yang masih perawan dan ingin menikmati oral seks yang aman tanpa senggama, hubungi saya, dijamin sama-sama puas. Atau para cewek dan Tante yang ingin berkenalan, sharing dan ingin juga oral seks, meminum air maniku sebanyak- banyaknya, hubungi saya via email.

E N D

Oleh: tedi_brawijaya@yahoo.com


Kenikmatan yang Terkubur


Kisahku ini terjadi pada waktu aku masih kuliah disebuah universitas negeri dikota L. Namaku Ivan, dikampus aku dikenal bukan saja oleh mahasiswa seletingku tapi juga kakak-kakak leting dan adik-adik letingku. Mungkin ini semua patut kusyukuri karena aku mempunyai wajah yang tampan menurut teman-temanku. Ada saja tanggapan mereka tentang diriku hingga bisa-bisanya mereka menjuluki aku "Abang Tampan". Memang wajahku diberi kelebihan sedikit oleh yang maha kuasa, rambut gondrong dengan alis yang bersambung, hidung mancung, bibir merah serta dilengkapi dengan jambang yang panjang. Dan bukannya aku sombong, mukaku tak pernah dihinggapi oleh yang namanya jerawat.

Kelebihan yang patut aku syukuri ini tidak membuat aku menjadi seorang yang haus akan pertualangan cinta. Mungkin karena aku berasal dari sebuah keluarga sederhana dan senantiasa menjalankan norma-norma agama membuatku agak pemalu serta tertutup akan masalah-masalah yang berbau seks.

Kisahku ini diawali dengan perkenalanku pada seorang gadis asal kota M, yang kebetulan berlibur dikota L. Namanya Meli, dia masih duduk dikelas ii SMU pada sebuah sekolah bergengsi di kotanya. Dari awal melihatnya aku sudah begitu tertarik, bagaikan terhipnotis pada pandangan pertama. Kulitnya yang kuning langsat dan tubuh yang tinggi semampai sangat menarik hatiku. Apalagi bila dia tersenyum, lesung di pipinya membuat dia semakin mempesona dimataku. Hal ini belum pernah kualami sebelumnya, yang biasanya aku cuek dengan yang namanya wanita harus membuat pengecualian untuk yang satu ini.

Singkat cerita setelah beberapa hari kami berkenalan dan beberapa kali berjumpa, dia telah menjadi pacarku yang sangat kucintai. Banyak persamaan pada diri kami hingga kami cepat merasa cocok. Dengan pengalaman-pengalaman akan seluk-beluk pacaran, kujalani hari- hariku bersama Meli sebatas peluk dan cium pipi saja. Mungkin hanya ini keberanian yang dapat kulakukan sebagai awal masa pacaran. Hingga pada suatu malam (tepatnya malam minggu) karena keadaan cuaca mendung kuajak Meli untuk mengunjungi tempat kostku, dan kebetulan akupun hanya sendiri ditempat itu.

Di kamarku kami hanya duduk-duduk mendengar musik dan saling bertukar cerita tentang pengalaman masing-masing. Entah dari mana keberanian itu datang, aku mencoba duduk lebih dekat dengan Meli yang pada saat itu sedang membolak-balik sebuah majalah remaja di atas ranjangku. Lalu dalam keadaan hening seperti itu, Melipun kelihatan salah tingkah dan untuk menutupinya dia sengaja mengikuti irama musik Paint my love-nya Michael Learns to Rock yang telah mengalun sejak tadi.

Sejenak kupandangi wajahnya yang ayu dengan kulit muka putih kemerahan, lalu kuraih dagunya hingga dia berpaling ke wajahku, kukecup keningnya sambil kukatakan "Aku sayang kamu Meli", dia hanya diam dengan mata yang sedikit sendu. Ingin rasanya aku mencium bibirnya seperti pernah kulihat pada film-film barat dan Blue film tapi semakin kubayangkan hal itu semakin kencang rasanya detak jantung ini. Dengan sedikit berhati-hati kuberanikan diri untuk mengecup bibirnya. Meli hanya diam dan sedikit memejamkan matanya.

Dengan hati yang tidak karuan ini kuciumi hidungnya lalu perlahan-lahan turun ke bibirnya dan kuhisap pelan-pelan. Tanpa kuduga diapun membalas lumatan bibirku sambil sedikit bergeser dan memeluk diriku. Sungguh nikmat rasanya, rangsangan hebat yang belum pernah kurasakan. Sekian lama kami berpaut bibir, perlahan-lahan kuturunkan kecupanku ke lehernya dan kurebahkan dia hingga tidur telentang. Hingga saat kutindih Meli mendesah- desah bagai orang kehabisan nafas. Secara reflek pula tanganku menyentuh dua buah bukit kenyal dan langsung kuremas perlahan-lahan.

Udara dingin dan situasi seperti ini membuatku tidak bisa lagi menahan rangsangan hebat di dalam diri ini, tanganku mulai bergerak menarik baju Meli yang dia masukkan ke dalam roknya, lalu kusingkap hingga terlihat kulit perut yang putih bersih dan pusar yang indah. Kukecup dan kujilati tengah perutnya hingga Meli terengah-engah, dan tanpa kusuruh dia langsung membuka bajunya sendiri.

Begitu terpana aku dengan pemandangan asing seperti ini, dua buah bukit yang ditutupi BH tipis membuatku terdiam beberapa saat, tapi Meli yang sudah terangsang hebat nampaknya mulai menyerangku dengan memeluk dan menciumku serta perlahan-lahan melepas satu persatu kancing bajuku. Setelah bajuku ditanggalkan lalu dia mulai mengecup dadaku dan menjilat perutku yang ditumbuhi bulu-bulu halus dialurnya. Kenikmatan luar biasa yang tak pernah kualami hingga penisku yang sejak tadi mengeras rasanya telah lembab oleh keringat dingin kenikmatan.

Perlahan-lahan kuraih wajahnya dan langsung kulumat bibirnya, permainan lidahpun sedikit demi sedikit mulai kujalani dengan agak kaku. Kemudian kupeluk dirinya sambil tanganku melepas kait BH yang menutupi dua buah bukit kembarnya. Setelah keadaan kami telanjang bagian atasnya, bagaikan hilang kesadaran langsung kuciumi daging kenyal yang ujungnya sedikit kemerah-merahan itu, dan penisku pun kugesek-gesekkan pada alat kelaminnya yang masih terhalangi rok. Biarpun kami tidak membuka celana kami masing-masing tapi gesekan itu membuat pelukan kami semakin menguat dan akupun semakin tak bisa menahan diriku lagi, hingga beberapa saat kemudian cairan sperma keluar membasahi celana dalamku dan dalam sekejap tercium bau sperma.

Melipun tampaknya tahu akan hal itu dan Iapun tersenyum, katanya sih.. seperti bau aroma bayclean (cairan pemutih kain). Melipun menolak tawaranku untuk memuaskan dirinya, agar kami sama-sama puas. Mungkin karena malu dan menganggap kejadian ini hanya reflek belaka. Setelah dia kuantarkan pulang, akupun mulai membayangkan kejadian yang baru saja kualami, dan akupun berpikir begitu cepatnya aku klimaks hanya karena gesekan saja. mungkin juga karena hal ini adalah pertama sekali aku melakukannya.

Setelah masa liburannya habis, kemudian dia pamit padaku dan pulang kembali ke kota asalnya M. Kenangan manis itu membuat kami selalu diliputi rasa rindu, Interlokal, surat- menyurat adalah obat bagi kerinduan kami. Perkenalan dengan orang tuanya pun semakin membuat hatiku yakin akan memilikinya, begitu juga dengan Meli orang tuaku pun telah kuperkenalkan padanya. Pada saat itu kurasakan tiada halangan lagi bagi kami untuk menyatu seutuhnya. Hingga suatu saat musibah itu datang, Meli meninggal dunia setelah sebulan aku diwisuda untuk program D3. Sungguh pilu hatiku saat itu, kepergiannya yang tak terduga telah meninggalkan kenangan indah semenjak dia menjalani masa-masa indah denganku. Sudah 6 bulan berlalu hingga saat sekarang kutuliskan kisahku, masih terbayang kesan-kesan manis yang kujalani bersama Meli.
Maafkan aku Meli, semoga engkau tenang dialam sana.

TAMAT


Kesepian


Tak puas-puasnya aku memandang seluruh tubuhku yang bugil di cermin, mulai dari leherku yang jenjang, buah dadaku yang besar dan kencang (36C), indah dengan puting yang masih kemerahan, karena belum ada satu mulut bayi pun yang menyusu di buah dadaku. Apalagi ditunjang dengan kulitku yang halus dan putih mulus, membuat aku makin percaya diri bahwa lelaki manapunakan tertarik denganku. Bulu-bulu hitam lebat yang menghiasi celah di antara pahaku menjuntai melambai tertiup AC di kamarku. Kuputar badanku, kulihat belahan pantatku yang bulat menantang, kakiku yang panjang terasa ideal menopang tinggi tubuhku yang 171 cm.

Tapi semua keindahan itu telah lama tidak tersentuh oleh tangan kekar lelaki, sejak kematian suamiku 3 tahun yang lalu, belum ada satu orang pun yang mampu menggetarkan perasaanku, meskipun banyak lelaki yang mencoba masuk dalam kehidupanku, tapi semuanya secara halus kutepis dengan alasan belum siap. Usiaku baru 26 tahun, masih muda. Kesepianku selama ini kuisi dengan kesibukan kerja, saat malam tiba dan gairahku akan seorang lelaki muncul, paling kupeluk guling erat-erat, kubayangkan bahwa yang kupeluk adalah seorang lelaki "macho", kugesekan klitorisku hingga aku orgasme. Sebenarnya aku ingin mencoba "Dildo", tapi aku takut kemaluanku lecet dan daya elastisnya melemah. Juga pernah terlintas dalam otakku untuk menggunakan jasa "Gigolo" untuk memuaskan libidoku, tapi aku masih takut dan ragu.

"Tok, tok..." suara pintu kamarku terdengar diketuk membuyarkan lamunanku.
"Siapa?" sahutku.
"Saya, Nyah..." terdengar suara pembantuku di balik pintu.
"Ada apa, Bi?
"Ada tamu mau ketemu Nyonya..."
"Dari mana?" aku bertanya, sebab aku merasa tidak ada janji bertemu dengan siapapun.
"Katanya dari perusahaan asuransi, udah janji ingin bertemu Nyonya."

Oh ya aku baru ingat, bahwa aku meminta perusahan asuransi datang ke rumahku pada hari Sabtu ini, saat aku libur kerja, karena aku ingin merevisi asuransi atas rumah pribadiku yang telah jatuh tempo. "Suruh dia masuk dan tunggu di ruang tamu, Bi!" bergegas aku mengenakan pakaianku, hanya daster terusan tanpa bra dan celana dalam, karena aku tak mau tamuku menunggu lama, wajahku pun hanya sedikit kuoles bedak. Setelah aku rasa rapi, bergegas aku menemuinya.

"Selamat siang, Bu!" sapaan hormat menyambutku saat aku tiba di ruang tamu.
"Selamat siang," aku membalas salamnya.
"Perkenalkan, Bu! saya Ronny marketing executive di perusahaan **** (edited)," tangannya mengundangku bersalaman.
Aku menyambut uluran tangannya, dan mempersilakannya duduk. Sejenak aku perhatikan, usianya kutaksir 25-an, tapi yang membuatku agak tertarik tadi saat posisi berdiri bersalaman, aku sempat mengukur tinggi tubuhku hanya sebatas lehernya, aku perkirakan tingginya 180cm-an, aku agak berkesan apalagi penampilannya bersih dengan kumis tipis menghiasi bibirnya, wajahnya sih memang biasa saja.

Kami terlibat obrolan panjang tentang asuransi yang ditawarkan, ternyata orangnya supel dan ramah, cara bicaranya mencerminkan wawasannya yang luas, pandangannya tidak "jelalatan" seperti lelaki lainnya yang pernah aku temui, padahal puring buah dadaku yang tidak menggunakan bra terlihat berbayang dibalik dasterku. Tak banyak pikir lagi, aku segera menyetujuinya, apalagi preminya tidak terpaut jauh dengan asuransiku sebelumnya. Dia berjanji akan datang kembali minggu depan membawa polis-nya.

Sepulangnya dia, aku masih membayangkannya, simpatik sekali orangnya, terutama tubuhnya yang tinggi, hampir sama dengan almarhum suamiku. Juga aku teringat jawaban almarhum suamiku bahwa orang yang tinggi agak kurus, 80% senjatanya panjang dan besar saat aku bertanya, mengapa senjata Mas Rudy (almarhum suamiku), besar dan panjang? Aku sendiri bingung, tak biasanya aku berpikiran seperti ini, apalagi baru pertama kali bertemu. Tapi aku tak mau membohongi diriku, aku tertarik padanya. Waktu seminggu yang dijanjikannya terasa lama sekali. Akhirnya tibalah hari yang dijanjikannya, aku berias secantik mungkin, meskipun tidak mencolok, kusambut kedatangannya dengan manis. Kali ini kulihat Ronny mengenakan setelan pakaian kerja lengkap dengan dasinya.

Setelah polis aku terima dan menyerahkan pembayarannya, aku mengajaknya mengobrol sedikitmengenai pribadinya. Ternyata usianya 28 tahun, dengan status bujangan, dan masih mengontrak rumah di daerah Kebayoran Lama, Jakarta.
"Ibu Linda sendiri, bagaimana?" kini dia balik bertanya kepadaku.
Kujelaskan statusku yang janda, kulihat wajahnya sedikit berubah.
"Maaf, Bu! kalau pertanyaan saya menyinggung perasaan Ibu."
"Tidak apa-apa, toh gelar ini bukan saya yang menghendaki, tapi sudah suratan."
Sejak tahu statusku janda, Dia jadi sering datang ke rumahku, ada saja alasannya untuk datang ke rumahku, meskipun kadang terkesan dibuat-buat. Hubungan kami menjadi lebih akrab, diapun tidak memanggilku dengan sebutan "Bu" lagi, tapi "Mbak" sedangkan aku pun memanggilnya Mas Ronny. Tapi yang aku heran dari Mas Ronny adalah sikapnya yang belum pernah menjurus ke arah seks sedikitpun, meskipun sering kali kami bercanda layaknya orang pacaran. Aku jadi berfikiran jelek, jangan-jangan Mas Ronny "Gay". Padahal aku sudah tetapkan dalam hati, bahwa Mas Ronny lah orang kedua yang boleh membawaku mengarungi samudera kenikmatan.

Tapi ternyata pikiran jelekku tidak terbukti. Kejadiannya waktu malam Minggu Mas Ronny datang untuk yang kesekian kalinya. Kami memutar film roman percintaan, bibiku sejak tadi sudah masuk ke kamarnya tidak tahu ngapain. Mungkin sengaja memberi kesempatan kepada kami anak muda yang sedang dilanda asmara. Saat adegan percumbuan berlangsung, aku meliriknya, kulihat wajahnya sedikit memerah dan celana panjangnya yang berbahan tipis, kulihat sedikit menggelembung, akubimbang. Akhirnya kutetapkan hatiku untuk memulai percumbuan dengannya tapi bagaimana caranya?Aku ada ide agak tidak terkesan aku yang mau, aku harus pura-pura sakit.

"Aduh Mas Ron! kepalaku sakit sekali," aku mulai menebarkan jaring.
Kupegangi keningku yang tidak sakit, pancinganku berhasil, Mas Ronny menghampiriku.
"Kenapa Mbak?" tanyanya.
"Kok, tiba-tiba sakit."
"Anu, Mas! tekanan darahku rendah, jadi kadang-kadang kambuh seperti ini," aku terus merintih layaknya orang kesakitan.
Aku membaringkan tubuhku di sofa.
"Mas, tolong bawa aku ke kamar," aku semakin nekat.
Kulihat Mas Ronny kelabakan.
"Papah aku, Mas!"

Akhirnya Mas Ronny memapahku ke dalam kamarku, kutempelkan buah dadaku ke punggungnya, terasa aliran kenikmatan di tubuhku. Dibaringkannya tubuhku di ranjang tidurku, dan bergegas Mas Ronny keluar.
"Kemana, Mas?" tanyaku pura-pura lirih.
"Bangunin bibi."
"Nggak usah, Mas, tolong keningku dibaluri minyak angin saja."
"Minyak anginnya dimana?" tanyanya.
"Di meja Rias."
Mas Ronny dengan telaten sekali memijat keningku, kurasakan jarinya sedikit gemetar.
"Mas tolong tutup pintu dulu, entar bibi lihat nggak enak," aku baru sadar pintu kamarku masih melongo.
"Sekalian Mas, TV-nya matiin dulu!"

Mas Ronny beranjak mematikan TV, aku segera melepaskan pakaianku, hingga tinggal Bra dan celana dalam saja, kututupi tubuhku dengan selimut, Mas Ronny telah kembali ke kamarku dan menutup pintunya.
"Mas tolong kerokin aja deh!" aku mulai memasang jurus.
"Lho, pusing kok dikerokin?"
"Biasanya aku kalau pusing begini Mas!" aku berkilah tak mau kebohonganku terbongkar.
Mas Ronny menurut, dan mencari uang logam untuk mengeroki tubuhku.
"Jangan pakai uang logam, Mas! aku biasanya pakai bawang."
Setelah aku beritahu tempat bawang, Mas Ronny kembali lagi ke kamarku, kali ini kulihat wajahnya sedikit berkeringat, tidak tahu keringat apa. Segera aku tengkurap,
"Cepat, Mas, kepalaku tambah pusing, nih!"
Mas Ronny membuka selimut yang menutupi tubuhku, dan...
"Mbak Linda, kapan melepas baju?" nadanya terkejut sekali.
"Tadi, waktu kamu keluar," jawabku santai.
Hening sejenak, mungkin Mas Ronny masih bimbang menyentuh tubuhku.

"Ayo, Mas!"
"Iya... maaf ya Mbak!" aku mulai merasakan dinginnya air bawang di pundakku, gemetarnya tangan Mas Ronny terasa sekali.
"Kenapa tangan Mas gemetaran?"
"iya, aku nggak biasa," suaranya agak gugup.
"Rileks aja Mas," aku mencoba menenangkannya.

Akhirnya gerakan tangan Mas Ronny semakin lancar di punggungku. Aku mulai merasakan bulu kudukku bangun, terlebih saat tangan Mas Ronny mengeroki bagian belakang leherku. Segera aku membalikkan tubuhku, kini buah dadaku yang besar tepat berada di hadapan Mas Ronny,
"Mbak, depannya aku nggak berani."
Aku sudah tidak mau bersandiwara lagi,
"Mas, kalau depannya jangan dikerok, tapi dibelai," kulihat wajahnya sedikit pucat.
"Memangnya Mas Ronny nggak mau?" aku menantangnya terang-terangan.
"Aku nggak pernah, Mbak..." jawaban polosnya membuat aku sadar bahwa dalam urusan seks ternyata Mas Ronny tidak punya pengalaman apa-apa alias perjaka ting-ting.

Berpikir seperti itu, nafsuku kian bangkit, segera kudorong tubuhnya hingga rebah di atas pembaringanku. Kubuka kancing bajunya dan melemparkannya ke lantai. "Mbakk, jangan..." Mas Ronny masih berusaha menolak, tapi aku yakin suaranya hanya sekedar basa- basi, atau refleksi dari belum pernahnya. Aku mulai menciumi bibir Mas Ronny, kumis tipisnya terasa geli di bibirku. Tapi tak ada balasan.
"Mas Ronny kok diam saja," aku bertanya manja.
"Tapi, Mbak jangan marah.. ya?" tanyanya bodoh.

Orang aku yang minta kok aku marah? Mungkin disentakkan oleh kesadaran bahwa dirinya adalahlelaki, Mas Ronny langsung menyambar bibirku dan melumatnya. Aku berteriak senang dalam hati, malam inilah dahagaku akan terpuaskan. Ciuman kami berlangsung lama, jari- jariku bergerakmengusap dadanya, putingnya yang hitam kutarik-tarik, sementara jari-jari Mas Ronny mulai membelai buah dadaku, usapannya pada puting buah dadaku, membuat syaraf kewanitaanku bangkit, meskipun usapannya terasa agak takut-takut tapi kenikmatan yang aku peroleh tidak berkurang.Apalagi tekanan keras di pahaku membuatku segera sadar bahwa senjata Mas Ronny mulai bangkit.

Satu persatu pakaian kami bergelimpangan ke lantai, kini tubuh kami sudah bugil. Tubuhku ditindih Mas Ronny, perlahan-lahan mulut dan lidah Mas Ronny mulai menggelitik puting buah dadaku, yang terasa makin mengeras, "Mas... terusss... enak..." aku mulai merintih nikmat.Tanganku segera menggenggam senjatanya, tapi sungguh mati aku kaget dibuatnya, besar sekali.Lebih besar dari punya almarhum suamiku. Aku semakin bernafsu, kukocok perlahan senjatanya yangkeras dan kokoh, Mas Ronny merintih tak karuan.

Hisapannya semakin keras di buah dadaku membalas kocokan tanganku di senjatanya. Aku sudah tak tahan menunggu permainan Mas Ronny dibuah dadaku saja, nafsuku yang tertahan 3 tahun membuncah hebat dan menuntut penyaluran secepatnya. Dengan penuh nafsu aku segera ambil posisi di atas, tanganku terus mengocok senjatanya yang semakin panjang dan membesar, lidahku mulai menjilati dadanya yang ditumbuhi bulu-bulu halus, pada bagian putingnya kuhisap dan kugigit pelan.

"Mbak Linda... aku nggak tahan..." Kupercepat gerakan tanganku. Kulihat muka Mas Ronny semakin memerah. Mulutku yang mungil sampai pada senjatanya yang kaku, kujilati seluruh batang senjatanya, kugelitik haluslubang atasnya. Kumasukkan senjatanya ke dalam mulutku, "Uffhhh..." terasa penuh di mulutku, akibat besarnya senjata Mas Ronny.

Mulutku mulai menyedot-nyedot, sementara tanganku terus mengocok batang senjatanya. Remasan tangan Mas Ronny di rambutku semakin kuat, hingga akhirnya saat kuhisap kuat dengan kocokankupercepat, aku merasakan tubuh Mas Ronny bergetar hebat dan... "Mbakkk..." Mas Ronny menjerit,terasa cairan kenikmatan itu memenuhi mulutku, agak anyir, tapi aku menelannya sampai tuntas. "Daaar..." memang perjaka tulen, sebentar saja senjatanya sudah membesar kembali, dan siap bertempur.

Aku segera berjongkok di atas tubuhnya, kuarahkan senjatanya yang besar di lubang kewanitaanku yang sudah basah. Perlahan kuturunkan pinggulku, seret sekali, mungkin terlalu lama tidak dimasuki senjata pria, apa lagi senjata Mas Ronny yang besar dan panjang. Akumerasakan sedikit sakit tapi lebih banyak nikmatnya. Saat bulu kemaluan kami bertemu, dimana senjata Mas Ronny amblas seluruhnya ke dalam kemaluanku, sulit digambarkan kenikmatan yang aku dapatkan. Aku diamkan sejenak menikmati denyutan senjata Mas Ronny di liang kewanitaanku. Kulirik wajah Mas Ronny yang terpejam, mungkin menikmati remasan kewanitaaanku di seluruh batang senjatanya.

Perlahan aku gerakkan pantatku naik turun, kian lama gerakan pinggulku kian buas, aku sudah tak dapat menguasai lagi nafsuku yang sudah tertahan, sesaknya senjata Mas Ronny di kemaluanku ditambah cairan pelumas dari tubuh kami masing-masing menimbulkan suara- suara birahi seirama dengan gerakan pantatku. Akhirnya... "Mbakkk... aku nggak tahan..." aku rasakan semburan hangat di kewanitaanku, aku semakin cepat... menggerakkan pinggulku meraih puncak kenikmatan yang tinggal selangkah lagi, tapi senjata Mas Ronny keburu melembek hingga akhirnya mengecil.Aku tambah panik dan histeris dengan nafsuku yang tergantung. Aku mencoba membangkitkan kembali nafsu Mas Ronny, tapi setiap kali aku mau orgasme, Mas Ronny selalu mendahuluiku.

Sampai sekarang meskipun kami jadi sering berhubungan badan tapi belum pernah sekalipun aku orgasme. Kalau baru pertama aku masih bisa terima, tapi sudah yang kesekian kalipun masih begitu. Entahlah, kalau buat keperkasaan. Mas Ronny jauh dengan almarhum suamiku yang dapat membawaku ke puncak orgasme hingga 4 kali.

Saat cerita ini aku tulis, aku telah berpikir ingin menggantikan Mas Ronny dengan pria lain sebab percuma biar senjatanya besar dan panjang tapi tidak tahan lama.

TAMAT

Oleh: linda_xxx74@yahoo.com


Kirani


Kenalkan, panggil saja aku Raymond (Ray). Saat ini berusia 22 tahun, dan kuliah di sebuah universitas terkemuka di Surabaya, dan belum juga lulus. Nah, begini. Aku sama sekali tidak merasa diriku ganteng, pandai, ataupun alim. Aku mantan pecandu (hampir semua sudah aku coba) yang berhasil rehab (yang ternyata banyak sekali gunanya). Hampir setiap hari aku melakukan hubungan seksual dalam bentuk bagaimanapun, dan maaf-maaf saja, aku tidak pernah melakukannya dengan pereks ataupun pelacur, tapi perawan kampus maupun anak SMU, dan terkadang tangan kiriku. Ah.. itulah sebabnya. Aku merasa beruntung dilahirkan dari sebuah keluarga menengah, yang sanggup membelikanku sebuah city-z dan m35 untuk bekal kuliah. Hanya modal itu? Tidak dong. Modal utamaku = Mulut dan Otak! Mau tahu caranya? Coba kuulas pengalamanku baru-baru ini.

Aku mengenal Kirani sebenarnya melalui no. telp di phonebook HP temanku. Waktu itu, aku hanya sekedar iseng mengecek nomor-nomor cewek yang ada di situ. Dan, voila! Kulihat nama KIRANI. Ah, pertama kali tentu saja aku tidak berharap banyak. Siapa tahu toh tampangnya kayak kuntilanak, hueheuheuhe... tapi suatu hari, tapatnya tanggal 9 Desember 2000, karena nganggur abis, di samping pingin merasakan `fresh meat', kucoba menghubungi nomer telponnya.

"Hallo."
Lah kok suara bapak-bapak?
"Selamat malam, bisa dengan Kirani, Pak?" sahutku dengan nada sesopan mungkin.
"Dari siapa?" jawab suara di seberang.
"Dari Ray, Pak."
Dan bapak itu memintaku menunggu.
"Halo?"
Eh merdu juga suara si `neng' ini. Dan karena ia di rumah, padahal ini malam minggu, berarti...
"Halo? Kirani?" tanyaku dengan suara dimaniskan.
"Siapa ini?" gadis itu bertanya.
"Ray." Jawabku singkat.

Sistemnya begini, kita tidak bisa membuat cewek tertarik pada konversasi kita hanya dengan menggunakan interogasi lapuk seperti `rumahnya di mana', `kuliahnya di mana',`udah punya pacar belum'. Namun kita pasti bisa menarik perhatian seorang cewek apabila kita menyerbunya dengan sebuah cerita atau pertanyaan spesifik di luar identitasnya. Dan itulah yang kulakukan, tanpa memberinya kesempatan untuk menanyakan identitasku.

"Ah, cuman Ray saja." jawabku, dan dengan cepat kulanjutkan, "Aku pingin curhat..." dan membiarkannya bingung dan merasa lucu sendiri, akhirnya (90% cewek selalu begini) ia berkata, "Oke deh, curhat apa?"
Masuk, kan? Kalau dia tidak bilang begitu, tinggal saja. Cewek seperti itu takkan bisa masuk perangkap... hehehehe.
"Begini, Rani..." dan akupun mengarang cerita tentang betapa cintaku dikhianati seorang gadis yang sudah kukasihi sekian tahun lamanya, betapa hatiku sedih membayangkan seluruh pengorbananku sia-sia dan sebagainya (pokoknya yang sedih-sedih dan semua salah si cewek).
"...begitu." aku mengakhiri ceritaku, "Bagaimana menurutmu?"
"Gimana, yaa..." suaranya terdengar ragu, "Menurutku sih, yang salah ceweknya..."

Sampai di sini aku menarik nafas lega, jadi aku sudah berhasil menarik simpatinya atas penderitaanku. Dan kami berbincang-bincang cukup lama mengenai masalah itu sampai akhirnya ia kembali menanyakan, "Ray siapa sih? Tahu nomer telponku dari mana?" Namun tentu saja dengan nada yang lebih akrab. Oh, satu hal yang selalu kupegang, jangan pernah terlalu banyak cerita mengenai diri sendiri, karena mendengar cerita lawan bicara dengan baik akan memberikan kesan yang baik pula, cerita mengenai diri sendiri justru akan bernuansa membosankan. Jadi kujawab apa adanya dan kuajukan pertanyaan universal yang membuatnya banyak omong kepadaku, sampai akhirnya ia bertanya sendiri, "Dih, aku cerewet yah?" Oh, tentu tidak. Ceritamu sangat menarik, walaupun aku ngantuk mendengarnya, dan rokokku hampir habis. Hehehehe.

Jadi aku berhasil mendapatkan alamatnya, cukup, jangan mendesak lebih lanjut, kukatakan aku akan menelponnya besok, ia setuju, dan tanpa menunggu lebih lama, aku langsung menuju ke jl. Gubeng Airlangga xx no. xx. Tidak mampir, aku hanya melihat dan melewatinya saja. Santai, tak perlu terburu-buru. Dan daripada nganggur, aku langsung berangkat ke kos- kosan te-te-em (teman tapi mesra) ku di Barata Jaya xx. Mengajaknya keluar jalan-jalan dan membujuknya hingga dia mau menghisap penisku di dalam mobil.

Keesokan harinya, tepat pukul tujuh malam, sesuai janji kemarin, aku melancarkan serangan berikutnya. Kali ini kuawali dengan bercerita tentang sebuah tabrakan maut yang entah di mana (aku lupa, soalnya aku hanya mengarang saja, hehehe), yang membuatnya sangat tertarik, lalu menarik simpatinya dengan pengalamanku dengan mantan kekasihku, si narkoba, dan membahas topik permasalahan kemarin, sehingga aku berhasil berbicara dengannya kurang lebih satu jam setengah. Seperti biasa pula, cewek akan merasa akrab kalau kita bisa membuatnya tertawa, senang, dan banyak omong. Sehingga...

"Rani, aku pingin tahu wajahmu loh." kataku tiba-tiba.
"Kapan? Sekarang? Udah malam lagi." kudengar Rani berkata di seberang. Jadi sudah boleh, kan.
"Besok, jam lima sore."
Jangan membuat langkah ragu, dan pilih waktu yang tak membuatnya curiga.
"Okeh, nggak pa-pa. Kutunggu."
Pembicaraan yang lama akan membuat seseorang lupa ketika berjanji, sehingga Rani lupa bahwa besok masih puasa, jadi aku bisa menawarkan berbuka puasa bersama setibanya di kosnya. Lumayan cerdik? Tentu saja. Oh, beberapa hari ini kukonsentrasikan energiku untuk mengejarnya, jadi sejenak aku mengesampingkan tuntutan nafsuku, paling tidak sampai aku mendapatkan Rani.

Semuanya berjalan lancar-lancar saja. Jangan pernah menunjukkan perubahan dari gaya bicara di telpon dengan saat bertemu, seburuk apapun kemungkinan yang akan terjadi. Dan ternyata, wow, sangat jauh dari buruk. Heran juga kenapa temanku bisa dapat no. telpon si Rani. Anaknya cantik, kulitnya putih bersih, rambutnya bergelombang mengingatkanku kepada Bella Saphira, hanya dadanya sedikit kecil untuk tipeku, selebihnya oke-oke saja, bahkan sangat oke. Kuusahakan membuat ia tertawa terus, dengan mengarang cerita-cerita konyol dan memainkan raut wajahku. Matanya berbinar-binar, sebagai pernyataan keakrabannya denganku. Dan ketika aku mengingatkannya pada waktu buka puasa, setelah menunggunya shalat (aku shalat darurat di mobil, hehehe), kamipun meluncur mencari tempat makan. Oh, tentu saja kuusahakan mencari tempat kelas menengah yang menimbulkan kesan atraktif, seperti Wapo Airlangga, misalnya.

Selama perjalanan, aku agaknya berhasil membuatnya terpesona dengan sikap gentle-ku. Ia tersenyum manis saat kuberikan sebatang Toblerone (yang sudah kusiapkan sebelumnya), dan mengucapkan terima kasih saat kubukakan pintu mobil untuknya. Dan ketika aku menanyakan kapan ketemu lagi (bukan `boleh ketemu lagi?'), ia langsung mengatakan, "Jumat aku kosong." Dan lihat, semuanya sangat perfect!

Hari Jumat aku mengajaknya jalan, dengan terlebih dahulu memberikan alasan bahwa aku paling bosan duduk terus, dan dengan keakraban yang sudah terjalin, alangkah mudahnya mengajaknya keluar. Hari itu aku mengajaknya ke Pizza Hut di Plasa Tunjungan untuk sekedar minum dan makan salad, karena kami sudah berbuka puasa sendiri-sendiri sebelum aku ke kosnya. Kali ini perbincangan kami seputar tipe cewek idamanku, dan tipe cowok idamannya.

Dan tentu saja, dengan menjadi pendengar yang baik, aku bisa mencocokkan tipe cewek idamanku dengan sifat-sifatnya yang sudah kukira-kira dari cerita-ceritaya selama beberapa hari yang lalu. Dan aku tahu, tipe cowok idamannya pastilah sudah kupenuhi semua, kecuali studi tentu saja, soalnya aku paling malas kuliah. Aku tahu, kemungkinan untuk me'nembak'nya saat itu masih 80% berhasil. Jadi kuputuskan untuk menahan sabar. Aku hanya memancing dengan kata-kata, "Enak yah, punya cewek kaya kamu." Dan itu bisa membuatnya tersanjung, membubung tinggi ke awang-awang... dan... brukkk? Oh, itu nanti saja.

Sabtu besoknya, nah ini yang seru. Pukul sembilan malam, aku menelponnya tiba-tiba, yang tentu saja membuatnya bertanya-tanya. Dan kubilang, ada hal penting yang membuatku harus ke sana sekarang juga. Karena itu `hal penting' akhirnya ia bersedia menemuiku. Hohoho... sesampainya di kosnya, aku langsung berlutut, tanpa mempedulikan teman- temannya yang lagi nonton TV di ruang tamu. Memegang tangannya dan memintanya menjadi pacarku. Hehehe, wajahnya tersipu, dan aku tahu dalam keadaan begini, dilihat oleh teman- temannya, hanya 1% kemungkinanku untuk ditolak. Dan begitulah, ia ikut berlutut dan menganggukkan kepalanya, diiringi suit-suit teman-temannya yang menyaksikan kami. Dengan luapan kegembiraanku (berhasil! berhasil!) kupeluk pinggangnya yang ramping dan kuangkat tinggi-tinggi, membuatnya menjerit-jerit kecil dan teman-temannya tertawa. Aku, langsung pulang, membiarkannya larut dalam kejadian yang mungkin baginya sangat luar biasa, hahaha... jahatnya aku.

Minggu besoknya, kami berdua menghabiskan waktu di Dunkin's Donuts, sambil bercerita `ngalor-ngidul'. Oh, Rani yang lugu. Tarkadang terselip rasa menyesal... masa? Hohoho...
Hari Selasa, minggu lalu, aku berhasil mencium bibirnya, untuk hal ini, aku selalu menjaga reputasiku yaitu dengan tanpa harus mengajukan pertanyaan bodoh seperti "boleh kucium bibirmu?". Kalau pingin cium, ya cium saja. Itu prinsipku, buat apa tanya?

Jumat kemarin, aku mengajaknya shalat tarawih. Setelah itu, aku mengajaknya berputar- putar di jalanan Surabaya, sambil memeluk dan menikmati lengan kiriku yang tertekan `susu'-nya. Dan sampailah kami di saat setan lewat, dimana kami diam menikmati `kebersamaan' kami.
Nah, saat itulah kubisikkan di telinganya, "Rin, ke rumahku yuk."
Rina hanya menggelendot manja di pelukanku.

Ah ya, aku tinggal di Surabaya dengan mengontrak sebuah rumah yang lumayan di daerah Rungkut Harapan. Aku tinggal bersama dua orang temanku. Yang tentu saja sudah kusuruh ngacir ketika aku berhenti untuk mengisi bensin.
Lalu...

Rani tidak meronta ketika sambil berdiri kupeluk dan kulumat bibirnya. Aku tidak pernah menutup mataku kalau sedang berciuman, hal yang bodoh, karena melihat matanya yang terpejam dan hidungnya yang kembang-kempis merupakan sebuah kenikmatan tersendiri bagiku. "Ahh..." kudengar nafasnya yang mendesah saat kupegang dan kuremas payudaranya dari lapisan bajunya, "Oohhh.. hhh..." kurasakan nafasku juga sedikit memburu, kumasukkan tanganku ke dalam bajunya, meraba raba cup BH-nya, menikmati kekenyalan `bemper'nya. Kubiarkan saja tangannya tergantung di sisi-sisi tubuhnya, lagipula, Rani (sesuai pengakuannya) kan masih hijau dalam berpacaran.. hehehe... bingung kali dia harus ditaruh di mana tangannya, tidak seperti Eci yang pasti sudah langsung merogoh celanaku.

"Mmmhh..." kulumat bibirnya yang terbuka, dan kutekan pantatnya dengan tangan kananku sehingga menekan penisku yang mulai `siap grak'. "Hhhh..." hembusan nafasnya terasa mulai cepat... dengan tetap memeluknya (dan tanganku masih meremas payudaranya), kubimbing dia memasuki kamarku. Toh nggak ada orang, jadi kubiarkan pintu kamar terbuka. Kududukkan dia di tepi ranjangku, sip. Kuangkat kakinya dan kujatuhkan kepalanya sehingga ia berada dalam posisi terlentang, sementara aku berjongkok di sebelah ranjang. Kulumat lagi bibirnya, sementara tangan kananku mengangkat bajunya hingga BH-nya menyembul keluar, dan menyelipkan tanganku di BH-nya, merasakan putingnya yang mulai mengeras di ujung jari-jariku.

"Ahhh... uhhh..." Rani mulai mendengus-dengus menikmati sentuhanku. Tanpa pikir panjang, langsung kuraih kancing celananya dan menarik reitsletingnya, ehk, tangannya memegangi tanganku, matanya mendadak terbuka... ups... "Sssshh.... kamu percaya kan sama aku?" bisikku di bibirnya. Dan kulumat bibirnya sebelum ia sempat menjawab apapun. Kurasakan pegangannya pada tanganku melemas, matanya mulai terpejam lagi. Jadi kuteruskan saja.

Kumasukkan tanganku di lipatan celana dalamnya yang berwarna krem, merasakan bulu-bulu vaginanya yang lebat, memijat-mijat permukaan vaginanya, merasakan tanganku basah oleh `cairan'nya. "Aahhh... hhh... mmm..." kudengar nafasnya yang mendesah-desah dan matanya berkerut-kerut saat kujepit labia mayoranya dengan jari-jariku, memainkannya, memijat-mijatnya, dan kepalanya tertarik ke belakang saat jari tengahku menemukan kelenjar vaginanya dan menekan-nekan serta menggosok kelenjar tersebut.Akupun tenggelam dalam kenikmatanku sendiri, `adik'ku sudah tegang sekali, jadi akupun bangkit berdiri, melihat matanya yang masih terpejam dan bibirnya yang tergigit.

"Ray.. hhhh..." kudengar ia mengeluh sambil memandangiku saat kutarik celananya berikut celana dalamnya. Bulu-bulu vaginanya terlihat lebat dengan celah yang mengundang, bibir vaginanya tampak memerah, mungkin akibat gesekan dan pijatan jariku tadi. Dan tanpa menunggu reaksinya lebih lanjut, kumasukkan kepalaku ke dalam lipatan pahanya dan menjilat penuh nafsu, "Aahhkkk... nnggghh..." kudengar ia mengeluh, badannya bergerak- gerak, pahanya menjepit kepalaku saat kugerakkan lidahku menjilat-jilat kelenjar vaginanya. Kunikmati rasa anyir yang memasuki mulutku, kuangkat tanganku, meraih kedua buah dadanya sekaligus, dan menekan-nekan memijat-mijat, membuatnya menjambak-jambak rambutku, pantatnya mulai terangkat dan bergerak liar.

Kutinggalkan vaginanya, dan bangkit berdiri, lalu melepas bajuku dan celanaku. Oh... Rani rupanya lebih memilih untuk tidak melihatku telanjang. Ya sudah, pikirku. Kubuka pahanya dan kutempelkan batang penisku ke atas vaginanya. Mmmhhh... kunikmati benda yang empuk itu menekan penisku. Kubiarkan saja. Kuciumi bibirnya dan kuangkat punggungnya, melepaskan kaitan BH-nya, dan mengangkat bajunya melewati kepala dan tangannya, sementara Rani hanya pasrah saja, sambil sesekali mengeluh nikmat. "Ahhh..." kuhembuskan nafasku penuh kenikmatan saat kujatuhkan tubuhku menempel ke tubuhnya yang telanjang. Kugerak-gerakkan pinggulku, mambuat penisku menekan dan menggesek kemaluannya. Kuciumi matanya, hidungnya, bibirnya, dagunya, menelusuri lehernya, ke dadanya, kuremas payudaranya dan kuhisap putingnya yang berwarna coklat muda secara bergantian.

"Ray... ahh..." kudengar Rani menyebut-nyebut namaku penuh kenikmatan, kutekan penisku lebih kuat, menggesekkannya menelusuri celah vaginanya, licin, terkadang kutarik penisku agak jauh turun, dan menekan maju, sehingga menekan lubang vaginanya dan menyibakkan bibir-bibirnya ke samping. "Ahhhh... kkk... hhh... aahh..." nafasku memburu, dadanya terasa hangat di dadaku, kuciumi lagi bibirnya yang terbuka terengah-engah, kuangkat sedikit dadaku, membiarkan ujung-ujung putingnya menyapu kulitku, kupegang pantatnya dengan tanganku dan kutekan lagi penisku. "Rani... uhhh..." aku mulai terbawa nafsuku sendiri.

Kutarik lagi penisku, dan kali ini menekannya agak kuat, dan (aku sendiri kaget) Rani menjerit kesakitan saat ujung penisku mendadak masuk persis di lubang vaginanya.
"Ray... jangan..."
bangsat... kepalang tanggung.
"Rani... please..." desahku, ujung penisku masih menancap sedikit di ujung lubangnya yang sempit.

"Ray... jangan, Ray..."
Shit... kutekan lebih dalam... Rani menjerit kecil, "Aaaachkkk... nnggghh..." kulihat air mata menetes di pipinya. Shit... shit.... kugigit lehernya dan.. shit... kutekan sekali lagi lebih dalam.
"Ray... hhkkk..."
Kutarik.. kutekan lagi.
"Rani... uhhhh..."

Ahhkhkkh.. dan cepat-cepat kutarik keluar sebelum spermaku memasuki vaginanya. Kulepaskan gigitanku, merasakan penisku yang menempel di sprei ketika kuturunkan pantatku. Keringat membasahi tubuhku.
"Rani ..?" kucoba memanggil namanya, "Rani...??"
"Rani..!!" kuangkat tubuhku, dan kulihat mukanya yang memerah. Buliran air mata tampak jatuh dari ujung matanya, Rani menggigit bibir bawahnya, matanya terpejam dan alisnya berkerut, hidungnya kembang-kempis. Shit... kulirik ke bawah dan alangkah terkejutnya aku melihat setitik gumpalan darah kehitaman menodai ujung penisku yang mulai mengecil.

"Rani... sakit ya?" tanyaku sambil kuturunkan tanganku menyentuh celah vaginanya, menggosok-gosok sebentar. Kulihat mata Rani masih terpejam dan air matanya masih keluar, bibirnya bergetar. Kugosok lagi celah vaginanya dengan gerakan memijat dan kugosokkan di kulit pantatku.
"Rani... sori yah... sakit?" terus kuulang-ulang pertanyaan itu sambil tetap menggosok-gosok, akhirnya kulihat tangannya terangkat menutupi matanya, dan Rani mengangguk perlahan.
"Uuuuh.. sayang..." kukecup manja bibirnya.
"Kusayang, yah?" tanyaku pelan dan dia mengangguk. Kuturunkan kepalaku ke perutnya, terus turun sehingga aku dapat melihat dengan jelas kondisi vaginanya. Wah, lumayan hancur.

Kuperhatikan dengan seksama, memastikan tak ada noda yang menempel, kubelai noda-noda yang tersisa dengan tanganku, membaurkannya dengan air liurku, dan menggosokkannya di pantatku sambil berkata, "Disayang, yaa... cup cup..." Sebentar- sebentar kutekan permukaan vaginanya, memastikam cairan itu tidak keluar lagi. Setelah yakin semuanya bersih. Kutarik tubuhku ke sampingnya, kupeluk Rani dengan mesra, dan kubisikkan di telinganya,
"Rani... kamu tahu apa yang membuatku senang saat ini?"
Rani menggeleng lemah, tangannya masih menutupi matanya.

"Hihihi... bener mau tahu?"
Rani diam saja... bahunya masih bergerak-gerak.
"Ngga sampai bobol kok... tuh lihat saja... masih bersih..."
Dan Rani mengangkat tangannya, tertawa sambil menangis dan memelukku.
"Kan aku sudah bilang tadi... percaya dong sama Ray," ucapku setengah berbisik, dan kukecup keningnya. Ahh... Rani.

Uwaahh... aku mungkin harus bersyukur entah pada setan mana soalnya spreiku tak sampai ternoda, bisa cialat deh kalau Rani melihat ada noda di situ. Dan... satu lagi nama perawan masuk ke buku harianku.

Mungkin pembaca 17Tahun.com bertanya padaku, kenapa bisa semudah itu Rani bisa diajak bercinta, oh, Rani bukan cewek gampangan. Tapi yang terpenting, carilah cewek yang di bawah kelas kamu, lugu, agak jauh lebih muda, dan berikan dia pesona dan sebuah keoercayaan, then... see now ?

Hmm, sampai sekarang aku masih berhubungan dengannya, sambil mencari-cari cara bagaimana untuk meninggalkannya. Beberapa teman cewekku menawarkan untuk membantu, tapi sepertinya aku mempunyai cara sendiri, mungkin setelah tahun baru. hehehehe... kita lihat saja, oke. Tunggu saja.


TAMAT


Nafsu Birahi Tante Etty


Nama saya Andi sekarang umurku sudah 34 tahun dan sudah berkeluarga, namun karena pengalaman masa lalu membuatku menjadi terobsesi dan horny bila melihat tante-tante atau ibu-ibu yang menurutku sangat menggairahkan dalam bermain seks. Inilah kisahku yang terjadi 7 tahun lalu tepatnya ketika aku berumur 27 tahun dan masih menjadi lajang.

*****

Dalam keluarga aku merupakan anak paling tua dari 4 saudara, namun dirumahku hanya ada aku, ibu dan adikku yang perempuan dan masih SMA. Sedang ayahku sudah almarhum. Sementar dua adikku yang lain sedang kuliah dikota S. Usaha ibuku sendiri adalah berdagang dengan membuka kios kelontong di pasar. Ibu selalu berengkat ke pasar mulai pukul 5 pagi dan kembali pukul 4 sore dan jika pulang selalu bersama adikku yang paling bontot karena setiap pulang sekolah adikku selalu membantu ibu di pasar.

Selain aku, ibu dan adikku dirumahku juga tinggal Bu Etty yang menempati kamar depan. Dia berusia sekitar 39 tahun namun belum dikarunia anak karena mandul dan Bu Etty ini hidup menyendiri karena cerai dengan suaminya yang menikah lagi dengan wanita lain. Bu Etty ini boleh menempati kamar depan dengan alasan ibuku ingin membalas jasa Bu Etty yang telah memberi jalan hingga bisa membuka toko. Kegiatan Bu Etty sekarang adalah membuka usaha jahitan kecil-kecilan itupun dengan cara dia yang mencari konsumen dan dia mengerjakan sendiri di kamarnya.

Awalnya aku tidak pernah memperhatikan bentuk tubuh wanita ini karena aku sendiri juga sibuk bekerja, namun begitu setelah 6 bulan berselang kupikir ada yang lain dari dirinya.. Pada saat itu hari Sabtu kebetulan sekali aku libut dan seperti biasa pada jam 9 pagi aku baru bangun maklum libur. Ketika aku keluar kamar dan menuju kamar mandi langkahku terhenti di depan pintu kamar mandi, aku mendengar ada yang mandi dan karena dirumahku tidak ada pembantu sudah pasti didalam adalah Bu Etty.

Maka akupun langsung kembali dan menuju ruang tamu dan duduk menonton TV. Tak lama kudengar pintu kamar mAndi dibuka, dan kulihat Bu Etty dengan handuk yang melilit tubuhnya berjalan menuju kamarnya, otomatis dia melewati aku yang sedang duduk.

"Eh... Andi sudah bangun," katanya sambil tersenyum dan berlalu. Dengan agak gugup karena menyaksikan pemandangan yang baru pertama kali ini aku menjawab dengan terbata-bata.

"I.. I.. Yaaa... Bu.. Etyy" jawabku, namun mataku tak lepas memandangnya saat dia berlalu menuju pintu kamarnya. Betapa tidak sebab menurutku handuk itu tak cukup untuk menutupi tubuhnya yang paling sensitif. Dibagian atas kulihat betapa buah dada itu ingin tumpah keluar karena besarnya dan membuatku langsung ngaceng ingin memegang susu itu. Dan dibagian bawah pahanya terlihat sangat padat dan putih bersih.

Mungkin karena dia belum pernah melahirkan jadi walaupun sudah berumur tapi badannya masih terlihat kencang. Dan ketika dia masuk kamar akupun iseng dan bangun untuk mengintip dari lubang kunci. Kulihat didalam Bu Etty belum mengenakan pakaian malah handuknya sudah tidak ada ditubuhnya dan praktis dia sedang telanjang bulat. Kulihat dia sedang mengeringkan rambutnya dengan posisi duduk di samping ranjang dan aku dapat melihat dengan jelas karena posisinya yang selalu berubah-rubah.

Jelas sekali terlihat betapa bentuk buah dada itu benar-benar indah dengan ukuran yang kutaksir lumayan besar sekitar 36C dan belum turun maklum belum pernah menyusui. Dibagian bawah terlihat sekali rambut disekitar selangkangannya lebat dan tampak gundukan yang benar-benar mempesona.

Tak terasa olehku saat mengintip tanganku pun ikut meremas-remas celanaku terutama penisku, dan sekitar 10 menit aku berlalu Bu Etty sudah hampir mengenakan pakaiannya sementara aku juga sudah tak tahan, maka kuputuskan untuk langsung menuju kamar mandi. Didalam kamar mandi aku langsung menanggalkan pakaianku dan beronani sambil membayangkan Bu Etty. Dimana kubayangkan aku sedang menghisap puting susunya sementar kontolku juga sedang menembus memeknya. Dan akhirnya...

Crot... Crot... Crot... Aachh... tak terasa pejuku muncrat ke tembok yang langsung membuat sekujur tubuhku lemas. Dan akupun segera mandi dan langsung keluar rumah dan pergi ke tempat teman-temanku. Semenjak kejadian pertama kali mengintip Bu Etty aku jadi sering beronani sambil membayangkan dirinya dan aku pun selalu memperhatikannya bila aku dan dia sedang berada di rumah. Entah berapa lama tepatnya pada malam minggu sepulangnya aku apel dari rumah pacarku. Kulihat dirumah sepi sekali yang ada hanya Bu Etty yang sedang menyulam di ruang tamu sambil menonton TV.

"Malam... Tante" ujarku.
"Malam juga... Baru pulang apel nih", ledeknya dengan tersenyum. Dan kulihat betapa senyumnya terlihat genit sekali.
"Iya dong... Biasa anak muda" balasku.
"Andi... Ada pesan dari ibumu, katanya dia dan adikmu hari ini nginep ke rumah pamanmu dikarenakan ada arisan keluarga, jadi kamu jangan kemana-mana" katanya.
"Iya... Deh" akupun pamit dulu untuk ganti baju dan celana pendek.

Sekitar 15 menit aku sudah berada di ruang tamu namun Bu Etty sudah tak terlihat disana dan rupanya beliau ada di kamar, tapi pintunya dibiarkan terbuka dan terlihat dia sedang membuat pola jahitan dan begitu melihat diriku pintu itu bukannya ditutup malah tetap terbuka karena dia tetap mengajakku ngobrol.

Akupun rilek saja sambil nonton TV, tapi bukan TV yang kulihat sebab kulihat Bu Etty menggambar pola dilantai sehingga tampak dengan jelas susunya seperti mengundangku untuk menjamahnya sebab saat menggambar posisinya nungging-nungging. Penisku pun langsung berdiri dan aku juga berpikir sengaja atau tidak Bu Etty bersikap seperti itu, karena baju yang dikenakan juga kemaja itupun juga tanpa lengan sehingga kalau dari samping tampak BHnya terlihat dengan jelas. Aku yang semakin tegang menjadi pusing tidak karuan membayangkannya dan walaupun keadaan rumah kosong tapi aku tidak berani berbuat nekat karena aku sangat menghormatinya.

Dan ketika waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam kulihat dia sedang beres-beres, dan setelah selesai dia bergegas keluar kamar dan menuju kamar mandi. Pada saat berjalan kulihat betapa bongkahan pinggulnya meliuk-liuk indah. Dan setelah keluar dari kamar mandi dia duduk di ruang tamu untuk nonton TV denganku sambil mengibaskan tangannya di depan wajahku.

"Kamu lihat ibu, kaya lihat hantu aja" sambil tersenyum.
"Oh... Enggak... Cuma bingung aja, Bu Etty sudah setengah baya kon masih terlihat cantik" balasku.
"Hus... Belajar ngerayu lagi" cibirnya.
"Benar bu... Saya serius" balasku.
"Eh... Andi... Ngerayu terus. Sudah sini pijitin ibu. Ibu pegel nih" katanya sambil membalakangiku dan menepuk pundaknya.

Akupun menurut saja dan langsung memijit pundaknya dan Bu Etty pun menggeliat keenakan bahkan matanyapun sudah mulai sayu dan terpejam-pejam. Sementara aku yang memijit semakin tidak karuan karena penisku sudah ngaceng karena sambil memijit kurapatkan tubuhku ke tubuhnya. Entah keenakan atau sudah lelah kulihat mata Bu Etty terpejam dan dia juga sudah menyender dengan tubuhku. Kuberanikan memijit bagian lengannya dan aku pun juga sudah memeluknya tapi tanganku hanya berada di perutnya.

Dengan pelan tapi pasti karena hasratku sudah ingin sekali maka kuberanikan diri melepas kancing bajunya satu persatu, dan setelah terlepat tampat jelas susu Bu Etty yang masih dibungkus branya dan akupun sangat tertegun melihat pemandangan itu. Untuk menyentuhnya aku tidak berani jadi aku cukup memandangnya. Namun tiba-tiba terdengar Bu Etty bicara.

"Andi... Kenapa cuma kamu liatin aja susu ibu" dan tangannya tiba-tiba menarik tanganku.
"Remas... Sayang... Kan kamu selama ini cuma ngebayangin doang, ibu tahu kok kamu suka intipin ibu."

Aku berpikir rupanya selama ini dia tahu, dan tanganku sudah berada di atas buah dadanya dan dibimbing oleh nya untuk meremas-remas walaupun masih terbungkus BH. Sambil meremas mulutkupun tak tinggal diam kucium lehernya dan wajah Bu Etty berpaling ke arahku dengan mulut yang menganga. Langsung kusambar bibirnya dan kukulum habis. Ujung lidah kami beradu, kutelusuri lidahnya sampai kami kehabisan napas.

Aku dan Bu Etty sudah tak tahan, kurebahkan dia disofa, kucium tubuhnya dari muka, dada, perut paha, dan betisnya. Naik lagi dan kutindih tubuhnya. Dia pun mengerang yang membuatku semakin terangsang, kubuka celana pendekku.

"Jangan disini sayang, kurang nikmat" tiba-tiba Bu Etty berkata. Kami berdiri, dan Bu Etty langsung memelukku dan sebelah tangannya langsung memegang penisku dari luar celana pendekku yang tadi tidak sempat kulepas. Tangannya meremas- remas penisku yang sudah tegang dengan penuh nafsu.

"Lumayan juga punyamu Andi..."
"Ibu sudah lama sekali tak merasakan senjata laki-laki... Sayang"

Dan dia dengan kasarnya langsung menarikku menuju kamarnya. Pintu kamar dikuncinya cepat-cepat, kubuka bajuku dan Bu Etty langsung jongkok dan melepaskan celanaku dan langsung memegang penisku lalu dengan buas dan penuh nafsu langsung dimasukkannya ke dalam mulutnya, dijilat, dihisap-hisap, dicium, dan dihisap lagi. Sementara aku hanya bersandar pada tembok sambil menikmati kontoku yang baru pertama kali masuk ke dalam mulut perempuan membuat darahku dan otakku menjadi buntu. Badanku rasanya makin bergetar dengan tulang yang mau berlepasan dan tubuh berkelojotan nikmat.

Aku tak tahan dan minta rebahan di ranjang. Dengan tetap BH melekat di dada dan rok yang masih digunakannya, mulutnya langsung mengejar burungku, dia cium, jilat dan hisap. Aku semakin bergelinjang, melayang-layang dan mataku pun mulai berkunang-kunang.

"Bu... Etty... Oohhh... Terus bu" hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.

Hingga dipuncaknya karena nikmat yang tak tertahankan aku tak sempat untuk memberitahunya kalau pejuku mau keluar. Hingga akhirnya... akhhh...
Croot... Croot... Croot... Crooottt
Pejuku muncrat didalam mulutnya, dan dia bukannya melepaskannya tapi malah bernafsu untuk menghisapnya, menelannya dan terus menghisap-hisap penisku sampai bersih, kasat dan ngilu rasanya. Dan aku pun langsung lemas. Kucoba untuk bangun dan duduk sementar Bu Etty segera ke meja rias mengambil air untuk diminum dan memberiku juga segelas air.

"Ibu telan? Apa ibu tidak jijik?" tanyaku bodoh.

Bu Etty menggeleng, justru mukanya cerah dan kepuasan terpancar diwajahnya.

"Ibu suka... Sayang menghisap pejumu, apalagi peju yang keluar dari kontolmu terasa segar dan enak" ucap Bu Etty lamu menciumku dan muka, sampai dadaku, dan memainkan lidahnya diputingku sementara tangannya meremas-remas penisku.
"Ayo sayang, Ibu pingin kamu juga puas"' ucap Bu Etty mesra, penisku yang telah terkulai lemas karena sudah keluar sprema mulai menegang lagi dan Bu Etty kembali mengulum dan menghisap-hisap penisku dengan buas.

Kubuka BH-nya dan roknya serta CD nya sekalian dan Bu Etty berdiri untuk memudahkan aku menelanjanginya. Tubuhnya yang telanjang bulat langsung ku terkam dan kutindih. Dua payudaranya yang besar itu menjadi sasaranku, kuhisap putingnya bergantian, tangannya pun langsung meraih kepalaku dan menekan kedadanya dan dari mulutnya keluar suara mendesis-desis bagai ular kepanasan

"Esssttt... Ssstt... Sedot yang kuat sayang"
"Yaahh... Begitu isep... Kamu suka kan... Susu ibu... Ooohhh"

Aku tidak menjawab karena aku memang sedang sibuk menghisap, menyedot layaknya bayi yang seharian belum menetek pada ibunya. Dan setelah puas menghisap dan menetek lidahku turun kebelahan dadanya terus meluncur keperutnya hingga akhirnya lidahku sampai pada gundukan yang berbulu sangat lebat.

Dengan kedua tanganku kusibakkan bulu di vaginanya. Kulihat belahan vaginanya yang memerah mengkilat dan bagian dalamnya ada yang berdenyut-denyut. Kuciumi dengan lembut, bau wanginya membuat sensari yang aneh. Tak pernah ada bau seperti ini yang pernah kukenal. Dengan hidung kugesek-gesekkan belahan vagina Bu Etty sambil menikmati aromanya. Erangannya dan gelinjang tubuhnya terlihat seperti pemandangan yang indah sekaligus menggairahkan. Kedua tangannya meremas-remas sendiri payudaranya.

"Aakhhk... Eekh... Nikmat sekali sayang. Terus sayang".. Rintihnya. Kujulurkan lidahku, kujilat sedikit vaginanya, ada rasa asin. Lalu dari bawah sampai ke atas kujulurkan lidahku, menjilati belahan vaginanya. Begitu seterusnya naik turun sambil melihat reaksi Bu Etty.

"Akkhh... Aachh... Aakkhh..." Bu Etty terus merintih nikmat, tangannya mencari tanganku, meremas-remas jariku lalu membawanya ke payudaranya. Aku tahu dia ingin yang meremas payudaranya adalah tanganku. Begitu kulakukan terus, kedua tanganku meremas-remas payudaranya, mulutku menjilati dan menghisap-hisap memeknya

"Aakkhh... Sudah sayang... Sudah... Ayo sekarang sayang... Ibu sudah tak tahan. Aakkhhh... Masukkan kontolmu sayang, masukkan ke vagina ibu... Cepet sayang... Oohhh.." desahnya meraih kepalaku agar menghentikan jilatanku di vaginanya.

Tanpa harus mengulangi permintaannya langsung saja aku merangkak naik menindih tubuh Bu Etty. Bu Etty melebarkan pahanya dan penisku menuju vaginanya. Beberapa kali ku coba, memasukkan penisku dalam lobang memeknya namun selalu gagal. Tangan Bu Etty lalu menyambar penisku dan menuntunnya membimbing ke lobang memeknya.

"Yah... Itu sayang... Tekan sayang... Tekan disitu... Aacchh... Ayo sayang... Tarik dan tekan lagi... Ibu tak tahan... Oocchhh... Ackh... Enak sekali kontolmu Andi... Oocch..." Bu Etyy merintih kenikmatan ketika penisku ketekan seluruhnya ke lubang memeknya.

Batang penisku rasanya terjepit oleh dinding yang sangat lembut di dalam vagina Bu Etty dan kurasakan seperti berdenyut-denyut dan mnghisap-hisap, nikmat luar biasa karena ini yang pertama kali kurasakan. Bu Etty menggoyang-goyangkan pinggulnya. Setengah berputar-putar dan kadang naik turun. Penisku yang tertancap di vaginanya yang setengah becek dibuat seperti mainan yang membuat nikmat.

"Ayo... Sayang... Ayo... Tekan terus sayang Ibu sudah tak tahan" rintih Bu Etty dengan mata setengah terpejam dan mulutnya yang setengah terbuka mendesah-desah dan kiat kuat juga menggoyang-goyangkan pinggulnya. Akupun terus mengimbangnya sampai tiba-tiba Bu Etty terdiam dan kedua tangannya merangkul leherku kuat-kuat dan dari mulutnya keluar desahan panjang.

"Aacckh... Acckh... Oohh... Oohh..." dan bersamaan dengan rintih kepuasaannya diapun terkulai lemas, sedang diriku masih belum mencapai klimak.
"Ooh... Sayangku... Andi... Maafkan ibu"
"Abis ibu nafsu sekali ngewe dengan kamu sayangku"

Aku hanya diam dan tersenyum.
"Kamu kuat sekali sayang... Gantian sini ibu yang diatas kamu" tambahnya. Akupun merubah posisi dimana sebelumnya Bu Etty melap dulu vaginanya dengan lap seadanya. Bu Etty sekarang menunggani tubuhku, perlahan dia mulai bergoyang dan kurasakan peniku terasa lebih masuk dalam lobang vaginanya.

Dengan posisi diatas tubuhku tampak sekali payudaranya lebih besar dan semakin menantang. Bu Etty berjongkok diatas pinggangku menaik-turunkan pantatnya, terlihat jelas bagaimana penisku keluar masuk liang vaginanya. Yang terlihat penuh sesak, sampai bibir kemaluan itu terlihat penuh kencang.

"Oohh... Enak bu... Oohh... Bu... Bu kok bisa enak begini... Oohhh..."
Kedua payudanya seperti berayun keras mengikuti irama turun naiknya tubuh Bu Etty.

"Remees susu ibu sayang... Oochhh... Yaah... Pintar kamu Andi... Oohh... Ibu enggak percaya kamu bisa kuat begini. Oohhh... Pintar dan hebat kamu sayang... Bikin ibu jadi ketagihan dengan kontolmu... Oohh"
"Ooochhh... Andi sayang... Ganjal kepalamu dengan bantal ini"

Bu Etty meraih bantal yang ada disamping kirinya dan memberikannya kepadaku.

"Maksud ibu supaya saya bisa... Cruup... Cruupp..." mulutku langsung menerkam puting payudaranya.
"Yaah sedot susu ibu lagi sayang... Mm... Yah begitu terus... Yang kiri juga sayang... Oohh... Enak sekali sayang"

Bu Etty menundukkan badanya agar kedua buah dadanya terjangkau mulutku. Decak pertemuan pangkal paha kami semakin terdengar seperti tetesan air, lubang memeknya juga semakin licin saja. Makin lama gerakan badan Bu Etty semakin cepat dan erangannya juga semakin kencang, hingga tiba-tiba dia berkata.

"Oohh... Sayang... Ibu sudah tak tahan"
"Tahan bu... Tahan... Andi juga sudah mau keluar"

Tangannya langsung mendekap kepalaku kedadanya, seakan-akan ia ingin agar buat dada tersebut masuk semua ke dalam mulutku.

"Ayo... Andi... Cepet... Oohh ... Sedot yang kuat payudara ibu... Ohh"
"Achh... Ach... Ibu keluar lagi sayang" tubuhnya langsung mengejang dan disaat tubuh itu terdiam kurasakan memeknya seperti menghisap-hisap dan memijit-mijit penisku dengan kuatnya. Aku yang juga sudah mau klimak semakin kuat memeluknya dan menyodokkan penisku semakin kuat.

Kupeluk dirinya kuat-kuat hingga akhirnya... Croot... Croot... Croot... Serr.. kurasakan kenikmatan yang tiada tara sampai badanku menjadi lemas sekali. Kami saling berpelukan mesra dan Bu Etty berbaring lemas di sebelahku.

"Andi... Ibu kagum padamu dan benar juga perkiraan ibu"
"Kenapa?"
"Ternyata penismu dapat membuat ibu ketagihan selain besar juga kuat"
"Boleh ibu menikmati selama ibu tinggal disini"
"Boleh... Siapa sih yang enggak mau diajak ama ibu, selain masih cantik, payudara ibu adalah yang terindah yang pernah saya lihat"
"Kamu tuh kecil-kecil sudah pintar ngerayu orang tua"
"Abis benar loh bu... Emang saya suka netek sama ibu", jawabku sambil mulutku menyerbu puting susunya.
"Kamu enggak capek ya... Sayang" tangannya membelai kepalaku.
"Kalau buat itu tiada kata capek tuh... Abis benar sih... Ibu nafsuin" jawabku.

Akhinya kami beristirahat dan saling cerita. Dia berkata kalau suaminya sudah meninggalkannya dan menikah dengan wanita lain disebabkan dirinya tidak bisa memberinya keturunan. Tiba-tiba telpon di ruang tamu berdering. Aku segera berlari untuk mengangkat telpon tersebut. Dari sana terdengar suara seorang wanita yang sudah tidak asing lagi bagiku yaitu Mamaku.

"Andi... Ini Mama"
"Ya... Ma... Ada apa"
"Malam ini kamu jangan kemana-mana, jaga rumah dan ibu baru pulang besong malam"
"Beres deh... Ma" jawabku.
"Oh... Ya... Bu Etty ada dirumah?" tanyanya.
"Ada Ma... Mungkin sudah tidur kali"
"Ya sudah kalau ada apa-apa kamu telepon Mama"

Disaat aku sedang telepon dengan Mamaku kulihat Bu Etty menghampiriku dan memelukku dari belakang. Tangannya langsung menuju ke penisku membelainya dan mengocok- ngocoknya sedang lidahnya bermain-main di telingaku dan membuatku langsung terangsang.

"Aahh... Ssttt... Sstt"
"Kenapa Andi?" tanya Mamaku di telepon.
"Enggak kok ma... Kan Andi sambil makan bakso cuma kebanyakan cabenya nih jadi agak pedas" jawabku.
"Aahh... E.. Enak... Sstt.." ketika Bu Etty sudah tidak memelukku lagi tapi dia berjongkok di depanku dan mulai menghisap-hisap dan menjilat-jilat penisku yang mulai tegang. Lidahnya bermain-main di kepala penisku kemudian lidah itu berjalan menyusiri pangkalnya. Aku sudah tak konsentrasi akan semua ini dan bicara dengan Mamakupun sudah tidak nyambung lagi. Maka kuputuskan bicara dengan Mamaku untuk pamit lewat telepon.

"Ma... Sudah ya Andi sudah ngantuk nih"
"Ngantuk atau nonton TV?" Mamaku meledekku.
"Dua-duanya ma" jawabku pula.
"Ya... Sudah tapi jangan lupa kalau sudah mau tidur matikan TVnya" pesan Mamaku.
"Oke deh ma... sudah."

Kutaruh gagang telepon tersebut dan kulihat kebawah Bu Etty masih asyik menghisap penisku bagaikan seorang anak kecil yang baru dikasih permen lolipop. Dijilat dicium dan dimasukkan dalam mulutnya dan dihisap tanpa memaju-mundurkan kepalanya.

"Oohh... Sstt... Sstt... Bu..."

Kuraih tubuhnya dan kusejajarkan di ketembok. Kucium mulutnya dengan penuh nafsu. Tanganku tak tinggal diam tangan kananku meremas-remas buah dadanya sedang tangan kiriku mempermaikan kloritosnya.

"Aahh... Andi sayang kamu buas amat" celotehnya.
"Ibu juga buas, tapi aku lagi telepon sama Mama hisap-hisap kontolku" jawabku dengan tetap memeluknya dan menciumnya.
"Habis... Ibu suka banget dengan kontolmu sayang"

Tangannya meraih kontolku dan merapatkan ke vaginanya. Akupun langsung menaikkan sebelah kakinya dan menaikkan ke salah satu kursi di sampingku. Setelah pas kuarahkan kontolku menuju lubang memeknya.

"Aahh... Aahh... Hhekk... Oohh..." jeritnya begitu penisku bersarang ke vaginanya.
"Dorong sayang... Dorong yang kuat"

Aku pun mengikuti permintaannya dan mengimbangi permainnya. Tubuhnya ku tekuk kebelakang sedikit, sehingga aku dapat menghisap puting susunya.

"Oohh... Oohh... Andi sayang kamu pintar sekali." Bu Etty pun juga semangat sekali menggoyang-goyangkan pinggulnya, kadang maju mundur, kadang berputar, kadang terdiam dan mengejang-ngejang. Semua itu menambah sensasi didalam penisku yang kurasakan semakin lama-semakin hendak memuntahkan lahar kenikmatan.

"Bu... Aku sudah mau keluar"
"Oohh... Bu... Andi sudah tak tahan"
"Ibu juga mau keluar sayang, dorong lebih kencang sayang... Oohh.. Oohh kontolmu membuat ibu ketagihan sama kamu oohh... Oohh"
"Bu... Aacchhh... Sstt..." kucoba untuk bertahan. Namun rasa nikmat itu sudah pada puncaknya hingga akhirnya.
"Yaahh... Andi keluar... Bu..."

Croott... Croott... Croot... Seerr. Kupeluk dirinya kuat-kuat menikmati tumpahnya pejuku dalam lobang memeknya.

"Ibu juga Andi sayang... Oohh... Aacch... Aacch..." tangannyapun memelukku seaakan-akan tidak akan melepaskannya. Aku pun beristirahat duduk di sofa dan melapaskan rasa letihku sambil tetap berpelukan. Nonton TV dan mengatur nafas karena baru saja berlomba menuju puncak kenikmatan.

Dan malam itu kami habiskan kenikmatan sex bersama-sama tanpa mengenal lelah bagaikan pengantin baru. Aku bagai dimanjanya entah sudah berapa kali pejuku di hisap dan tumpah dalam rahimnya yang kurasakan esoknya hanyalah lemas dan kurang tidur. Dan semenjak itu aku sering melakukan sex dengannya terutama bila aku libur karena bebas aku melakukannya di pagi hari sampai sore hari namun bila malam tiba dan disaat penghuni rumah sudah tidur aku sering datang ke kamarnya pula dan dia selalu menyambutku dengan nafsu birahi yang tinggi.

Hubunganku dengannya hanya berjalan 6 bulan karena Bu Etty balik ke kampungnya di Semarang dan aku tidak pernah bertemu lagi dengannya namun kenangan dan rasa rinduku padanya membuatku selalu terobsesi menjadi seorang lelaki yang suka berhubungan sex dengan wanita dewasa yang kuanggap lebih berpengalaman dan lebih buas diatas ranjang. Itulah kisahku yang 100% nyata dan terjadi.

*****

Untuk 17Tahun.com saya ucapkan terima kasih atas diterimanya cerita saya ini dan bila ada tante-tante ataupun ibu-ibu yang masih cantik dan suka berhubungan sex yang mau saring atau bertukar cerita bahkan bersenang-senang dengan saya dapat mengirim email pada saya. Email yang masuk akan saya balas dan rahasianya akan terjamin. Kutunggu email-mu tante- tante dan ibu-ibu tersayang.

E N D

Oleh: rindukan_tante@yahoo.com


Simpanan Mama


Mamaku itu memang hebat. Diusianya yang sudah kepala lima dia masih tetap cantik dan sexy. Di pekerjaanpun ia tetap paten. Karirnya melesat terus. Jabatannya kini sudah wakil direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Karena hidup dengan Mama sejahtera, maka aku memilih untuk tinggal bersamanya sejak ia bercerai dengan Papaku setahun yang lalu.

Papaku yang cuma bekerja sebagai pegawai rendahan, mana bisa memenuhi kebutuhanku yang doyan hura-hura. Jangankan membelikanku mobil, sepeda motor aja Papa enggak bisa. Dua orang adikku juga memilih tinggal bersama Mama. Sama sepertiku, mereka juga doyan hura-hura. Ngabisin duit Mama yang aku enggak tahu gimana caranya, selalu saja ada. Apa yang kami minta selalu bisa dipenuhinya.

Namaku Tomi. Semester enam fakultas ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta yang beken di Jakarta. Adikku Mimi. Juga kuliah di fakultas ekonomi satu kampus denganku. Tapi dia masih duduk di semester dua. Adikku yang paling kecil, Toni. Dia masih kelas tiga SMU.

Dari kecil selalu hidup bergelimang harta, dari penghasilan Mamaku, membuat kehidupan glamour sangat melekat pada diri kami. Masing-masing kami dibelikan Mama mobil sebagai alat transportasi. Uang jajan tak pernah kurang. Karena itu aku dan adik-adikku tak pernah protes dengan apapun yang dikerjakan oleh Mamaku. Aku dan adik-adikku selalu kompak membela Mama. Termasuk saat bercerai dengan Papa. Padahal sebab perceraian kedua orangtuaku itu adalah jelas-jelas karena kesalahan Mama. Papa menangkap basah Mama sedang pesta sex dengan tiga orang gigolo muda di hotel!

Meski begitu, aku dan adik-adikku tetap aja kompak membela Mama. Soalnya belain Papa juga enggak ada untungnya. Lagian kelakuanku dan adik-adikku juga enggak beda-beda amat sama Mama. Aku dan Toni pernah bawa perek ke rumah. Si Mimi tahu tentang hal itu dan dia sih santai-santai aja. Soalnya dia juga sering bawa cowok ganteng ke kamarnya.

Setelah bercerai, rumah kami yang megah jadi seperti rumah bordil aja deh. Mama, aku, Mimi, dan Toni, rutin bawa partner sex kemari. Karena kami sama gilanya, jadi asyik. Kalau waktu ada Papa enggak asyik. Papa suka rese. Meski tak bisa memarahi kelakukan binal anak-anaknya, tapi Papa suka ngomel atau ngasih nasehat. Huh, menyebalkan aja Papaku itu.

Dari banyak cowok, si Willy yang paling sering dibawa Mama ke rumah. Dia tuh, kayak suami baru Mama aja jadinya. Hampir tiap hari dia ada di rumah. Paling kalau Mama lagi bosen dan ingin cari variasi pasangan lain, barulah dia ngibrit dari rumahku, balik ke kostnya.

Karena seringnya si Willy di rumah, aku dan adik-adikku jadi akrab dengan dia. Apalagi usianya enggak jauh dariku. Dia juga masih kuliah. Umurnya hanya lebih tua dua tahun dariku. Obrolan kami nyambung. Tentang apa saja. Otomotif, sport, musik, dan pasti ngesex. Hehe. Bisa dibilang, si Willy ini piaraan Mama. Segala biaya hidupnya, Mamaku yang nanggung.

Si Mimi paling senang dengan keberadaan Willy di rumah. Piaraan Mama itu dimanfaatinnya juga buat muasin nafsunya yang binal.

"Habisnya si Willy itu ganteng banget sih. Macho. Mana bodinya oke banget lagi. Belum lagi kontolnya. Gede banget Tom. Ngesexnya gila-gilaan. Pantes aja Mama paling demen ama dia dibandingin ama gigolonya yang lain," kata Mimi padaku suatu hari. Dasar nakal. Dasar maniak tuh si Mimi.

Mendengar cerita si Mimi tentang kontolnya si Willy membuatku penasaran juga. Eits. Jangan salah sangka dulu men. Aku bukan gay. Jelas-jelas aku cowok straight. Cuman, dengar ukuran kontol orang sampai 28 sentimeter kan jelas bikin penasaran. Jangankan aku, cowok lain pasti juga penasaran. Gila aja kontol bisa segede itu!

Selama ini kupikir kontolku sudah paling gede. Panjangnya sekitar delapan belas senti. Susah-susah lho, cari kontol sepanjang punyaku ini di Indonesia. Ternyata punya si Willy malah lebih gila. sampai 28 senti men, selisih sepuluh senti dari punyaku. Ambil penggarisan deh, liat dari titik 0 senti sampai 28 senti, panjang banget kan ukuran segitu.

Meski penasaran, enggak mungkin kan aku permisi ke dia buat liat kontolnya. Gila aja. enggak usah ya. Pernah kepikiran buatku untuk ngintip dia saat ngentot dengan Mamaku atau si Mimi. Tapi males ah. Ngapain juga ngeliat saudara kandung sendiri ngentot. enggak ada seru-serunya. Entar aku jadi incest lagi. Bikin berabe aja.

Namun, yang namanya rezeki memang enggak kemana. Waktu itu malem hari. Hampir dini hari malah. Aku baru pulang. Biasalah, ngabis-ngabisin duit Mama. Semua orang sudah tidur kayaknya. Kerongkonganku rasanya kering banget. Haus. Aku langsung ke dapur, ingin ngambil minuman dari lemari es.

Pas aku nyampe di dapur aku terkesima. Kulihat Mama sedang berbaring telentang di atas meja makan kami. Pakaian atasannya terbuka memamerkan buah dadanya yang masih kencang dan besar. Sementara bagian bawah tubuhnya tak menggenakan penutup apa-apa. Sekitar memeknya yang penuh jembut lebat kulihat belepotan cairan putih kental sampai ke perutnya. Banyak banget. Mama tak sadar dengan kehadiranku, karena saat itu ia sedang memejamkan matanya sambil mendesah-desah.

"Nggg... Enak banget Will," katanya dengan suara mendesis. Rupanya dia baru aja dientot sama si Willy di atas meja makan itu.

Aku segera mengalihkan tatapanku dari tubuh Mamaku yang mengangkang itu. Entah kenapa, kok aku rasakan aku kayaknya terangsang. Bisa berabe nih. Pandanganku kualihkan ke lemari es. Saat menatap ke arah sana aku kembali kaget. Disana berdiri si Willy. Dia tak menggenakan pakaian apapun menutupi tubuhnya. Badannya yang tinggi dan kekar berotot itu polos. Dia sedang menenggak coca cola dari botol.

Mataku langsung menatap ke arah kontolnya. Gila men. Si Mimi enggak bohong. Di selangkangannya kulihat sebatang kontol dengan ukuran luar biasa. Sedang mengacung tegak ke atas mengkilap karena belepotan spermanya sendiri kayaknya. Batangnya gemuk, segemuk botol coca cola yang sedang dipegangnya. Panjang banget. Kepala kontolnya yang kemerahan seperti jamur melewati pusarnya. Batang gemuk itu penuh urat-urat. Aku sampai melotot melihatnya. Kupandangi kontol itu dengan teliti. Ck.. Ck.. Ck.. Sadis.

"Baru pulang Tom?" kata Willy mengegurku.

Ia sudah menyadari kehadiranku rupanya. Aku segera menolehkan pandanganku dari kontolnya. Gawat kalau ia tahu aku sedang serius mengamati detil kontolnya itu.

"He eh. Iya," sahutku sambil mengangguk.

Untung saja lampu di dapur itu bernyala redup. kalau terang benderang, pasti Willy bisa mengetahui kalau wajahku sedang bersemu merah saat itu. Malu. Mamaku yang sedang berbaring lemas diatas meja makan tiba-tiba melompat bangun. Ia sibuk mencari-cari roknya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang terbuka.

"Eh, Tomi. sudah lama kau datang?" kata Mama dengan ekspresi malu.
"Baru aja ma," sahutku.

Aku beraksi seperti tidak terjadi apa-apa disitu. Segera kuambil minuman dingin dari lemari es. Tubuh Willy yang berkeringat tepat disampingku. Saat mataku melirik ke arah dalam lemari es, mencari minuman, kusempatkan untuk melirik sekali lagi ke arah batang kontol Willy. Kali ini aku bisa melihatnya lebih jelas. Karena ada bantuan penerangan dari lampu lemari es. Gila! Bagus banget bentuk kontolnya, pikirku.

Setelah mendpatkan minuman dingin, aku segera meninggalkan dapur. Tinggallah Mamaku dan Willy disana. Aku tak tahu apakah mereka masih melanjutkan lagi permainan cabul mereka atau tidak. Yang pasti sepanjang jalan menuju kamarku, pikiranku dipenuhi dengan kontol si Willy yang luar biasa itu.

"Gila! Gila!" rutukku dalam hati. Kok aku bisa mikirin kontol punya cowok lain sih? Ada apa denganku ini? Rasanya malam itu aku susah untuk tidur. Setelah membalik-balikkan badan beratus kali di atas ranjangku yang empuk, barulah aku bisa tertidur. Itupun setelah jarum jam menunjukkan pukul empat pagi. Sebentar lagi pagi menjelang.

Berjumpa dengan Willy keesokan harinya aku jadi rada-rada grogi. Entah kenapa. Mataku jadi suka mencuri pandang ke arah selangkangannya. Aku jadi menyadari, kalau ternyata saat selangkangannya ditutupi celana seperti itu, ukuran tonjolan diselangkangan itu, memang beda dengan punyaku. Jauh lebih menonjol kayaknya. Gila! Gila! Rutukku lagi dalam hati. Kok aku jadi mikirin itu aja sih?!

Si Willy sih enggak ada perubahan. Ia tetap cuek aja seperti biasanya. Ia tak merasa ada yang aneh dengan kejadian semalam. Sepertinya ia tak perduli kalao aku memergokinya telanjang bulat bersama Mamaku. Kayaknya, buatnya itu hal yang lumrah saja. Dasar gigolo profesional dia.

Sebulan berlalu. Dan selama rentang waktu itu, aku jadi pengamat selangkangan Willy jadinya. Entah kenapa, aku selalu berharap akan punya kesempatan lagi untuk ngelihat perkakas gigolo itu. Tapi tak juga pernah kesampaian. Sampai suatu hari. Aku ingin berenang pagi-pagi di kolam renang yang ada di halaman belakang rumahku. Ketika aku sampai di kolam renang mataku langsung menangkap sebuah tontonan cabul. Si Mimi sedang ngentot dengan Willy. Dasar nekat si Mimi. Padahal Mama kan masih ada di kamarnya pagi-pagi begini.

Adikku yang cantik dan sexy itu sedang nungging di tepi kolam renang. Dibelakangnya Willy asyik menggenjot kontolnya dalam lobang vagina adikku itu. Genjotannya liar dan keras. Menghentak-hentak. Tubuh si Mimi sampai terdorong-dorong ke depan karena hentakan itu. Kelihatannya si Mimi keenakan banget. Bibir bawahnya digigit-gigitnya dengan giginya. Ia menggelinjang-gelinjang sambil merem melek menikmati hajaran kontol Willy yang luar biasa itu di memeknya.

Aku terangsang hebat. Celana renang segitiga yang kukenakan, tak lagi bisa menampung kontolku yang membengkak. Aku tak tahu. Aku terangsang karena apa? Apakah karena melihat persetubuhan mereka, atau karena serius mengamati kontol besar Willy yang keluar masuk vagina si Mimi itu. Entahlah. Tanganku langsung mengocok batang kontolku yang sudah kukeluarkan dari celana renangku. Kukocok sekuat tenaga. Cepat. Aku ingin segera menumpahkan spermaku.

"Eh, Tom. Ngapain luh?" tiba-tiba kudengar suara Mimi menegurku.

Mataku yang sedang merem melek langsung menatapnya. Kulihat ia menolehkan wajahnya yang cantik memandangku yang sedang berdiri mengangang sambil ngocok. Willy tersenyum memandangku. Mereka tak menghentikan permainan mereka.

"memang lo enggak bisa liat, gue lagi ngapain," jawabku cuek. Willy tertawa kecil mendengar jawabanku.
"Gila lo," kata Mimi. Setelah itu ia kembali asyik menikmati genjotan Willy.

Akhirnya akupun orgasme sambil memandangi Mimi dan Willy yang terus bercinta. Tak lama setelah itu si Willy yang orgasme di mulut Mimi. Sebelum spermanya sempat mencelat dari lobang kencingnya, Willy menyempatkan menyabut kontolnya yang gemuk dan panjang itu dari vagina Mimi. Lalu disuruhnya Mimi membuka mulutnya lebar-lebar menyambut tumpahan sperma Willy yang deras. Aku benar-benar terbius birahi melihat detik-detik Willy menumpahkan spermanya di mulut adikku itu. Entah kenapa nafsuku terasa menggelegak melihat kontol itu menyemburkan spermanya yang deras berulang-ulang. Kupelototi setiap detik orgasme Willy itu tanpa berkedip sama sekali. Aku tak ingin kehilangan momen yang indah itu sedetikpun.

"Gila lo. Adik sendiri ngentot ditonton," kata Mimi padaku. Saat itu kami bertiga berbaring di tepi kolam renang kelelahan. Kalau orang melihat kami saat itu, mereka tidak mengetahui kalau kami baru saja orgasme tadi. Yang melihat pasti hanya mengira kami sedang berjemur menikmati cahaya matahari di tepi kolam renang.

"Habisnya elo berdua sama gilanya sih. Masak pagi-pagi ngentot disini. Ketahuan Mama gimana?" sahutku.
"Cuek. Mama enggak bakalan bangun. Sebelum ngentotin gua, Mama habis dihajar sama si Willy. Jadi Mama pasti sedang ngorok kecapaian," jawab Mimi yakin.
"Benar Wil?" tanyaku.
"Yap," sahut Willy singkat.

Dasar si Willy. Habis ngentot dengan Mama, masih sanggup ngentoti si Mimi sebinal tadi. Benar-benar profesional nih cowok, pikirku. Itu pengalaman keduaku melihat kontol si Willy. Seru? Belum! Ada pengalaman berikutnya yang lebih seru dari itu.

Dua minggu kemudian. Aku baru bangun tidur siang. Sekitar jam tiga sore. Waktu itu hari Rabu, aku enggak ada kelas. Karena itu biasanya habis tidur siang, sorenya aku latihan tenis. Kuubek-ubek kamarku, tapi tak kutemukan dimana raket tenisku berada. Jangan-jangan dipinjam si Toni, pikirku. Adik bungsuku itu memang doyan banget minjem barang-barangku tanpa permisi.

Aku segera menuju kamarnya yang terletak di pavilyun samping bangunan utama rumah kami. Toni memang sengaja diberikan kamar disitu. Maklum ABG. Dia doyan nge-Band bareng temannya. Daripada ribut dengar suara alat musik yang dimainkannya bareng-bareng temannya maka lebih aman meletakkannya disitu. Jadi suaranya tidak terlalu keras terdengar di dalam rumah. Mending suara musik yang dimainkan asyik di dengar kuping. Ini malah musik yang enggak jelas juntrungannya. Metal yang enggak mutu. Ups, jangan salah sangka lagi. Aku bukan anti metal. Aku doyan metal. Tapi metal yang enggak dimaenin sama Toni dan teman-temannya. He... he...

Pintu kamar Toni tertutup rapat. Juga gorden jendelanya. Tumben. Pikirku. Jarang-jarang gorden kamarnya ditutup. Paling juga kalau sudah malem kalau dia tidur. Dari kamarnya terdengar hingar bingar musik metal dari tape. Si Toni berarti ada di kamar, pikirku. Kugenggam gerendel pintu, kuputar. Tak terkunci. Kubuka pintu dan langsung melongokkan wajahku ke kamarnya. Aku sudah bersiap-siap untuk ngomel ke dia.

"Toni! sudah berapa kali gue bilang, jangan ambil barang-barang gue seenaknya... Hahhh?!!!," kata-kataku terhenti segera. Mulutku menganga, tenggorokanku rasanya tercekat. Mataku melotot melihat peristiwa yang terjadi dalam kamar Toni. Adikku itu sedang bermain cinta di kamarnya. Tubuhnya telentang di atas ranjang. Pakaian sekolahnya belum terlepas seluruhnya. Hanya resleting celananya saja yang terbuka lebar. Kontolnya yang nongol dari celah resleting itu, ngaceng total sedang dikulum oleh seseorang yang sedang menungging dalam posisi berlawanan arah dengan Toni di atas tubuhnya.

Aku sih sudah tahu kalau kelakuan adikku yang masih ABG ini sama bejatnya seperti aku. Aku sudah sangat tahu kalau dia doyan ngesex dengan orang lain. Harusnya aku tak perlu kaget melihatnya sedang in action seperti ini. Tapi gimana aku enggak kaget kali ini, yang kulihat saat ini sangat tidak biasa. Toni maen kulum-kuluman kontol bukan dengan cewek. Tapi dengan cowok men. Dan cowok yang sedang mengulum kontolnya itu adalah si Willy! Shit!

Si Tonipun edan. Masak mulutnya juga ngulum kontol si Willy? Ngawur! Yang benar aja, kontol gede si Willy itu dikuluminya dengan penuh nafsu seperti ngulum permen lolipop saja. Toni kulihat salah tingkah setelah menyadari kehadiranku. Buru-buru dilepaskannya kontol si Willy dari mulutnya. Ia segera bangkit dan membereskan celananya. Sementara si Willy kulihat tenang-tenang saja.

"Ngapain Tom? Masuk kamar gue kok enggak ngetuk pintu dulu," kata Toni terlihat kurang suka padaku.
"Memang elo pernah ngetuk pintu kalau masuk kamar gua?" sahutku. Kupandangi keduanya dengan tatapan tajam. Willy kulihat tersenyum padaku.
"Hai Tom," katanya melambaikan tangan seperti tak ada apa-apa.
"Ngapain elo berdua?" kataku dingin.

"Enggak ngapa-ngapain. Mau ngapain elo?" sahut Toni masih salah tingkah.
"Enggak ngapa-ngapain?! Jelas-jelas mata gua ngelihat elo berdua sedang emut-emutan kontol kok elo bisa ngomong enggak ngapa-ngapain. Elo homo?!" kataku.
"Siapa yang homo? Enak aja!" kata Toni protes.
"Kalau bukan homo, apa namanya cowok sama cowok emut-emutan kontol begitu? Nah elo, kok elo bisa...," kataku pada Willy.

Kalimatku tak kusambung. Aku menatap bingung padanya.

"Sante aja men. Ini hal yang biasa kok," sahut Willy tanpa beban.
"Biasa???!" tanyaku bingung. Dahiku mengernyit.
"Iya. Gue sama Toni kebetulan lagi sama-sama horny. enggak ada pelampiasan, ya sudah, kenapa kita enggak maen berdua aja. Toh tujuannya cuman untuk melampiaskan birahi doang. Maen sama cewek juga emut-emutan kan. Gua punya mulut, Toni punya mulut, kan bisa dipake untuk ngemut. Hasilnya tetap sama kok," sahut Willy tenang.

Gigolo ganteng itu benar-benar tenang luar biasa. Sepertinya apa yang dilakukannya bersama Toni itu bukan hal yang aneh. Aku jadi terkesima mendengar jawabannya. Toni kulihat mengangguk-angguk mendengar kata-kata Willy. Duduk dengan seragam SMUnya diatas ranjang, adik bungsuku itu tak berkata apa-apa.

"Gua enggak ngerti deh. Gua yang gila atau elo berdua yang gila," kataku.
"Enggak ada yang gila Tom. Apa gue pernah ngatain elo gila karena elo suka mandangin kontol gua? enggak pernah kan?"
"Maksud elo?"
"Jangan pura-pura bego. Gue tahu kok elo suka curi-curi pandang lihat tonjolan di selangkangan gue. Apalagi kalau pas gue telanjang bulat. Mata elo kan sampai melotot ngelihat adik gue ini kan," kata Willy. Ia menggoyang-goyangkan kontolnya yang sudah lemas. Memamerkannya padaku. Aku tak tahu mau bilang apa lagi. Tak kusangka Willy mengetahui kalau aku selalu memperhatikan perkakasnya selama ini.

"Sudahlah. Sekarang elo mau berdiri terus disitu sambil ngelihatin kita sekaligus melototin kontol gue, atau mau ikutan bareng kita menikmati anugerah yang kita miliki. Tom kita harus bersyukur lo, kita bertiga kan dianugerahi kontol yang punya ukuran diatas rata-rata. enggak banyak lo orang yang dianugerahi hal beginian," kata Willy.

Benar yang dikatakan Willy. Kami bertiga memang punya ukuran kontol yang diatas rata-rata. Adikku si Tony kulihat juga punya kontol yang gede. Ukurannya enggak jauh-jauh dengan ukuranku.

Akal sehatku sirna. Aku yang memang sudah cukup lama tergoda dengan kontol si Willy akhirnya pasrah saja saat Willy dan Toni membimbingku ke arah ranjang. Kubiarkan saja mereka mempreteli seluruh pakaianku. Kami bertiga telanjang bulat di dalam kamar Toni.

Willy memberikan penghormatan khusus padaku. Rasa penasaranku pada kontolnya yang gede itu dipuaskan olehnya. Willy mengangkangi leherku saat aku berbaring telentang di atas ranjang. Kontolnya yang besar ditampar-tamparkannya ke pipiku. Birahiku menggelegak. Pertama kali seumur hidupku aku diperlakukan seperti ini. Saking menggelegaknya birahiku akhirnya apa yang tak pernah terpikirkan selama ini dibenakku kulakukan. Kukulum kontol Willy sepuas-puasnya. Aku menggila. Seperti anjing ketemu tulang, kulahap kontol Willy. Aku tak ubahnya Mamaku dan Mimi yang tergila-gila pada kontol gigolo ganteng ini.

Rupanya Tonipun sama tergila-gilanya seperti aku. Ia berebutan denganku mengerjai kontol besar si Willy. Seringkali kudorong wajah ganteng adikku yang masih abg itu menjauhi kontol Willy, karena aku sudah tak sabar ingin memasukkan batang gede itu dalam mulutku. kalau sudah gitu, Toni cuman bisa bersungut-sungut padaku. Aku cuek aja. Sementara Willy tertawa melihat kami berebutan kontolnya seperti itu.

"Kalian sekeluarga sama binalnya deh," komentarnya. Ia pasti teringat pada Mama dan Mimi saat mengoral kontolnya. Pasti sama maniaknya seperti aku dan Toni.

Aku jadi terlupa, bahwa aku laki-laki straight. Aku jadi menikmati permainan laki-laki seperti ini. Willy rupanya tak mau melewatkan kontolku dan Toni. Dia segera membalik tubuhnya berlawanan arah denganku. Aku dan Toni sama-sama berbaring telentang bersisian. Mulut kami bergantian mengulum kontol Willy. Sementara Willy yang menungging diatas kami menggilir kontolku dan Toni. Mulutnya ganti berganti mengulum kontolku dan kontol adikku itu. Saat mulutnya di kontolku, tangannya mengocok kontol Toni. Begitu juga sebaliknya.

Sore itu aku tak jadi latihan tenis. Kebetulan Mama belum pulang dari kantor, dan Mimi tak ada di rumah, kami puas-puaskan bermain sex bertiga. Segala apa yang memungkinkan, kami lakukan bertiga. Termasuk juga saling menyodomi satu sama lain. Baby oil yang biasanya digunakan Toni untuk coli, kami gunakan sebagai pelumas agar kontol tak terlalu sulit memasuki lobang pantat. Meski dianal adalah kali pertama buatku, tapi aku ternyata bisa menikmatinya. Diantara rasa sakit dimasuki kontol dalam lobang pantat, aku merasakan juga nikmat yang luar biasa.

Saat sore menjelang, kami segera cabut menuju kost Willy. Kami tak mau terganggu dengan kepulangan Mama dari tempat kerjanya. Pada Mama, Willy menelpon bahwa dia tak menginap di rumah kami malam itu. Ada kerjaan, alasannya pada Mama. Sementara aku dan Toni tak perlu menelpon Mama. Sudah biasa kami tak tidur di rumah. Jadi Mama tak akan merasa aneh. Malam itu kami puas-puaskan bermain cinta bertiga. Tak peduli, bahwa aku dan Toni adalah saudara kandung, kami juga saling menyodomi.

Setelah beberapa kali bersetubuh, akhirnya kami bisa memahami posisi masing-masing. Meskipun kami sama-sama fleksibel saat bercinta, namun Toni lebih suka pada posisi dianal, baik olehku maupun Willy. Sedangkan aku dan Willy suka keduanya, baik dianal dan menganal. Hanya saja aku lebih menikmati dianal oleh Willy daripada oleh Toni. Kontol Willy yang sangat besar sungguh membuatku keenakan. Aku sampai menggelepar-gelepar saat dianalnya.

kalau menganal, aku lebih suka melakukannya pada Toni. Aku sangat suka melihat ekspresi adikku yang sepertinya kesakitan namun terus memaksaku untuk mengentotnya dengan buas. Sedangkan kalau menganal Willy, aku tak menemukan ekspresi itu. Willy sudah sangat profesional dalam hal ini. Ternyata dia adalah gigolo bagi wanita dan laki-laki sekaligus. Saat dientot, ekspresinya hanya penuh kenikmatan saja. Lagipula, lobang pantat Willy tak sesempit lobang pantat si Toni. Lobang pantat Willy sudah mengendor. Dia sudah sering dientot oleh laki-laki lain.

Kami bercinta tiada henti. Willy memberikan kami minuman rahasia miliknya. Minuman yang membuat tenaga kami tak kunjung sirna. Pantas saja tenaga gigolo ini bak kuda liar. Ia punya ramuan rahasia rupanya. Saat kutanyakan pada Willy, apa cairan itu dan darimana ia memperolehnya, gigolo itu tak mau mengatakannya padaku.

"Ini rahasia perusahaan," jawabnya. Aku dan Toni tertawa mendengar jawabannya.

Hari kamis esoknya, harusnya Toni sekolah. Tapi adik bungsuku itu bolos. Aku juga bolos kuliah, pun Willy. Kami seperti mesin sex. Toni tak bosan-bosannya memintaku dan Willy bergantian menghajar lobang pantatnya. Dia benar-benar ketagihan.

"Pantes aja cewek-cewek suka dientot. Enak banget men," komentarnya.

Pantat Toni yang putih dan montok penuh semangat bergerak saat Willy atau aku menyodominya. kalau kupikir-pikir, goyang ngebor Inul, kalah jauh deh dibandingin ngebornya si Toni. Membuatku dan Willy tak kuasa untuk menahan orgasme. Sperma kami tumpah memenuhi lobang pantat adikku itu. Kamar kos Willy semerbak dengan bau sperma dan keringat kami. Bau ini malah semakin membuat kami bernafsu untuk mengentot lagi dan lagi.

Setelah sore, akhirnya kami kembali ke rumah. Dan sejak itu kami menjadi rutin ngesex bertiga. Mencuri-curi kesempatan tanpa sepengetahuan Mama dan Mimi. Apa yang kami lakukan adalah rahasia kami bertiga. Tak perlu orang lain tahu. Termasuk juga cewek-cewek kami. Apalagi Mama dan si Mimi.

E N D



Oleh: zioputra@plasa.com


Lelaki Bodoh dan Lelaki Baik 02


Teman-teman saya akhirnya membantu membopong tubuh Shinta. Saya kembali ke mobil. Agnes terlihat tertidur nyenyak. Perlahan saya menggoyang tubuhnya...
"Ayo, tidur di dalam, di sini dingin," bisik saya.
Dia hanya membuka matanya sebentar dan bermaksud untuk tidur lagi. Akhirnya dengan susah payah, berhasil membujuk dia untuk masuk ke bungalow yang terdiri dari 3 kamar tidur dan satu ruang tamu.

Di ruang tamu hanya terlihat Guntur yang berbaring lemas di sofa. Saya membawa Agnes menuju ke ruang tidur. Melewati ruang tidur pertama, saya melihat Peter, Ian, Stephen dan Andi mengelilingi Shinta yang berbaring di kasur. Tanpa pikiran apapun, saya membawa Agnes ke kamar kedua dan membaringkan dia di tempat tidur. Parfumnya tercium semerbak dan tubuhnya terasa hangat.

Karena merasa haus, saya melangkahkan kaki saya menuju mobil untuk mengambil aqua yang sudah kami persiapkan. Langkah kaki saya terhenti ketika melewati kamar pertama. Dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, saya melihat keempat teman saya mengelilingi tubuh Shinta yang hampir telanjang. Walaupun tertutup oleh tubuh teman saya, pandangan mata sempat menyapu indah dan mulusnya tubuh Shinta. Saya berjalan masuk ke kamar tersebut.

Melihat saya, Ian membalikkan tubuhnya dan berbisik, "Dia mabuk Gus, tetapi kayaknya mau-mau aja tuh."
Saya berjalan mendekati kasur. Saat itu bra-nya disingkap ke atas, memamerkan sepasang buah dadanya yang montok. Celana dalamnya yang berwarna hitam terlihat sudah diturunkan sampai ke lututnya. Bulu-bulunya yang halus dibelai perlahan oleh Stephan.

Tiba-tiba terdengar gumanan Shinta, "Ah... hehe... sudah lama saya tidak bercinta, lelaki itu buaya... semuanya... termasuk kalian... tetapi gua suka yang buaya... hehe..."
"Shinta, kamunya masih perawan..?" bisik Peter di telinganya.
"Hehe... masih..." jawab Shinta dengan mata tertutup.
Teman-teman saya terpaku mendengar jawabannya dan saling berpandangan.
"Tetapi itu tiga tahun yang lalu... hehehe..." lanjutnya kembali.
Terlihat si Peter menarik nafas lega.
"Mungkin bukan cewek baik-baik..." bisik Ian ke saya. Saya hanya berdiam diri.

Tidak terlihat adanya penolakan dari Shinta ketika teman-teman saya menyentuh buah dadanya yang lumayan montok. Bahkan terlihat dia menikmati, terbukti dari rintihan-rintihannya dan gerakan tubuhnya yang menggelinjang.

"Udah Gus, sikat Agnes aja.." saran Peter, "Kitanya mau giliran neh, loe mau ikutan..?"
"Kagak mau, gua ada Agnes.." jawab saya.
"Hati-hati loe, keliatannya dia nggak mabuk..." komentar Ian.
Setelah itu teman-teman sepakat untuk menggilir Shinta dengan syarat yang lainnya menunggu di luar. Peter ngotot meminta giliran pertama dan disetujui teman-teman saya.

"Udah, punya gua yang paling panjang, jadi gua yang pertama..." kata Peter, "Punya gua ampe ke puser..."
"Mungkin puser loe yang letaknya agak ke bawah.." komentar si Stephan yang juga ngotot minta giliran pertama.

Tidak tertarik oleh debatan mereka dan dengan nafsu yang sudah bangkit, saya kembali ke kamar kedua. Setelah mengunci pintu kamar, saya berjalan menuju ranjang. Agnes terlihat sudah tertidur pulas. Perlahan saya mencium pipinya, tiba-tiba membuka matanya yang terlihat merah dan mengantuk.

"Gus, saya pusing, pijatin dong..!" dia berkata pelan.
Saya duduk di ranjang dan Agnes menjatuhkan kepalanya di paha saya. Saya menggerakkan tangannya untuk memijat kepala dan dahinya. Dia menutup mata dan menikmati pijatan saya. Lima menit kemudian jari tangan saya turun memijat tengkuknya.
"Hihi... geli... Gus, tapi enak.." kata Agnes tanpa membuka matanya.

Akhirnya saya memberanikan diri untuk mencium bibirnya yang ternyata dibalas dengan penuh nafsu oleh Agnes. Masih dalam posisi Agnes berbaring di paha saya, ciuman kami berlanjut cukup lama. Akhirnya saya memberanikan diri untuk menyentuh buah dadanya. Jari-jari tangan saya menarik kaosnya ke atas, dan terlihatlah buah dadanya yang tidak terlalu besar, tertutup oleh bra-nya. Dengan cekatan jari tangan saya menyusup ke dalam bra-nya sambil meremas perlahan.

Ciuman si Agnes semakin liar dan buas. Kadang lidah saya dihisap dengan penuh nafsu dan kadang digigit perlahan. Ketika jari tangan saya berhasil mencapai puncak sepasang gunung kembarnya, dia mendesah keras, "Ahhh..."
Rintihan dan ciuman membuat nafsu saya menggelegak. Perlahan tangan saya menarik bra- nya ke bawah, akhirnya sepasang gunung itu menonjol keluar, kecil dan mancung. Puncak kecil dan terlihat tegang menantang mulut saya untuk menikmatinya. Tanpa menunggu lama, saya menjulurkan kepala saya dan lidah saya sudah mempermainkan puncaknya.

Terganggu oleh kaos dan bra-nya yang kadang menghalangi tatapan dan perjalanan lidah saya, tangan saya melepas kaosnya dan bra-nya. Ciuman saya berlanjut ke perutnya dan bermain sebentar di titik tengah tubuhnya. Setelah itu celana panjang dan celana dalam putihnya segera menjadi korban tangan saya. Dengan posisi berbaring menghadap ke samping, lidah saya berjalanmenyusuri pahanya Agnes. Saat itu terasa sepasang tangan mungil Agnes berusaha melepaskan celana jeans saya. Terlihat dia bersusah payah walaupun akhirnya celana panjang dan celana dalam saya terlepas. Tangan-tangan Agnes menyentuh dan membelai belalai gajah saya yang sudah mengeras.

Paha Agnes masih tertutup rapat walaupun berkali-kali saya berusaha membukanya.
"Malu... Gus..." kata Agnes sambil mempermainkan belalai gajah saya.
"Nggak pa-pa kok... yang liat cuman saya kok..!" bujuk saya.
Cukup lama saya membujuk dia, akhirnya saat pahanya sedikit terbuka, segera kepala saya menyeruak di antara pahanya. Diterangi lampu kamar yang lumayan terang, kemaluannya yang kecil mungil terpampang di hadapan saya.

Saat itu sebenarnya saya masih belum begitu berpengalaman dalam urusan puas-memuaskan wanita. Saya mencium perlahan kemaluan menyusuri bibir kemaluannya yang masih kencang, tanpa mengetahui titik-titik sensitifnya (hehe... sekarang mah sudah ahli). Bau kewanitaanya sangat merangsang. Pahanya tertutup mengepit rapat kepala saya.

"Ahhh... geeellliii Gus.., guaaa nggak tahan..!" akhirnya dia menggerakkan pinggulnya ke belakang.
"Wah, geli Gus, gua nggak tahan, jangan dong..!" demikian pintanya.
"Ah, nggak pa-pa, bentar lagi juga enak.." kata saya sambil menggerakkan kepala saya menuju daerah kemaluannya lagi.
Tetapi dia menjauh dan berkata serius, "Jangan Gus, saya nggak tahan... saya masih perawan. Saya tidak mau kehilangan keperawanan saya. Tolong, tolong... dech..!"
Saya terdiam, saya memang tidak bermaksud merusak dia. Kalau memang dia mau mempertahankan keperawanannya, saya tidak akan memaksa dia.

"Iya..." kata saya sedikit menyesal.
Melihat saya terdiam, rupanya ada rasa bersalah di hati Agnes juga. Dia mendekati saya dan mencium saya kembali. Tangannya mempermainkan belalai gajah saya. Dalam sekejap perasaan sesal berganti oleh nafsu yang bergelora.

Tiba-tiba Agnes mendorong saya untuk berbaring dan menduduki tubuh saya. Tubuhnya diangkat dan dia menggerakkan belalai gajah saya menggesek-gesek bulu kemaluannya yang masih halus, yang kemudian dilanjutkan di daerah kemaluannya. Rasanya sangat nikmat. Kadang dia mencoba memasukkan belalai tersebut di goa kenikmatannya yang masih tertutup rapat. Tetapi dia hanya memasukkan daerah kepala belalai tersebut, keluar masuk, keluar masuk.

Mata saya tertutup menikmati perasaan hangat dan jepitan otot kemaluannya. Cukup lama dia melakukan hal tersebut. Akhirnya, dia menjatuhkan diri di samping saya.
"Capek Gus...?" komentar dia.
Kasian, saya menggerakkan tubuh saya ke atas tubuhnya Agnes. Saya membuka kedua pahanya yang kali itu terbuka dengan mudah. Perlahan saya memasukkan belalai tersebut, tetapi hanya sebatas daerah kepalanya dan saya menggerakkannya keluar masuk.

Agnes mendesis liar. Saat itu sebentar terlintas dalam pikiran saya untuk menghujamkan senjata saya sedalam-dalamnya, dan mengambil keperawanan yang kelihatan sudah dipasrahkannya. Tetapi perasaan kasian membuat saya tidak melakukan hal tersebut.

"Gus... masukkin Gus... masukkin..!" akhirnya Agnes meminta saya untuk memasukkan semua belalai tersebut.
Tetapi terlintas dalam pikiran saya betapa dia tadi dia mempertahankan keperawanan dia. Saya merasa kasian dan hanya memasukkan belalai tersebut sebatas kepalanya sambil sesekali memutar belalai tersebut.

Seperempat jam kemudian, sesudah terdorong keluar dari belalai tersebut. Dengan segera saya mencabut belalai tersebut dan muncratlah cairan hangat di sekitar kasur. Saya terbaring lemas sambil memeluk Agnes dengan nafas memburu.

Ketika nafas kita mulai teratur, Agnes berbisik perlahan, "Terima kasih Gus, kamu lelaki yang baik. Saya sebenarnya sudah tidak tahan dan merelakan keperawanan saya. Untung kamunya masih bisa menahan diri."
Saya hanya membelai rambutnya, tersenyum, dan berkata, "Berilah keperawanan kamu kepada cowok yang paling kamu cintai."

Itulah perkataan terakhir saya sebelum kami terlelap. Dan jam lima pagi, teman-teman saya mengajak saya untuk meninggalkan bungalow tersebut. Dengan perasaan berdosa, saya meninggalkan Agnes dan Shinta saat mereka masih tertidur nyenyak.

Dalam perjalanan saya mengetahui bahwa keempat teman saya bergiliran meniduri Shinta. Tetapi mereka mengakui bahwa Shinta masih sadar dan menikmati permainan mereka.

Sesudah peristiwa berlalu, saya selalu berpikir, apa yang terjadi kalau seandainya saya mengambil keperawanan Agnes malam itu. Apakah saya akan menghancurkan masa depan dia? Apakah tidak ada bedanya, nanti juga akan diambil cowok lain? Bodohkah saya seperti kata teman saya? Atau baikkah saya seperti kata Agnes? Yang pasti, menjadi lelaki bodoh kadang membuat kita bisa tidur lelap dan bebas dari rasa bersalah.


TAMAT



Oleh: teteshujan@yahoo.com


Maafkan Aku, Sobat 02


Saya hanya tercenung mendengar ucapannya. Kemudian sambil tetap berpelukan ia mengatakan bahwa jika ia menjadi istri Irvan, mungkin ia tidak akan pernah merasakan keindahan seperti ini. Seumur hidup ia mencari cowok ideal buatnya dan baru kali ini menemukannya dalam diri saya. Sheila memang baru sekali pacaran yaitu dengan Irvan. Sangatlah menyesal jika apa yang menjadi impiannya harus lepas walaupun sudah berada di depan mata. Mendengar penuturannya, saya hanya berkata bahwa saya juga amat sayang dengannya, tapi kata-kata saya terhenti oleh sebab yang hingga saat ini saya tidak tahu apa, dan dengan lembut saya mencium pipinya.

Sheila tertunduk di pundakku sambil tersenyum dan membalas ciuman itu pada pipi kiriku. Mungkin karena terbawa suasana, Sheila dengan gerak refleksnya langsung mencium bibir saya dan menahannya lama. Ketika dilepaskannya ciuman itu, ia tertunduk malu atas kelakuannya, tapi wajahnya terlihat tersenyum.
"Maaf Nard, mudah-mudahan kamu ngga marah", ujarnya singkat. Saya hanya diam dan baru sadar ketika Sheila menarik tubuh saya dan tubuhnya direbahkan di karpet. Saya merasakan desiran hangat di sekitar kemaluan saya dan menyadari bahwa milik saya itu sudah menegang menekan perut bagian bawah Sheila.

Tanpa pikir panjang, saya mencium bibir Sheila dan dibalas dengan sangat panas olehnya. Sambil terus berciuman, saya melepaskan pelukan dan mulai meraba tubuh Sheila yang putih mulus itu. Tidak ada dalam pikiran saya untuk berbuat lebih. Jemarinya juga tidak tinggal diam mulai menjelajahi dan mengusap-usap punggung saya.

Lama kami bergumul dikarpet ruang tamu itu, berciuman, menciumi leher masing-masing dan menjilatinya. Kurang lebih sekitar 45 menit kami bercumbu sampai akhirnya saya berinisiatif menghentikannya. Dengan nafas tersengal-sengal, Sheila memandangi saya dengan wajah sedikit kesal.
"Kenapa Nard?" tanya Sheila.
"Jangan Sel, nanti keterusan", jawab saya.
Saya duduk di sofa dan sesaat kemudian Sheila duduk di sebelah saya dengan merapatkan tubuh dan menggelendot manja. Kata-kata terima kasih mengalir dari bibir ranum yang baru saja saya kulum itu. Ia merebahkan kepalanya di dada saya dan memeluk saya erat.

Sejak itu, selama sebulan, kami mengulangi perbuatan yang sama setiap Irvan harus ke Jakarta. Jadwal kuliah Dina bisa dengan mudah diketahui Sheila karena mereka sekampus dan setiap hari Sheila dan Dina kebagian jadwal yang berbeda. Sikap kami di depan Irvan juga tidak berubah. Sehari-hari kami berusaha menjaga kewajaran. Semua ini dengan tujuan agar tidak diketahui oleh masing-masing pasangan kami. Di depan saya, Sheila tetap manja dengan Irvan dan saya tetap mesra di depan Dina.

Dan kami mengulang lagi apa yang sudah sering kami lakukan saat Irvan ke Jakarta. Dina sudah pulang saat Sheila datang. Karena saya ingin mandi dahulu, tidak saya ketahui ketika Sheila sudah bertukar pakaian. Yang saya ketahui, ia sudah mengenakan bicycle pant pendek dan kaus oblong putih saat saya selesai mandi. Darah saya mendesir ketika Sheila menghampiri saya. Ia tampak sangat seksi dengan lekuk tubuh yang terbayang di kaosnya.

Langsung ia memeluk saya dan kami mulai lagi bercumbu. Saat itu saya juga hanya bercelana pendek. Desiran hangat mengalir deras di sekitar kemaluan saya ketika saya menindih Sheila. Tangan saya mengusap-usap punggungnya juga tangannya melakukan hal yang sama. lehernya habis saya ciumi dan saya jilati. Desahnya semakin menderu. Entah setan apa yang lewat, saya kali memberanikan diri memasukan tangan saya ke dalam kausnya. Saya raba perutnya yang indah dan perlahan-lahan mulai naik ke arah dada. Tak saya kira sebelumnya, Sheila bukannya melarang malah membimbing tangan saya menuju dadanya. Seumur hidup, baru sekali ini saya merasakan gumpalan kenyal di dada cewek, bahkan milik Dina pun saya tak berani.

Tangan saya terdiam diatas dadanya dan kemudian tangannya diletakan diatas tangan saya dan mulai meremas. Tangan saya jadi ikut meremas dadanya. Wow, saya sungguh baru sekali ini merasakan lembutnya gumpalan kenyal milik cewek. Semakin keras saya remas, Sheila semakin keras mendesah.

Tiba-tiba saya merasakan ada yang meraba kemaluan saya. Saya lihat, jemari Sheila mulai meraba dan juga meremas-remas milik saya yang sudah mengeras itu. Tangannya kemudian mulai menyelusup ke dalam celana saya dan juga menyelusup ke dalam celana dalam yang saya pakai. Seketika aliran darah disekitar kemaluan saya bertambah deras. Tak mau kalah, saya langsung membuka kaitan bra yang dipakai Sheila dan segera kembali meremas buah dadanya (Saya gambarkan sedikit, buah dada Sheila mempunyai ukuran yang besar bagi ukuran cewek indonesia. Mungkin karena perawatan yang baik, buah dadanya masih kencang).

Semakin panas permainan kami ini sampai akhirnya kami membuka seluruh pakaian kami dan saling memberikan senyuman. Tak habis-habisnya saya memandangi tubuh telanjang Sheila dengan sebentuk tubuh yang seksi dan indah. Tidak mungkin cowok tidak terangsang jika melihat tubuh indah seperti yang dimiliki Sheila.

Kali ini giliran Sheila yang menciumi dan menjilati seluruh tubuh saya. Milik saya sudah mengacung tegang dan jilatan berikut ciuman Sheila makin turun ke bawah. Saya rasa saya sudah tidak tahan lagi. Saya langsung bangun dan merebahkan Sheila di ranjang. Sheila malah mendekap saya ketika saya bergerak akan menindihnya. Milik saya yang sudah menegang itu menempel keras di kemaluannya yang berbulu lembut di sekitarnya. Desahnya makin terdengar ketika gesekan terjadi. Nafsu sudah menguasai kita berdua dan semakin mengkungkung kami saat ujung kemaluan saya menyentuh mulut kemaluannya. Kakinya berusaha menahan badan saya agar tidak mendorong tubuhnya lebih dalam. Rintihan kesakitan terdengar saat saya mulai kembali menekan tubuhnya. Saya sama sekali tidak ingin memasukan milik saya ke dalam kemaluannya, bagaimanapun itu adalah hak suaminya kelak.

Tiba-tiba tangannya meraih milik saya dan menggesek-gesekan ujung milik saya itu di mulut kemaluannya. Badan terlonjak-lonjak, sayapun merasakan sensasi yang luar biasa. Kenikmatan yang tidak ada bandingannya. Tubuh saya bergetar menahan nafsu yang semakin memuncak. Tiba-tiba tubuh Sheila menegang dan terlonjak sangat keras ke kasur. Saya dengar desahnya sempat sangat keras dan perlahan mereda.
"Sayangku, aku udah ngga tahan lagi", ujarnya setengah membisikiku.

Kebimbangan segera hinggap di kepalaku. Wajahnya memancarkan kehangatan yang berbeda dan saya menjadi tidak berakal. Pelan-pelan saya dorong tubuh saya dan milik saya perlahan-lahan masuk ke mulut kemaluannya. Wajahnya meringis menahan sakit sambil terus mendorong tubuh bagian bawah saya agar perlahan terus masuk. Mulut kemaluannya terasa sangat sempit. Saya lepas kembali dan perlahan-lahan saya masukan lagi. Begitu berulang- ulang sampai akhirnya saya sudah tidak tahan lagi dan seketika menerobos mulut kemaluannya dengan ganas. Ia terlonjak kaget dan saya lihat airmatanya meleleh tapi wajahnya tersenyum.

"Ohh..., Sayangku..", desahnya sambil memelukku erat. Tubuh saya mulai bergerak naik turun dan saya merasakan desiran hangat di seluruh kemaluan saya. Terasa ada yang memijit-mijit seluruh permukaan milik saya itu. Walaupun sambil menahan sakit, Sheila terlihat sangat menikmati permainan kami tersebut. Permainan yang sama-sama baru kita rasakan sekarang. Tak sampai sepuluh menit, mungkin karena masih sama-sama baru, saya merasakan nikmatnya muncratan cairan hangat dari kemaluan saya di dalam rongga kemaluan Sheila. Kemaluannya seketika menjadi hangat dan dipenuhi oleh cairan kental dari kemaluan saya.

Sheila memeluk saya dengan sangat erat, ia sesegukan menahan tangisnya, bibirnya bergumam menyebutkan bahwa ini adalah yang pertama baginya. Kami berpandang- pandangan dan saya kemudian bertanya apakah ia menyesal?
Kaget saya dibuatnya ketika dengan cepat ia menggeleng dan berkata",Sheila melakukannya dengan orang yang memang menjadi idaman Sheila dari dulu, Sheila tidak menyesal...", tuturnya diiringi senyuman di bibirnya. Mungkin karena gemas, ia mencium bibir saya lagi dan memainkan lidahnya di dalam mulut saya.

Sejak peristiwa "the first time" yang kami alami itu, kami menjadi semakin terobsesi untuk mengulang kejadian itu dan mereguk kenikmatan yang tidak pernah kami rasakan sebelumnya. Semua tingkah laku kami memang tetap biasa, tidak ada yang berubah. Saya tidak ingin hubungan saya dengan Dina berantakan karena kegiatan Sheila dan saya tercium, terlebih lagi terhadap Irvan, sobat kental saya yang sudah saya anggap sebagai saudara kembar itu. Tetapi semua itu akan segera berubah menjadi nafsu terpendam ketika Irvan dan Dina tidak ada. Kami melakukan lagi dan lagi dan lagi, seperti tidak ada lagi hari esok dengan makin panas dan bernafsu.

Saya dan Sheila tetap melakukan persetubuhan kami ini sampai saat menjelang mereka menikah. Bisakah anda bayangkan?, Tiga hari sebelum menikah, kami masih sempat melakukan persetubuhan itu. Ditengah waktu yang sempit kami melakukannya di dalam kamar kakak Sheila yang memang kosong. Letak kamar tersebut di paviliun rumah Sheila. Itu kami lakukan di tengah-tengah kesibukan orang-orang mempersiapkan rumah untuk upacara perkawinan Irvan dan Sheila.

Selama sebulan setelah pernikahan mereka (Saya dan Dina menikah sebulan lebih dulu dari mereka), saya dan Sheila menghentikan perbuatan biadab tersebut. Sampai suatu hari Irvan menelepon saya dan memberitahu bahwa ia akan tugas ke Eropa selama seminggu sambil menanyakan titipan apa yang saya mau. Saya menjawab sekenanya karena bayangan saya segera lari ke tubuh indah Sheila yang sudah sering saya reguk tersebut. Dan benar saja, sepuluh menit setelah itu, Sheila gantian menelepon saya dan mengajak saya bertemu di sebuah hotel di daerah Jakarta Selatan.

Kami akhirnya melakukan perbuatan laknat itu lagi dari siang hingga sore hari seakan kerinduan selama sebulan terobati dengan tiga kali hubungan badan yang kami lakukan. Itulah perbuatan kami yang pertama setelah Sheila dan Irvan menikah. Sebulan kemudian, saya mendengar dua kabar baik bahwa Dina dan Sheila tengah hamil. Saya dan Irvan terlonjak kegirangan karena Dina dan Sheila sama-sama hamil satu bulan.

Kini, Jason dan Grant (anak Irvan dan Sheila, diberi nama itu karena Irvan sangat mengidolakan Grant Hill, power forward Detroit Piston) sudah berumur 1,5 tahun. Keduanya lincah dan cerdas. Hobi mereka sama. Karena saya dan Irvan memang membeli rumah yang bersebelahan, otomatis Jason dan Grant menjadi dua sahabat kecil selalu rukun.

Grant dan Jason terlihat persis seperti saya dan Irvan. Saya sering mendengar Irvan memuji Grant dengan bangga sampai saya sempat kaget ketika sambil dengan muka ceria Irvan berkata, "Mukanya mirip banget sama lu Nard, liat aja tuh, ngga salah gue punya sobat kayak lu", seketika saya melihat Grant dan memang benar, ciri-ciri fisiknya sama dengan saya sehingga Grant dan Jason selintas seperti adik kakak. Kemudian dengan cepat pula mata saya memandang Sheila yang tersenyum dan begitu bertemu muka dengan saya, ia mengangguk pelan sambil tersenyum ke arah saya.

Hubungan intim saya dengan Sheila memang tidak sesering dulu lagi, tapi bagaimanapun saya adalah yang pertama untuknya dan ia adalah yang pertama bagi saya. Sulit untuk melupakan yang pertama, sebisa mungkin kami mencoba untuk mengulanginya dan merasakan keindahannya lagi.


TAMAT

Menjanda di Masa Muda


Perkenalkan nama saya Shanty, saya duduk di kelas 1 SMA di Bandung, tapi itu dulu. Kini saya berumur 25 tahun dan mempunyai seorang putri. Saya memiliki mata coklat kehitaman, rambut saya panjang sepinggang, tinggi badan saya 170 cm dan berat badan saya 58 kg dengan ukuran dada 32B, setidaknya itu ciri-ciri saya sekarang ini. Dan kini saya akan menceritakan pengalaman saya yang tidak terlupakan.

Saat itu (pada saat saya masih SMA) sudah sekitar pukul 20.30 malam, namun teman alias pacar saya belum juga pulang. Ia kelas 2 SMA di Bandung, namanya Carlos (kini ia ada di Perancis telah bekeluarga mempunyai 2 anak laki-laki). Ia anak blasteran, papanya orang Jakarta dan mamanya orang Perancis.

Saya mulai bingung, "Los, kok lu belom pulang sih..?"
"Kenapa sayang..? Kamu nggak mau aku nemenin kamu? Padahal khan di rumah kamu nggak ada orang!"
Memang pada saat itu di rumahku sepi, karena orangtua saya sedang pergi ke luar kota, sedangkan pembantu saya pulang kampung karena orangtuanya sakit keras. Dan saat itu kami hanya berduaan sambil menonton film yang dibawa oleh pacar saya. Dia sudah mengetahui sebelumnya bahwa rumah saya itu kosong. Tidak ada orang, hanya saya sendiri saja.

Entah saat itu setan apa yang muncul dalam benak Carlos, tiba-tiba saja ia meraba-raba payudara saya.
"Yang, aku baru kali ini nyentuh loh! Ternyata punyamu mulus juga, besar lagi.."
Saya tersentak kaget, lalu saya mencoba untuk melepaskan diri. Namun ia memeluk saya lebih erat, belum lagi VCD yang dibawa Carlos membuat nafas lebih cepat dari sebelumnya. Dan di VCD tersebut muncul adegan si cowok memasukkan tangannya ke rok si cewek. Carlos melakukan hal yang sama pada saya. Ia memasukkan tangannya ke dalam rok saya dan mulai mengelus vagina saya. Saya lebih tersentak dari sebelumnya.

"Sudah basah ya! Kamu mau nggak aku cium bibirmu, terus ntar kamu isap lidahku ya!"
Kini pelukannya semakin erat, ia mendekatkan dada saya pada dadanya lalu ia langsung melumat bibir saya. Saya sungguh sangat kaget karena baru kali ini ia melakukan hal ini.

Memang kami belum lama jadian, baru sekitar 2 minggu. Dan ini pertama kalinya saya mengajaknya ke rumah dan nonton di kamar saya. Ia terus memainkan tangannya di vagina saya, lalu kembali ke dada. Kemudian ia tiba-tiba membuka dan merobek pakaian saya. Saya mulai berontak, namun ia tetap memeluk dengan erat.
"Tenang sayang. Nanti juga kamu terbiasa. Adegan ini sudah tidak jarang di Perancis. Lagian aku khan pacarmu sendiri. Rileks ajah, nanti juga kamu katagihan." bisiknya.
Saya berontak sekali lagi, namun ia memeluk dengan lebih erat dan mulai menjilati payudara saya.

"Sssh... ahh... mmmhh... su... dah... Car.. los... ge.. li.." rintih saya.
Namun lama-lama saya merasakan nikmatnya. Ia melepaskan saya tiba-tiba, membuka semua pakaiannya dengan cepat, juga ia menutup gorden, dan kembali pada saya. Kini ia mulai lagi meraba payudara saya dan langsung membuka kaitan BH saya. Kini saya setengah bugil tanpa BH. Kini terpampang kedua susu saya, namun kini saya tidak berontak lagi karena merasakan kenikmatan. Ia lalu menarik reslueting rok saya, kemudian ia langsung membuka CD saya. Ia mengelus-elus vagina saya.

"Sssh... shhh... mmhhh... aahh... e.. nak... Sayang..." desah saya.
Kini ia memainkan penisnya di payudara saya.
"Yang... enak..."
"Rileks aja ya Shan..!"
Ia kembali meremas susu saya, menjilatnya lalu menuju vegina saya. Didekatkan penisnya ke vagina saya, dan tanpa berpikir panjang, ia langsung memasukkan penisnya ke dalam vagina saya yang masih kering.

"Aaadduuhh..! Saakkiittt..!" saya menjerit.
"Blesp... blespp..." kini penisnya sepenuhnya masuk ke dalam vagina saya.
Saya hendak berteriak menahan sakit, namun ia langsung saja meremas susu saya dan melumat bibir saya lagi, sehingga saya tidak dapat berteriak. Padahal kini Carlos telah menembus selaput keperawanan saya.

Kini saya dan Carlos mencapai puncak, "Crroot.. crottt.." spermanya masuk ke dalam vagina saya."Croottt.. croott.." dan kini saya yang mengeluarkan cairan.
"Yang... aku... lemes nih..!" kata saya.
Ia menarik penisnya keluar dari vagina saya dan tidur di sebelah saya. Ia membelai rambut dan mengelus-elus payudara saya.
"Gimana..? Enak kan..?"

Ia bangkit dan menjilat vagina saya sambil meremas payudara saya. Saya mencapai klimaks untuk yang kedua kalinya, ia langsung saja menjilati dan menghisap cairan yang keluar dari vagina saya. Padahal cairan itu keluar bersama darah keperawanan saya.

Setelah itu kini ia mencapai klimaks, ia memaksa saya untuk memasukkan penisnya ke dalam mulut saya. Pada awalnya saya menolak, namun kini ia dengan kasarnya memasukkan penisnya ke dalam mulut saya.
"Croott... crooottt..," saya mencoba menelan semua spermanya.

Setelah itu ia kembali ke arah vagina sekali lagi, ia menancapkannya dan mulai menaik-turunkan penisnya. Kini saya yang mengikuti irama gerakannya, saya mulai menggoyang pantat, dan kami berbalik. Kini saya berada di atas Carlos, dan saya mulai memaju- mundurkan pantat saya. Sekali lagi kami mencapai klimaks.
"Crooot... croottt..!" secara bersamaan kami mengeluarkan cairan.

Setelah itu saya langsung melepaskan tubuh saya ke ranjang, ke dada Carlos, dan terlihat waktu menunjukkan pukul 22.30.
"Setengah sebelas. Apa kamu tidak pulang Carloss..?" tanya saya ragu-ragu.
"Tidak. Aku sudah minta ijin pada Mama tadi untuk nemenin kamu."
Lalu kami tertidur pulas karena kelelahan.

Paginya Carlos membangunkan saya.
"Yang, bangun..!" bisiknya.
Saya terbangun, "Ada apa Los..?" tanya saya refleks.
"Lihat, sudah pagi. Bangun dong..! Mandi yuk..!"
Saya lihat jam kini sudah pukul 08.00. Saya mengangguk lemah dan pergi ke kamar mandi dengannya.

Selama di kamar mandi saya menghindari Carlos, takutnya nanti ia mulai melakukannya lagi, karena saya pikir kalau terjadi lagi nanti bisa-bisa berabe dengan orangtuanya, lagi pula orangtua saya sebentar lagi pulang. Saya mempercepat mandi saya, lalu segera berpakaian. Kemudian saya membereskan kamar, VCD dan ruang keluarga. Tidak lama kemudian Carlos selesai mandi. Ia berpakaian lalu menuju ke arah saya. Ia memeluk saya.

"Bagaimana? Enak kan Sayang..?" bisiknya.
Saya menggangguk, lalu saya teringat bahwa orangtua saya akan pulang.
"Los sebaiknya kamu cepat pulang! Ortuku bentar lagi pulang, lagian nanti ortumu cemas."
"Ortumu udah mau pulang? Ya, nggak apa-apa. Kenapa? Takut? Aku sih nggak! Ama calon mertua sendiri kok takut?"
Aku kaget, "Calon mertua..?"
"Iya. Aku khan mau tanggung jawab atas kelakuanku! Baru kali ini loh aku melakukannya! I Sueerr..!"
"Gombal! Bohong! Kamu waktu kemarin bilang kalo udah sering!"
"Aku khan cuman bo`ong! Ya udah deh gue pulang! VCD-nya buat elo aja! Shin, besok loe mau khan maen ke rumah gue! Khan besok Sabtu! Loe mau lagi khann..?"
"Aku tanya dulu ama ortuku."
"Oke deh! Bye.."

Sejenak saya ingin menangis, kini saya tidak perawan lagi! Apa benar Carlos mau bertanggung jawab. Kini saya mulai merasa bahwa masa depan saya suram. Ini semua gara- gara saya mengajaknya ke rumah karena saya merasa kesepian. Namun tidak lama kemudian ada suara orang yang mengetuk pintu. Saya membuka pintu, namun yang saya temukan bukanlah kedua orangtua saya, namun paman dan bibi saya yang menggunakan pakaian hitam dan bibi berlinangkan air mata. Segera saya tarik bibi ke dalam sebelum ia berbicara, saya sudah mengerti dari semua ini. Saya ingin berteriak namun saya sadar bahwa tidak ada gunanya.

Segera saya mengganti pakaian, kini saya bersama bibi dan paman menuju pemakaman.
"Kapan terjadinya Bi..? Apa yang terjadi..?" tanya saya membuka pembicaraan.
"Kemarin lusa Shin! Orangtuamu mendapat kecelakaan. Mereka segera dilarikan ke rumah sakit, namun dokter tak bisa menolong. Karena kaca yang pecah tepat mengenai jantung ayahmu, dan ibumu tertusuk pada nadi tanggannya."
Sepanjang perjalanan saya menangis sambil memikirkan. Kini saya sudah SMA, kini saya tidak punya orangtua, terlebih lagi keperawanan saya suda direnggut oleh pacar saya. Saya sungguh-sungguh memikirkan hal ini.

Setelah dari pemakaman saya segera pulang. Saya melihat Carlos sudah menunggu saya.
"Aku sudah tahu semuanya dari Irma," katanya membuka pembicaraan.
Memang saat saya ke pemakaman ada Irma di sana.
"Shan, aku serius kini. Aku sungguh-sungguh tak tau. Aku sendiri kaget karena beritanya tiba-tiba dari ortuku. Besok aku akan pulang ke Perancis karena mamaku bilang aku akan meneruskan studiku di sana. Padahal di sini pun aku baru 2 bulan. Tapi aku tadi bilang pada mamaku bahwa aku akan mengajak kamu. Mamaku setuju dan aku segera ke sini. Saat aku tiba, Irma telepon padaku. Ia menceritakan semuanya."

"Maaf Carlos. Aku tidak bisa ikut! Orangtuaku baru saja meninggal, dan kini aku harus ikut kamu keluar negeri..?"
"Tapi Shan.., kamu... kamu... sudah aku renggut harta yang paling berharga darimu, aku mau tanggung jawab."
"Tidak... aku tidak bisa ikut denganmu."
Terjadi berdebatan antara saya dengan Carlos saat itu, dan segera saja ia pergi meninggalkan saya selamanya.

Beberapa bulan kemudian saya merasakan mual dan pusing, tadinya saya pikir hanya gejala masuk angin, tapi ternyata setelah saya periksakan ke dokter, saya hamil. Berbagai macam cara saya tempuh untuk menggugurkan bayi ini namun bibi melarang saya. Bibi sudah mengetahui semuanya.
"Shin, bayi ini tak berdosa, jangan kau bunuh dia. Biarkan saja dia tetap hidup, biarkan kau melahirkannya. Lagi pula kau sudah keluar dari sekolahmu."
Memang, setelah orangtua saya meninggal, saya keluar dari sekolah. Dan kini saya hanya berkeinginan melahirkan anak saya. 9 bulan kemudian saya melahirkan seorang anak perempuan, saya beri dia nama "***** Tabah *****".

Kini saya hidup menjanda pada umur 20 tahun. Setelah beberapa minggu saya melahirkan, saya mulai mencari pekerjaan, namun tidak ada yang mau menerima karena saya tidak lulus SMA. Lalu dengan berat hati saya bekerja di klub malam. Dan sampai sekarang saya masih bekerja di klub malam ***(edited) di Bandung. Anak saya titipkan pada bibi, dan seminggu sekali saya menjenguknya. Setiap kali melihatnya ada rasa sakit menusuk di hati. Anak putri saya ini cantik, ia memiliki hidung mancung dan kulit putih seperti ayahnya, sedangkan rambutnya seperti saya lurus panjang. Dan saya berharap agar anak saya ini di kemudian hari tidak mengalami nasib yang sama seperti saya.


TAMAT



Oleh: sweet_wallet@yahoo.com


Nuri Kenalanku di Bandara


Nuri adalah seorang cewek yang aku kenal ketika aku menunggu temanku yang janjinya menjemput aku di Bandara Cengkareng. Kebetulan dia juga menunggu kakaknya dari Surabaya yang akan menikmati libur semesteran di Jakarta. Memang pada saat itu sudah hampir 1 jam hujan lebat mengguyur kota Jakarta khususnya daerah Bandara sehingga hampir di semua daerah di Jakarta dikabarkan banjir. Nuri ternyata adalah salah satu mahasiswi semester 5 Universitas swasta terkenal di daerah Bypass dekat Pulomas.

Dengan tinggi badan sekitar 170 dan berat badan sekitar 50 Kg, menggunakan rok jeans mini di atas lutut dan kaos merah dibalut dengan jaket kulit tipis membuat penampilannya sangat menarik sekali. Saya sangat senang sekali ngobrol dengan Nuri, selain wawasannya luas dia selalu aktif mencari topik pembicaraan. Entah sudah berapa lama kita sama-sama menunggu, sehingga dia permisi sebentar untuk menghubungi kakaknya melalui HP. Ternyata pesawat yang ditumpangi kakaknya ttidak dapat mendarat di Cengkareng karena hujan badai pada saat itu. Kami selama menunggu di ruang tunggu tidak merasakan sama sekali deras dan hebatnya hujan diluar, apalagi kami benar-benar asyik dengan obrolan-obrolan tadi.

Mendengar sangat seriusnya cuaca di luar Nuri juga merasa takut untuk pulang mengemudikan mobilnya sendiri. Aku mencoba menghubungi HP-teman saya dengan meminjam HP Nuri (Maklum saya tidak punya HP karena di daerah kerja kami HP tidak bisa berfungsi ), ternyata teman saya juga terjebak banjir. Akhirnya aku putuskan untuk menawarkan diri mengemudikan mobil Nuri hingga sampai rumahnya dan nantinya aku akan naik Taksi ke hotel. Nuri setuju sekali dengan usulanku tersebut, saya kemudian meminta kunci mobil Nuri untuk mengambil mobil di parkiran dan Nuri menunggu koper saya.

Walaupun telah mengunakan payung yang aku sewa dari anak-anak kecil yang menawarkan jasa payung, tetap saja celana dan sebagian bajuku basah karena hujan angin yang cukup besar. Tidak sulit menemukan mobil Nuri karena warnanya kuning yang sangat menyolok sekali dan jenis mobilnya adalah Toyota Hardtop. Jenis mobil ini juga sering aku pakai di tempat kerja, terkenal dengan ketangguhannya. Apalagi mobil Nuri kelihatan sangat terawat sekali, mungkin dia adalah penggemar mobil jeep.

Setelah menghampiri Nuri, kami kemudian langsung saja meninggalkan Bandara Cengkareng. Ternyata jalan tol Bandara juga macet karena banjir sehingga mobil-mobil pada takut untuk lewat jalan tersebut. Cukup lama juga kami antri di kemacetan yang hampir tidak berjalan tersebut, akan tetapi tidak terasa karena Nuri selalu mengajak aku ngobrol, kadang dia mengubah posisi duduknya dengan seenaknya seperti saya ini adalah kakaknya. Sehingga rok mininya kadang terangkat sangat tinggi dan kemulusan pahanya sangat merangsang aku untuk dapat mencium kemulusannya.

Tiba-tiba saja tangannya menggenggam tangan kiriku dan meremas-remasnya, aku balas juga dengan meremas tangannya dan kemudian dia menciumi tanganku dan memasukkan jari telunjukku ke dalam mulutnya dan menjilatinya. Aku kemudian memberanikan diri untuk mencoba mencium bibirnya, rupanya Nuri diam saja dan aku lebih berani lagi dengan menjilati bibirnya yang sangat ranum. Tangan kanan saya mulai bergerak menjamah paha yang dari tadi sangat mengundang tersebut hingga menuju kepangkal pahanya. Hujan lebat, kaca mobil yang gelap, dan antrian kemacetan membuat aku leluasa untuk menikmati kemolekan tubuh Nuri. Tidak beberapa lama kemudian Nuri mulai membalas ciumanku, lidah kami saling bertautan kadang Nuri menggigit kecil bibirku dan kadang menghisap lidahku. Sambil tangannya menuntun tanganku ke daerah kemaluannya dan menggosok-gosokkan, dia kelihatan sangat menikmatinya. Aku kemudian mencoba mengarahkan ciumanku ke lehernya yang mulus dan turun hingga ke buah dadanya yang ternyata besar ketika jaket kulitnya dibuka.

Keasyikan kami tiba-tiba terganggu, karena mobil di depan kami sudah maju agak jauh. Terpaksa kami menghentikan awal kenikmatan tersebut untuk memajukan mobil kami, rupanya Nuri juga agak jengkel dengan kondisi ini. Nuri mengubah duduknya lagi merapat ke aku dan tangannya diletakkan di atas pahaku. Aku mencoba mengganti kaset dengan lagu instrumentnya Kenny G sehingga suasana petang itu di mobil semakin romantis. Tangan kanan Nuri mulai lagi beraksi meremas-remas penisku yang sudah tegang dari tadi, dan tangan kirinya dimasukkan ke dalam roknya untuk menjangkau kemaluannya dan mulai menggosok-gosok sendiri.

Tidak beberapa lama kemudian posisi duduknya berubah lagi, kali ini kepalanya menelusup di bawah tangan kiriku yang sedang menambah volume tape menuju ke penisku. Dia menggigit-gigit penisku dari luar celanaku sambil meremas-remas. Kemudian tangannya mulai membuka celana kainku dengan mudahnya, dan penisku yang sudah berdiri tegak kali ini keluar dengan kekarnya. Nuri langsung menjilati dan memasukkan penisku ke dalam mulutnya, sangat terampil dan dasyat sekali permainannya mengulum penisku. Kelihatanya Nuri juga sudah sering melakukan hal ini. Tangan kanannya mulai lagi menggosok-gosok kemaluannya. Aku benar-benar dibuat melayang tak berdaya, tiba-tiba dia berhenti dan bangun. Rupanya dia ingin melepas celana dalamnya yang kemungkinan mengganggu tanpa malu-malu. Dan kembali lagi mengulum penisku dan memainkan kemaluannya sendiri.

Setelah beberapa saat aku sudah mulai tidak kuat untuk menahan letupan kenikmatanku, Nuri lebih mempercepat mengocok, mengulum dan meremas penisku. Benar-benar nikmat sekali dan akhirnya aku tidak kuat menahan dan menyemburlah maniku di dalam mulut Nuri yang langsung ditelan dan dihisap Nuri dengan bersih.

Kemudian Nuri mulai mengubah posisinya tiduran diatas pahaku sambil tangannya memainkan kemaluannya sendiri. Tangan kiriku membantu meremas-remas payudaranya yang sudah tegak sekali dan saya yakin sangat bagus. Sekali-kali aku bungkukkan badanku untuk mencium susunya, sekali-kali aku juga menjilat kemaluannya walaupun agak susah sedikit menjangkaunya. Sebenarnya aku ingin sekali berlama-lama memainkan susu dan kemaluannya akan tetapi saat ini tidak memungkinkan karena aku harus mengemudi di kondisi jalan yang sangat macet. Tidak lama kemudian erangan dan desahan nafasnya tidak beraturan dan pinggulnya bergoyang tidak karuan, rupanya Nuri sudah mulai mencapai klimaksnya dengan memainkan klitorisnya sendiri. Dan beberapa saat kemudian tubuhnya kejang dan kaku sambil tangan kirinya memegang sendiri kepalanya.

"Mas Rudy sorry ya karena aku dari tadi sudah kepingin sekali main dengan Mas Rudy walupun kita baru saja ketemu" katanya
"Mas Rudy nggak marah kan ?" tanyanya lagi
"Wah aku senang sekali, apalagi kalau kita bisa main di kamar bukan di dalam mobil" kataku
"Emang Mas Rudy ada waktu untuk Nuri" katanya
"Kenapa tidak, saya kan dalam rangka cuti" kataku

Kemudian dia mengambil HP-nya, ternyata menghubungi ke rumahnya.
"Ma, Kak Seno tidak jadi datang. Sekarang Nuri masih di bandara karena jalannya banjir" katanya
Nuri diam sesaat, mungkin dari seberang sedang bicara.
"OK deh Ma, Nuri tidur di Sheraton Hotel saja ya. Sambil besok sekalian jemput Kak Seno" katanya
Dan kemudian HP-nya ditutup.
"OK kita sekarang menuju ke Sheraton Bandara saja Kak" katanya
Kebetulan hotel Sheraton sudah dekat dan tidak susah untuk menuju ke sana hanya butuh waktu 15 menit di suasana macet seperti ini.

Sesampai di Lobby hotel ternyata nama Nuri sudah ada di bagian Reservasi, rupanya mamanya telah membookingkan dari rumah setelah Nuri sempat menelpon tadi. Nuri benar- benar tidak janggung untuk berdua masuk ke hotel denganku bahkan dia selalu memegang tanganku dan kadang mencium kecil pipiku. Tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan kunci dan Nuri hanya menyerahkan kartu kreditnya semua urusan lancar.

Karena tidak membawa tas yang besar maka kami tidak membutuhkan room boy untuk membantu membawa tas dan menunjukkan kamar. Kami segera menuju ke lift. Karena lokasi kamar kami hanya di lantai 3, maka di dalam lift Nuri hanya sempat sebentar menciumi bibirku dan meremas-remas penisku. Aku juga meremas-remas pantatnya yang menggairahkan.

Ketika masuk kamar, Nuri langsung menutup pintu dan segera menabrakku memberikan ciuman, akupun segera mengimbangi. Lidah kami saling bertautan, aku langsung saja membuka kaosnya dan meremas susunya yang dari tadi belum sempat aku lihat dengan jelas. Ketika aku mau mulai turun mencium susunya Nuri menghentikan ciumannya dan langsung mengajakku mandi terlebih dahulu.

"Mas kita mandi dulu yuk, biar lebih enak nanti" rajuknya.

Dibukanya semua bajunya, memang benar-benar Nuri mempunyai tubuh yang indah dan putih mulus. Sampai aku nggak tahan melihatnya dan langsung saja kucium pantatnya dari belakang dan sedikit gigitan kecil.
"Mas Rudy nakal sekali sih ... entar aja ya habis mandi" katanya lagi.
Kemudian dia membantu aku untuk melepas baju dan celana sehingga kami berdua sama- sama telanjang bulat. Nuri masih sempat juga sebentar meremas dan membelai penisku yang sudah mulai tegang lagi sambil membimbing aku menuju kamar mandi.

Kami berdua mandi di bawah shower, Nuri sangat sabar sekali menyeka seluruh tubuhku dengan sabun, apalagi penisku. Dia benar-benar menyabuni penisku dengan teliti dan dibilasnya seluruh badanku sambil salah satu tangannya mengelus-elus penisku yang berdiri tegak.
"Mas kenapa sih kok masih berdiri terus, sudah pingin ya "katanya, sambil dia sendiri mulai menyabuni dan membilas tubuhnya. Aku juga bantu sedikit untuk membantu menyabun sambil menggerayangi seluruh tubuhnya. Setelah dia membilas tubuhnya tangannya langsung memainkan kemaluannya lagi. Nuri memberikan tanda ke aku agar aku muncumbuinya.

Tanpa diberi komando yang kedua, aku angkat satu kakinya untuk bertumpu di dinding dan aku mulai menjilati kemaluan sebelah luarnya. Harum sekali baik bagian luar maupun bagian dalamnya, begitu juga kedua bagian dalam pahanya. Klitorisnya mulai aku cium, jilati dan hisap sambil memasukkan jari tengahku untuk merasakan dinding bagian dalam vaginanya. Hanya 3 menit aku mencumbui kemaluannya kemudian aku berdiri untuk melumat bibirnya dan tanganku meremas payudara dan sedikit memelintir pentilnya.

Satu tanganku lagi meremas-remas pantatnya dan sekali-kali menelusuri lubang duburnya, kelihatan sekali Nuri sudah mulai terangsang lagi. Kemudian aku benamkan kepalaku menuju kedua susunya yang besar dan masih kencang itu, pentilnya masih berwarna merah muda. Aku cium, jilati dan hisap secara bergantian kedua susunya sambil tangan kananku memainkan lubang kemaluannya. Sekali aku gosok-gosok klitorisnya sampai dia agak menggelinjang.

"Aduh Mas enak sekali, gigit dong pentilku.. cepat Mas" katanya
Tangan kanannya meremas-remas rambutku sedangkan tangan kirinya sedikit mencengkeram punggungku.
"Mas enak Mas... Mas enak sekali Mas... terus Mas" desahnya
Setelah cukup lama kumainkan kedua susunya, aku mulai turun menciumi perut pinggang dan lama-lama turun ke arah kemaluannya.

Karena bercampur dengan air, vaginanya tampak sekali menggairahkan, kujilati dinding dalam vaginanya dan sedikit aku hisap. Lidahku berputar masuk sedalam mungkin sambil kugoyangkan kepalaku sehingga hidungku yang tepat diklitorisnya membantu lebih merangsang Nuri. Cairan mulai keluar dari dalam vagina Nuri membuat dia mendesah-desah. Kemudian aku alihkan ciuman, jilatan dan hisapanku kearah klitorisnya sambil kepalaku bergoyang berputar. Jari tengah kananku masuk ke dalam kemaluannya mengacak-acak bagian dalam vaginanya.

"Est.. aduh.. ssttt.. aduh" desahnya. Membuat aku lebih bersemangat sambil tangan kanan meremas pantat dan sekali-kali pindah naik ke susunya. Nuri mulai mengerang dan pinggulnya ikut digoyangkan memutar dan tidak lama kemudian pinggulnya maju mundur ditambah erangan yang tidak karuan.

"Mas... Mas.. aku keluar Mas... enak sekali Mas" katanya sambil kedua tangannya memegang kepalaku dan menekannya merapat kearah kemaluannya. Cairan yang keluar dari dalam kemaluannya aku telan dan hisap habis sambil terus memainkan klitorisnya.

Aku mengharapkan Nuri akan keluar untuk kedua kalinya, rupanya dia tahu keinginanku dan dia juga mulai membuka kembali kedua pahanya untuk aku nikmati. Sekarang hanya satu tangannya saja yang memegang kepalaku dan satu tangan lainnya membantu membuka kedua vaginanya agar terbuka lebar sehingga jilatan dan hisapanku bisa leluasa. Dan tidak lama kemudian Nuri mencapai puncaknya yang kedua berselang tidak begitu lama. Rupanya dia benar-benar sangat menikmati sekali permaianku di kemaluannya.

Kemudian Nuri menuntunku menuju bathtub, menyuruhku untuk naik dan duduk di pinggir bathtub tersebut. Dia langsung memegang dan mengocok penisku sambil membuka kedua kakiku agar dia bisa duduk dengan enak. Sambil mengocok penisku dijilati ujungnya dan kadang mengulum penisku bagian atas. Jilatan-jilatannya benar-benar enak sekali hingga menuju kedua telurku dan sekali-kali memasukkan kedua telurku ke mulutnya. Sedikit cairan sudah keluar dari penisku yang kemudian dia hisap dan telan.

"Mas Rudy penismu enak dan bagus sekali lho" katanya
Memang kata sebagian cewek yang pernah main dengan aku, ukuran penisku di atas rata- rata orang Indonesia.

Nuri mulai memasukkan penisku kemulutnya dan menggerakan keluar masuk ke dalam mulutnya. Kadang mengocok lagi dengan tangannya dan memasukkan lagi ke dalam mulutnya sambil satu tangannya secara bergantian memilin pentilku dan kadang memasukkan telunjuknya ke dalam mulutku. Tanganku yang awalnya hanya membelai kepalanya mulai aku arahkan untuk meremas susunya dan memilin pentilnya. Permainan mulut Nuri membuat penisku semakin berdenyut-denyut dan aku coba untuk menahan agar jangan sampai keluar dengan cara sekali-kali menahan agar Nuri berhenti sebentar. Walaupun kelihatannya Nuri tidak memberikan celah penisku lepas dari tangan ataupun mulutnya. Akhirnya aku benar- benar sudah tidak tahan lagi sehingga keluarlah maniku di dalam mulut Nuri, dia hisap semua maniku hingga habis sambil terus mengocok penisku dengan mengunakan mulutnya. Kenikmatan kedua ini benar-benar sangat mengasyikkan berbeda ketika aku keluar sewaktu di mobil tadi.

Nuri kemudian naik di atas pangkuanku sambil menciumi mulutku.
"Mas enak ya ? tanyanya
"Nanti malam kita harus lebih enak lagi ya Mas" katanya
Sambil pinggulnya bergoyang maju mundur dan terus menciumi aku.

Setelah puas kami menuju shower lagi untuk membilas dan membersihkan diri, sambil sekali-kali dia mencium bibirku. Tanganku juga tak lepas dari memegang pantatnya yang padat dan mulus sekali. Kemudian kita keluar dan Nuri menghanduki seluruh tubuhku baru kemudian dia mohon aku juga mengeringkan tubuhnya dengan handukku tadi. Nuri kemudian membuka lemari untuk mengambil piyama dan memakaikan ke tubuh dan tangannya yang nakal sekali-kali meremas penisku. Ketika piyama sudah diikat kepinggangku kepalanya menerobos mengulum kembali sebentar penisku. Aku kemudian memakaikan piyama ke tubuh Nuri sambil meremas-remas pantatnya.

Aku mengambil sekaleng Bir dan menawari Nuri mau minum apa, ternyata dia minta sebotol air Aqua. Kemudian aku duduk menuju ke sofa, Nuri mengikutiku dan minta aku untuk memangkunya sambil tangannya merangkul belakang kepalaku dan menciumi mulutku lagi. Satu tangannya membimbing tanganku agar menuju kecelah pahanya sambil menonton acara televisi.
"Habis ini kita pesan makan dulu ya Mas, atau kita makan di bawah saja?" tanyanya
"Lebih baik kita makan di kamar saja Nur, aku pingin makan sambil telanjang dengan kamu" kataku
"Malam ini pokok aku adalah milik Mas, jadi Mas bisa membuat sesuka hati Mas" katanya
Nuri rupanya sangat setuju sekali dengan usulanku, kemudian dia berdiri mengambil daftar menu dan menelpon bagian room service.

Pembaca yang setia saya akhiri bagian pertama cerita ini, untuk kelanjutannya anda dapat membuka ke bagian kedua. Mudah-mudahan saya ada waktu karena saat membuat cerita ini aku sedang menunggu Dian. Dian adalah penjaga stand parfum di sebuah toko di daerah Bundaran HI yang sangat terkenal.

Setiap aku cuti memang aku habiskan untuk mencari cewek yang suka sama suka.

E N D

Oleh: rudy73@plasa.com


Oh.. Kekasihku


Aku seorang pemuda yang bercita-cita tinggi namaku paulus 24 tahun. Waktu itu aku masih kuliah di semester 2 ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta terkenal di kota ini. Aku tinggal di kota medan yang penuh dengan kesibukan orang yang bermacam-macam pekerjaan dari kerja kuli, pegawai, sampai pejabat pemerintahan. Aku tinggal di sebuah pondok yang hanya di tempati oleh seorang nenek dan cucunya yang manis, aku di situ mengontrak (kost) perbulan. Kisah ini aku angkat sekalian untuk mengenang kekasihku itu.

Awal kisah ini terjadi waktu aku jalan-jalan di sekitar tempat kostku. Aku berjalan tidak tentu arah karena masalah keuangan membuatku bingung untuk membayar uang kost. Karena aku masih mengharapkan kiriman uang dari orang tuaku yang tinggal di kota Palembang, kota tempatku di lahirkan. Aku terus berjalan tidak tentu arah, menundukkan kepala ke bawah sakin bingungnya hingga aku tidak melihat sekelilingku. Rasa bingung sempat tertunda sejenak karena rasa lelah berjalan seharian. Dan kisahku pun bermulai dari situ.

Karena rasa lelah, akupun mencari tempat duduk yang menurutku nyaman. "Hmmm... taman bunga," gumamku dalam hati melihat taman bunga yang ada di seberang jalan kota. Singkat cerita, aku menemukan tempat duduk yang biasa ada di taman pada umumnya, menghela napas dan menikmati tiupan angin sambil menghilangkan rasa lelahku. Belum sempat rasa lelahku kabur, dan di saat rasa bingung itu mulai menghantuiku kembali, aku mendengar teriakan seorang wanita yang kecopetan. Bertambah lagi suatu rasa dalam hatiku waktu itu. Dengan rasa kaget dan bingug karena terus terang, aku tidak tahan mendengar suara teriakan, apalagi teriakan seorang wanita, karena aku biasanya hanya suka mendengar suara desahan dari seorang wanita... hehe.

Dengan rasa yang bergelimang itu, akupun mulai mencari dari mana suara itu datangnya. Dan benar, aku melihat seorang gadis kira-kira berumur 20 tahun sedang histeris karena kecopetan. "Hmm ... lumayan juga ni cewek," sekilas terlintas di pikiranku. Sementara dia sendiri sedang panik sambil menunjuk seorang pria berlari menjauhi, yang pasti dia adalah pencopet itu. Ego kejantanan dan heroikku timbul, tanpa memikirkan lelah dan lain-lain, aku lari mengejar si pencopet. Lumayan lelah mengejar pencopet itu ditambah rasa lelahku tadi yang tidak sepenuhnya hilang, aku berhasil memojok kan si pencopet, itu juga karena dia sedang sial jalannya buntu terhalang tembok.

"Hehe... pencopet baru dan ngga kenal lokasi ni orang," pikirku dalam hati sambil mendekati.
"Ayooo... mau lari kemana kau!?" gertakku membuat dia panik.
"Mau apa kau?" katanya balik bertanya.
"Ehh.. kembalikan itu dompet yang kau copet!" bentakku lagi.
Mungkin karena memang bandel, dia balik bertanya "Lah, kau siapa?" tidak kalah keras suaranya sambil mengucapkan kata-kata kotor.
"Hahaha..." aku tertawa sok jagoan.
"Kembalikan tidak dompet itu!" ancamku mulai tidak sabar.
"Enak aja kau bilang kembalikan," katanya sambil mengeluarkan pisau dari balik bajunya.

Aku kaget dan aku mundur 2 langkah ke belakang, "Oic," kataku tenang sambil senyum aku dan memperhatikan tingkahnya. Singkat cerita, kamipun terlibat duel. Dia menyerang dengan ganas, sedangkan aku berusaha terus menghindar untuk membuat dia lelah. Dengan bermodalkan ilmu silat yang aku pelajari waktu di kampung kelahiranku, akupun berhasil membuat si pencopet pingsan tak sadarkan diri. Aku mengambil dompet yang ada di kantongnya. Aku cari wanita tadi bermaksud mengembalikan dompetnya. Wanita itu senang karena dompetnya telah kembali.

Dia ulurkan tangannya mengambil dompetnya yang di copet tadi, dan Dia tertegun menatap aku, aku jadi salah tingkah, dan Dia mengucapkan terimakasih. Dia membuka dompetnya dan mengambil uang Rp50.000 untuk diberikan kepadaku sebagai tanda terimakasih, aku menatapnya tidak berkedip sampai Dia heran.
"Maaf mbak, bukannya aku menolak pemberian mbak, tapi aku tidak bisa menerima karena aku tadi ihklas kok membantu," kataku.
Dari sorotan matanya nampak Dia kecewa sekali karena kutolak pemberiannya. Kemudian Dia mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan dirinya.
"Saya Wati..." dengan mengulurkan tangannya, lalu aku sambut uluran tangannya dan memperkenal kan diriku.

Dia memberikan kartu namanya kepadaku dan aku menerimanya.
"Bang... ini kartu namaku kalau Abang ada perlu, ada apa-apa, kalau bisa aku bantu datanglah," pintanya.
"Hmm... iya," kataku.
Tetapi tiba-tiba Dia memasukkan uang Rp 50.000 ke saku bajuku, aku terkejut.
"Mbak Wati..." aku gagap jadinya, mau bilang apa, tiba-tiba saja Dia pergi dan menuju sebuah mobil sedan.
Kalau tidak salah mobilnya Genio merah, karena aku melihat dari kejauhan saja dan Dia menjalankan mobilnya melaju, menghilang di tikungan jalan. Aku menarik napas panjang, "Hupp... huhhh..." suara napasku. Lalu aku melihat sekelilingku dan melihat orang-orang memperhatikan aku dengan heran, lalu aku melihat jam tanganku telah pukul 3 sore. Aku bergesan meninggalkan tempat itu sambil melihat kartu nama yang dia berikan kepadaku. Aku baca nama dan alamatnya dan aku ambil uang pemberiannya tadi.
Di dalam hatiku, "Hmm... lumayan bisa bayar uang kost," lalu aku pulang kembali ke tempat kostku.

Itu awal aku bertemu dengan dirinya. Pertemuan kedua terjadi di kampus, aku melihat Dia berjalan dengan temanya. Aku heran ternyata Dia satu kampus denganku. Selidik punya selidik aku mengetahui dari temanku bahwa Dia anak fakultas sastra, lalu kuberanikan diri untuk menjumpainya tapi ada rasa ragu dan bimbang. Karena sudah niat, aku terus berjalan menuju ruang fakultas sastra, sebelum sampai pintu aku terkejut, Dia keluar dari ruang itu dan aku terkejut mau mengelak tidak sempat lagi.

"Heii..." katanya.
"Heii juga," balasku.
"Abang kok disini?" tanyanya.
Dan akupun tersenyum, "Iya..." jawabku singkat.
"Ngapain abang disini?"
Aku jawab, "Aku kuliah disini mbak."
"Hah?" Dia heran.

"Jadi abang kuliah disini yah?"
Aku hanya bisa senyum saja melihat Dia heran.
"Abang di fakultas apa?"
"Aku di ekonomi."

Lalu kami bercanda tentang kuliah dan Dia mengajak aku ke kantin untuk minum dan sekalian curhat. Setelah di kantin kami bicara tidak tentu arah dan Dia bilang, "Bang... jangan panggil mbak..." pintanya.
"Kenapa?" kataku.
"Malukan... aku kan belum tua,"
Aku hanya tersenyum saja. Dia tersenyum dan manis sekali.
"Panggil aja wati, bang, Oke...?"
Lalu aku jawab, "Oke."
Disinilah awal butir-butir cinta bersemi. Kami saling bertemu dan selalu bercanda, tertawa gembira dan saling terbuka.

Suatu hari, Dia ungkapkan isi hatinya kepadaku bahwa Dia suka kepadaku, dan aku pun membalas cintanya juga. Hari demi hari kami lalui hingga pada hari libur kuliah. Kami jalan- jalan menggunakan Genio merahnya. Aku yang mengendarai mobilnya. Dalam perjalan, kami mesra, di sandarkan kepalanya di bahuku, aku belai rambutnya dengan tangan kiriku. Dia makin mesra dan Dia mencium bibirku. Aku balas ciuman bibirnya. Udara dingin yang keluar dai AC mobil terasa panas rasanya karena kami sudah HOT. Aku dekap kepalanya, aku remas dada yang terbungkus Bra, dan Dia menikmati remasan tanganku.

Kami sampai di puncak, yaitu di sebuah kawasan wisata terkenal di Medan, namanya Brastagi yang berhawa dingin dan sejuk. Karena kami sudah HOT, Dia berbisik ketelingaku, "Bang... kita nginap aja yah?" pintanya.
"Di mana?" kataku heran.
"Di Hotel aja."

Aku tidak tahu Hotel apa yang di maksudkan, aku hanya menurut saja. Dia yang membawa jalan.
"Terus aja Bang, nanti sampai di tikungan belok kanan Bang." pintanya.
Aku lihat memang di sebelah kanan ada Hotel yang megah. Dia menyuruh belok. Maklumlah, aku baru dua kali ke daerah yang kami tuju. Waktu itu aku bersama temanku mendaki gunung yang namanya gunung Sibayak. Aku belokkan mobil, aku cari tempat parkir yang aman, kami turun dan masuk ke Hotel itu. Kalau tidak salah, Hotel itu namanya Hotel Sibayak karena jelas terpampang papan nama Hotel itu. Setelah kami masuk dan pesan kamar, kami diantar room-man. Karena bangkit lagi napsu yang tertunda itu, begitu masuk kamar, aku kunci pintu. Kudekap dan kupeluk Dia. Kami berciuman dan berguman di ranjang.

"Hemm... ouuhh..." desisnya, dan aku buka perlahan-lahan baju serta BH-nya hingga polos.
Aku kulum dan kuremas buah dadanya yang lumayan gede dengan pucuk yang berwarna merah muda, terus aku kulum kiri dan kanan.
Dia berdesis seperti ular, "Uhh... ahh... ouuuhh..."
Dari lehernya, aku jilatin, terus turun ke perut dan makin ke bawah perlahan-lahan. Aku buka celana jeans yang dia pakai hingga lepas dan aku lihat Dia memakai celana dalam berwarna putih. Perlahan-lahan, aku buka hingga terpampang di depanku sebuah bukit yang di tumbuhi hutan yang begitu lebat. Aku sibak hutan itu, kuciumi dan kujilat.
"Ouuhhh... ahhh... yahh... ouuugg..." desisnya.
Aku semakin nafsu dan aku buka baju serta celanaku sehingga kami sama-sama bugil.

Batang kejantananku yang sudah dari tadi tegang makin keras tegangnya ingin mencari sasaran. Dan kujilat lubang surganya dan kelentitnya yang timbul dengan tiba-tiba akibat napsunya makin memuncak.
"Ahhh... ouuuggg... ahhh... yaaahhh..." desisnya terus.
Aku jilat terus kelentitnya.
"Bangggg... akuuuu... gak... tahannn... mauuuu..."
Dia mencapai klimaks, aku jilat terus. Terasa asin air yang keluar dari lubang surganya. Aku buka pahanya lebar-lebar dan perlahan-lahan aku bimbing batang kejantananku ke lubang surganya. Kuarahkan pas di lubang surganya, aku dorong perlahan-lahan.
Dia kesakitan, "Aduhhhh... banggg sakit..."
Aku berhenti sejenak karena Dia kesakitan. Kuulangi lagi doronganku dengan perlahan dan pasti.

"Sluppp..." sempit sekali lubang surganya hingga batang kejantananku tidak bisa masuk. Aku dorong kedua kalinya, "Slupp..." hanya ujung kepala batang kejantananku saja yang masuk. Aku dorong terus tapi kali ini lebih kuat.
"Sluppp... sluppp... blusss...plopp..." masuk batang kejantananku semua ke lubang surganya.
Aku melihat darah keluar dari lubang surganya. Ternyata Dia masih "virgin" (perawan).
Dia kesakitan, "Aduhhh... banggg... sakittt... bangg..."
Aku diamkan sejenak batang kejantananku di dalam lubang surganya dan aku kulum buah dadanya yang menjulang karena nafsunya. Aku maju-mundurkan lagi batang kejantananku perlahan-lahan aku mendengar Dia mengaduh lagi, "sakit bang... pedih... tapi enak bang..." gumannya.
Terus aku maju-mundurkan batang kejantananku.
"Auoo...ahh... yahh... aoouupp... yaa... terus bang... enak bangg... yahhh..." Dia klimaks kedua kalinya.
Aku terus menyodok lubang surganya maju mundur.
"Ohyahhhh... ouhhh... yahhh..." desisnya.
Seperti ada yang meyedot batang kejantananku dari dalam lubang surganya. Aku makin cepat menyetubuhinya, hingga ada yang mengalir di dalam batang kejantananku sampai ke ujung batang kejantananku. Aku dorong terus.
"Yahh... aouuhh... yaaa..." desisku, karena tiba-tiba alirannya semakin kuat naik ke kepala batang kejantananku, aku pacu terus.
"Yahh... aouuhh... yess... ouugg... yahhh... aku mauuuu..." tak sempat kulanjuti lagi kata- kataku, tiba-tiba, "Crooottt... crooottt... crootttt..." maniku keluar banyak, aku tembakkan di dalam lubang surganya.
Dia berdesis, "Ouhh... yahh... uugghh... ouhh...," ternyata Dia mau klimaks lagi.
Dan Dia pegang erat leherku, Dia mencengkram erat sekali sampai ada bekas kukunya di leherku.
"Yahh... ouhh... ya... yaee... yaaaaa..." Dia klimaks lagi ketiga kalinya.

Kubiarkan batang kejantananku di dalam lubang surganya. Aku berbaring di atas tubuhnya sejenak. Karena kelelahan, kami istrahat sejenak. Aku kecup kening dan bibirnya dan aku balikkan badannya sehingga Dia ada di atas dadaku dan batang kejantananku tidak aku cabut dari lubang surganya. Kami tertidur karena lama kami bergelut, kira-kira 2 jam lamanya sampai jam 3 pagi. Aku terbangun dan tiba-tiba batang kejantananku bangkit kembali. Aku balikkan tubuhnya tepat di bawah aku. Aku sodok lagi lubang surganya. Dia terbangun dan aku sodok terus lubang surganya.
"Slupp... slup... slupp..."
Tidak lama, "Ouuhh... yahhh... croottt...croottt...crotttt," maniku keluar lagi, aku lemas dan tertidur di sebelahnya sapai pagi.

Aku terbangun pada jam 9 pagi. Aku bangunkan Dia dan kami mandi bersama. Kami melakukan lagi di kamar mandi sampai puas. Setelah itu kami bersiap-siapa untuk keluar dari hotel itu dan kami bayar uang sewa hotel.

Kami jalan-jalan di sekitar daerah kota Brastagi. Kami sampai di daerah yang belum pernah aku kesana, kalau tidak salah namanya Kaban jahe. Kami keliling-keling kota dan kami pulang ke Medan. Kami terus bermesraan, Dia merangkulkan tanganya di leherku, dia cium mesra bibirku sampai aku tidak bisa bernafas. Tiba-tiba di depan ada mobil yang berlawanan arah mau nabrak mobil kami. Aku banting setir ke kiri sehingga kami selamat dari maut. Setelah itu Dia tidak berani menciumi aku lagi karena takut. Kemudian kami berhenti di daerah yang kalau tidak salah namanya Penatapan. Orang-orang di daerah sana meyebutnya begitu karena banyak orang di sana melihat-lihat. Setelah kami puas melihat-lihat kami melanjutkan perjalan kembali ke Medan dan mobil kami terus meluncur mulus sampai di Medan.

Aku berhentikan mobil kami di depan tempat kostku. Aku membawa Dia masuk ke dalam dan aku perkenalkan kepada nenek serta cucu pemilik kost. Mereka menyambut dengan ramah. Aku membawa masuk ke kamar kost aku yang berukuran 3x4 luasnya. Aku kunci pintu kamar. Aku peluk Dia, kucium, dan kuremas dadanya yang menantang.

Dia membalas dengan desis suara nafsunya, "Aouuhh..ahhh...," kami bergumul selama 20 menit.
Kubuka semua pakainya, Dia juga membuka pakainku hingga kami sama-sama polos. Batang kejantananku yang sudah tegang dari tadi kuarahkan ke lubang surganya yang masih sempit, maklum karena baru hilang perawanya.
Aku arahkan batang kejantananku tepat di lubang surganya, "Slupp... slerr... slupp... blees..." masuk sudah batang kejantananku. Aku sodok terus.
Dia berdesis lagi, "Aouhh... yahh..."

Karena aku takut terdengar sama nenek dan cucu yang punya rumah, aku sumbat mulutnya pakai mulutku hingga Dia tidak bisa bersuara. Terus aku sodok lubang surganya, "Auohh... ahhh... ahhh... Bangg... aku mau keluar nih..."
Aku pacu terus sampai Dia klimaks, "Serrr.." Dia kelimax terasa di kepala batang kejantananku. Aku masuki terus lubang surganya tampa henti sampai klimaks.
"Aouh... yaa... ouh..." suara desisan nafsuku.
Aku pacu terus batang kejantananku sampai, "Crooottt...croott..." Aku keluarkan maniku di dalam lubang surganya. Kami sama-sama puas dan tertidur sejenak Kemudian aku berbenah diri, Dia juga. Aku antar Dia pulang kerumahnya dan aku kembali ke tempat kostku.

Hatiku gembira dan senang dapat kekasih yang selama ini aku dambakan. Hari-hari aku lalui hingga aku menamatkan kuliah ke meja hijau. Aku mendapat nilai 'A'.

Aku dapat kabar bahwa kekasihku telah menikah dengan orang lain karena di paksa kawin oleh orang tuanya. Dia tidak memberi kabar kepadaku. Aku mendengar dari teman-temanku kalau Dia sangat malu padaku sehingga Dia tidak memberi kabar apapun padaku. Dia hanya memberikan sebuah bingkisan dalam kotak yang ternyata sebuah kenang-kenang. Sebuah jam yang indah berukir emas dan sapu tangan putih serta alamat Dia sekarang. Aku kecewa, tapi apa boleh buat, karena bukan jodoh. Aku memutuskan pulang ke kampung. Kini hanya tinggal kenangan yang kubawa. Oh.. kasihku betapa sedih hati ini, begitu tega engkau hingga tidak sempat memberikan kabar apa pun padaku. Biarlah cintamu aku pendam selamanya dan akan kukenang selamanya. Hanya Doa dan kata-kata saja yang dapat aku panjatkan kepadamu.

TAMAT